Mohon tunggu...
Fawaz Muhammad Ihsan
Fawaz Muhammad Ihsan Mohon Tunggu... Penulis - 19 Tahun

jangan sampai lah ide kalah dengan blokade

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Bersama Harapan Hari Esok dan Penyesalan Hari Kemarin

27 Juli 2020   21:55 Diperbarui: 28 Juli 2020   19:04 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini aku barusaja menghadiri acara perpisahan kawan-kawanku di SIngaparna. Dengan ditemani oleh Najib, temanku. Sebenarnya sih, aku yang menemani Najib. Kami berangkat sekitar pukul 8.30 pagi (rencananya). Eh, Najib menjemputku pukul 9.30 pagi. Aku merasa iri karena Najib sudah bisa mengendarai mobil dengan lihai dan sedikit deg-degan. 

Sebelum menuju tempat acara, kami menjemput Bagus dan Azril terlebih dahulu. Lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat acara. Bagus mengenakan kemeja aki-aki, namun dia terlihat cocok dengan sweater. Lalu kami menjemput Azril. Dia tidak mengenakan kemejenya dengan baik, karena dia merasa gerah. Aku pun memarahinya agar dia mengenakan kemejanya dengan baik dan benar sesuai kaidah KBBI. Tapi dia tidak mau, gerah katanya. Haduh, gapapa lah.

Akhirnya kami sampai ke tempat acara. Jangan tanya aku mengenakan pakaian keren jenis apa. Aku hanya mengenakan kaos hitam dengan celana chino yang juga berwarna hitam. Tapi kulit agak putih lah. Juga tidak lupa mengenakan short beanie yang e ntah milik siapa. Pokonya dapet pas di Amanah. Aku sedang menyukai gaya berpakaian Dono Pradana, anggota MLI. 

Lalu ketika sampai, kami diberi sambutan hangat oleh Osa. Dia adalah teman dari temanku yang sebetulnya sih temanku juga. Osa adalah peserta perpisahan, tapi dia sangat ramah. Dia tega meninggalkan sambutan kepala sekolahnya demi menjemput kami di parkiran. 

Kami sampai di tempat. Hanya sedikit orang yang berada disana. Sepertinya tidak lebih dari 100 orang. Ohiya, aku juga pake masker kok. Sambutan yang sangat ramah kami terima dari tuan rumah yaitu santri dan pembina. Kenapa aku berani menyatakan bahwa itu adalah sambutan yang sangat ramah? jelas jawabannya adalah selama di pondokku, aku belum pernah mendapat sambutan yang sebegitu ramahnya. 

Kami disajikan tatapan genit dari ukhti-ukhti cantik disana. Karena ya mungkin mereka tidak kenal kami. "Saha eta euy?". Sebetulnya sih tatapan itu dilayangkan kepada Najib, tapi aku kegeeran saja.  Duh sudah lama tidak lama menulis, jadi berantakan seperti ini. Maaf ya.

Kami diberi jamuan berupa makanan ringan dan juga makan siang. Alhamdulillah. Ramah sekali. 

Aku bertemu Mohan, Salman, dan Ramadan. Mereka saudaraku.

Mohan sebagai tamu, Ramadan sebagai peserta perpisahan, dan Salman sebagai tukang parkir.

Sesampai disana aku merasa iri. Kok mereka bisa mengadakan acara perpisahan secara offline. Aku iri. Aku hanya dapat merasakan perpisahan online melalui aplikasi (yang kalau kata bu ais) Zoom In. 

Selesai darisana, kami ngopi dulu. Lalu singgah di rumah Om Habib, Omnya Bagus.

Aku ngobrol sedikit tentang per-cupang-an. Eits, bukan cupang cupang yang ada dileher itu. Tapi cupang-cupang yang indah berwarna-warni. Ya betul, ikan cupang. 

Lalu aku dan Najib pulang. Najib belum pernah mengendarai mobil di malam hari, dia berkeringat ketakutan. Aku pun sama. Takut.

Tapi Alhamdulillah sekarang bisa mengetik kisah ini di kamarku yang jendelanya terbuka.

Sebetulnya bukan itu yang hendak aku ceritakan.

Aku ingin menceritakan kekagumanku kepada seorang teman. Siapa dia? Dia adalah kamu.

Kamu yang saat ini tengah berusaha meraih mimpi dengan berbagai cara. Juga kamu yang hari ini kuat menghadapi getirnya tantangan dalam kehidupan. 

Maafkan aku yang pernah berburuk sangka. 

Ah, aku malas menyebut nama. 

Pokonya sekitar 25 jam yang lalu kita bertemu. Atau mungkin 5 bulan yang lalu disudut ruangan. Atau mungkin 3,5 tahun yang lalu disebuah harapan. Atau mungkin juga 5 tahun yang lalu di kolom obrolan. Ah, pokonya kamu.

Aku ini orangnya sulit berterus terang pada hal-hal yang membuat orang akan merasa tersipu. Aku tidak mau menyatakan namamu. Aku takut kamu merasa sombong dan merasa jago. Pun ada rasa kesal yang sebetulnya tidak boleh aku merasa kesal.

Hidup ini sungguh sulit diterima sebagai kenyataan, entah kapan kita akan bertemu dan saling bersua kembali. Aku mau bilang rindu, itu saja.

Namamu adalah Melati, eh Anggrek, eh Kaktus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun