Aku ngobrol sedikit tentang per-cupang-an. Eits, bukan cupang cupang yang ada dileher itu. Tapi cupang-cupang yang indah berwarna-warni. Ya betul, ikan cupang.Â
Lalu aku dan Najib pulang. Najib belum pernah mengendarai mobil di malam hari, dia berkeringat ketakutan. Aku pun sama. Takut.
Tapi Alhamdulillah sekarang bisa mengetik kisah ini di kamarku yang jendelanya terbuka.
Sebetulnya bukan itu yang hendak aku ceritakan.
Aku ingin menceritakan kekagumanku kepada seorang teman. Siapa dia? Dia adalah kamu.
Kamu yang saat ini tengah berusaha meraih mimpi dengan berbagai cara. Juga kamu yang hari ini kuat menghadapi getirnya tantangan dalam kehidupan.Â
Maafkan aku yang pernah berburuk sangka.Â
Ah, aku malas menyebut nama.Â
Pokonya sekitar 25 jam yang lalu kita bertemu. Atau mungkin 5 bulan yang lalu disudut ruangan. Atau mungkin 3,5 tahun yang lalu disebuah harapan. Atau mungkin juga 5 tahun yang lalu di kolom obrolan. Ah, pokonya kamu.
Aku ini orangnya sulit berterus terang pada hal-hal yang membuat orang akan merasa tersipu. Aku tidak mau menyatakan namamu. Aku takut kamu merasa sombong dan merasa jago. Pun ada rasa kesal yang sebetulnya tidak boleh aku merasa kesal.
Hidup ini sungguh sulit diterima sebagai kenyataan, entah kapan kita akan bertemu dan saling bersua kembali. Aku mau bilang rindu, itu saja.