Mohon tunggu...
Fawaizzah Watie
Fawaizzah Watie Mohon Tunggu... wiraswasta -

Perempuan. Duapuluhan. \r\n\r\n\r\nhttp://fawaizzah.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Girls Day Out: Ketika Para Perempuan Mencumbui Alam

26 Juni 2012   10:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:31 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami perempuan, dan selamanya akan tetap menjadi perempuan.  Tapi ketika dunia menuntut kami untuk menjadi lebih tangguh, maka kami harus siap dan mampu. Alam mengajari kami banyak hal.  Keheningan, keceriaan, kesenangan, keberanian dan ketangguhan itu sendiri.

GirlsDayOut - Seruni, Juni 2012

[caption id="attachment_184891" align="aligncenter" width="504" caption="Pantai Seruni dari Atas Bukit"][/caption]

Sabtu, pagi sekali aku sudah harus berlari-lari di stasiun.  Di depan loket mesti berteriak memanggil petugas karena tak ada yang jaga.  Kereta yang hendak kutumpangi hampir saja berangkat sedang tiket belum ada di tangan.

Kereta meluncur tepat pukul 6.20.  Perjalanan yang biasa saja sebenarnya,tapi selalu terasa istimewa.  Mungkin karena sudah cukup lama aku tak melakukan perjalanan dengan kereta.  Lebih-lebih ini adalah perjalanan ke Jogja.  Kota di mana selalu kutemukan banyak tawa, teman-teman yang menyenangkan dan suasana yang tak kutemukan di tempat lain.

Seorang kawan (sebut saja Faa) menjemputku di Lempuyangan.  Aku sebenarnya sangat penasaran dengan senja di stasiun ini, sayangnya aku masih cukup pagi saat mendarat di sini.  Setelah sejenak beristirahat di rumah Faa, tepatnya di kamar Faa, (ah, aku dibuat terkagum-kagum dengan kamarnya, sangat berseni menurutku.  Sangat Faa sekali.) Beberapa photo hasil huntingnya, ia cetak ukuran 4R lalu digantung layaknya jemuran di tembok samping tempat tidur (ini sangat menginspirasi).  Buku-buku berada di rak dan beberapa coretannya (gambaran abstrak) terbingkai dengan manis di atas rak buku tadi.  Ada sebuah lukisan wajahnya juga di sana, Faa bilang, itu pemberian temannya.  Teman yang cukup mengistimewakannya, kukira :D.

Seperangkat komputer, jendela kayu bertirai jalinan bambu yang dipilin, beberapa burung kertas yang bergantungan membelah kamar dan tentu saja tempat tidur. Dan aku langsung merasa nyaman.

Eh, ini kenapa jadi ngomongin kamarnya faa?? Ampuni aku faa_afu :P

Lepas pukul 14.00 kami meluncur ke Jakal, tempat dimana kami bersepakat (sebenarnya ini bukan kesepakatan melainkan keputusan sepihak haha) untuk berkumpul kemudian berangkat menuju Gunung Kidul.  Ah ya, apa aku sudah bercerita kali ini kami mau ke mana?  Yup, kami akan kembali susur pantai!!

Canting sudah sering kali melakukan agenda ini, tapi aku baru ikut sekali.  Ya, dua kali ini dengan rute yang sama. Sundak – Seruni.  Setelah mengisi perut dan kenyang kami segera bersiap.  Perjalanan dari Jogja ke Pantai Sundak itu cukup jauh, kurang lebih kami memerlukan waktu 2 jam untuk sampai ke sana dengan mengendarai sepeda motor. Enam orang dengan tiga motor.

Belum sampai di Pantai Sundak, langit sudah menggelap.  Sebenarnya, aku cukup was-was.  Menyusur pantai dari Pantai Sundak ke Seruni itu cukup jauh.  Ombak di laut selatan juga sulit diprediksi.  Perjalanan tahun lalu saja, beberapa kali kami keterjang ombak besar saat pulang, padahal hari belum benar-benar gelap.

Untuk itu, Pak’e Gendut yang menjadi satu-satunya pria dirombongan kali ini memutuskan untuk memulai menyusur dari Pantai Indrayanti.  Aku dibuat terkaget-kaget begitu sampai di pantai ini.  April tahun lalu, pantai ini masih sangat sepi pengunjung.  Tapi kali ini, mobil dan motor berderet-deret memenuhi tempat parkir.  Rumah-rumah makan dibangun.  Dan yang menyedihkan adalah sampah mulai bertebaran :(.

Matahari sudah tenggelam di garis laut barat, langit menggelap menyisakan rona jingga yang menua saat kami menjejakkan kaki di pasir Pantai Indrayanti.  Setelah mengabadikan moment keberangkatan, kami lekas berlari mendekati laut.

[caption id="attachment_184890" align="aligncenter" width="504" caption="Sebelum Memulai Perjalanan (Petualangan?)"]

1340766832749492385
1340766832749492385
[/caption]

Syukurlah, semesta merestui perjalanan kami.  Meskipun hari sudah gelap, tapi perjalanan kami cukup lancar. Ditemani 2 buah headlamp dan sebuah senter, kami bergegas berjalan menuju Seruni.  Pantai, dimana kami akan mendirikan tenda dan bermalam nanti.

[caption id="attachment_184906" align="aligncenter" width="480" caption="Berjalan dalam gelap"]

1340773852442749971
1340773852442749971
[/caption]

Kami berjalan dengan mulut tak hentinya bicara.  Ah tapi, tertawa lebih mendominasi.  Ada saja yang membuat kami terpingkal.  Dari cerita-cerita, kelakaran, sampai tebak-tebakan.  Meski begitu, beberapa kali kaki kami (tepatnya kakiku :|) terjeblos di sela karang lalu tercebur di air.  Cahaya senter dan bulan sabit tersenyum tak cukup membuat mata kami jeli, apakah yang kami injak adalah karang yang kokoh ataukah rumput yang melambai-lambai.

Tak terasa kami sudah berjalan selama 1,5 jam.  Seruni mengucapkan selamat datang dengan deburan ombaknya yang mengagumkan serta lolongan beberapa anjing milik pencari lobster. Waktu di ponsel kami yang tak bersignal menunjukkan angka 19.30.  Kami lekas membagi tugas.  Aku dan Ika mempersiapkan makam malam, Mak’e dan Pak’e Gendut mendirikan tenda, sedang Faa dan Sasha mencari kayu bakar untuk membuat api unggun.

Kali ini, kami membawa banyak sekali bekal makanan.  Dari cemilan ringan, makanan utama sampai buah-buahan ada.  Berasa tak seperti camping melainkan pindah tempat makan saja.  Tempat yang sangat wonderful tentunya.

[caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Menu Makan Malam"]

[/caption]

Selepas makan, kami menggelar matras dan mantel hujan untuk rebahan di dekat api unggun, menghadap hamparan laut kami duduk.  Bintang di langit sana sangat banyak, bahkan Ika sampai menyebutnya seperti ketombe. Banyak banget!!  Dan tentu saja ada banyak sekali bintang jatuh.

[caption id="attachment_184909" align="aligncenter" width="480" caption="Tenda dan Api Unggun"]

13407741581185945765
13407741581185945765
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Mendengar dan Didengar"]
Gambar
Gambar
[/caption]

Kemudian kami membentuk lingkaran, memutar botol dan ketika tutup botol berhenti menghadap titik yang sudah dinamai, maka orang dengan nama itu harus siap menerima pertanyaan-pertanyaan dari kami.  Dan kami harus menjawab dengan jujur.  Dan ya, topik pertanyaan kami selalu tak jauh dari kehidupan cinta.  Berbagai pendapat, sanggahan dan pandangan turut menghujani sesi ini.

Setelah puas bercerita dan mendengar, kami rebahan memandang langit.  Menghitung bintang jatuh.  Menjelang dini hari, kami memasuki tenda untuk beristirahat.  Tidur.

Pagi!!

Biasanya jika di rumah, jam pagi seperti ini aku sedang berbincang dengan buku rahasia, menulis surat pagi untuk kopi.  Tapi kali ini, ketika aku bangun yang pertama kali terdengar adalah deburan ombak.  Sunrise yang remang-remang dan perbincangan para pencari lobster yang tengah menimbang hasil tangkapannya.

[caption id="attachment_184907" align="aligncenter" width="480" caption="Pagi di Seruni"]

13407739421096487570
13407739421096487570
[/caption]

[caption id="attachment_184908" align="aligncenter" width="480" caption="Pagi di Seruni"]

1340774025937992327
1340774025937992327
[/caption] Aku, Mak’e dan Pak’e Gendut lekas menuju tempat di mana ada rembesan air tawar di bukit karang.  Membersihkan diri dan mengambil air untuk memasak.  Dan nyatanya, kami malah keasyikan basah-basahan di pantai.  Kawan lainnya memilih mendaki bukit karang untuk mengambil gambar, lainnya memilih membakar kentang untuk sarapan.  Tapi tak seberapa lama, mereka menyusul kami.  Bermain dengan ombak laut selatan.

[caption id="attachment_184912" align="aligncenter" width="480" caption="Bermain Bersama Ombak"]

13407746071239711130
13407746071239711130
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Bermain Bersama Ombak"]
Gambar
Gambar
[/caption]

Dan ya, kami tengah merasa berada di pantai kami sendiri.  Bagaimana tidak?  Hanya ada kami yang ada di sana. Pak’e gendut memilih untuk menyiapkan sarapan, dan jadilah kami lima perempuan menggila di Pantai Seruni.

Setelah puas bermain dan ‘melarung’ kami membersihkan diri di saluran air tawar.  Mandi, kemudian kembali ke tenda.  Seperti belum puas, kami masih saja melakukan hal-hal absurd sambil menunggu sarapan siap.  Mulai berdandan aneh, berpose tak biasa, intinya kami tengah melepas segala kepenatan hidup.

Lagi pula, kapan lagi kami mampu seperti itu.  Berada di tempat yang belum banyak tersentuh dunia luar.

[caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Menggila Bersama"]

[/caption]

[caption id="attachment_184894" align="aligncenter" width="480" caption="Menggila Bersama"]

13407673161493634061
13407673161493634061
[/caption]

Setelah sarapan, yang lebih tepatnya disebut makan siang, Pak’e gendut mendaki bukit untuk mencari letak sumber air tawar.  Ika dan Faa juga menyusul mendaki bukit untuk berburu photo.  Aku dan yang lainnya memilih gelesotan di gubuk sambil liyer-liyer, menikmati angin laut yang berhembus cukup menggiurkan untuk diajak menemani tidur.

Pukul 14.00 air laut mulai surut, kami bersiap untuk kembali menyisir pantai.  Pulang ke Jogjakarta.  Tak lupa, kami membawa serta sampah-sampah yang kami hasilkan, lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di pantai Indrayanti.

[caption id="attachment_184910" align="aligncenter" width="480" caption="Sebelum Pulang"]

13407743321922499147
13407743321922499147
[/caption]

Setiap perjalanan selalu punya tantangan tersendiri.  Jika ketika berangkat kendala kami adalah langit yang sudah menggelap, maka ketika pulang adalah ombak.  Ya, kami harus naik turun karang (yang tajamnya subhanallah) untuk menghindari terjangan ombak.

[caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Perjalanan Pulang"]

[/caption]

[caption id="attachment_184893" align="aligncenter" width="480" caption="Perjalanan Pulang"]

13407671071689955444
13407671071689955444
[/caption]

[caption id="attachment_184911" align="aligncenter" width="480" caption="Perjalanan Pulang"]

1340774446692525430
1340774446692525430
[/caption]

Tepat pukul 16.00 kami akhirnya sampai kembali di Pantai Indrayanti.  Tempat di mana kami memarkir sepeda motor.  Setelah meminum degan (1 butir untuk ber-6) kami segera meluncur kembali ke Jogja.  Masih harus melakukan perjalanan selama 2 jam dengan jalan yang naik turun, belak-belok, dan macetnya luar biasa.

Dan, saya merasa sangat lebih baik sepulang dari perjalanan ini.  Betapa banyak kepenatan hidup yang tersimpan rapat-rapat kemudian mencair lalu terlarung bersama ombak.  Betapa aku merasa semakin mencintai kalian, dan betapa aku merasa bahwa diriku adalah sesuatu yang berharga.

Terima kasih, kalian. Persahabatan yang kalian tawarkan begitu berpelangi, beraneka warna.

[caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Melompat Lebih Tinggi"]

[/caption]

@elisabethmurni : #GirlsDayOut edisi pantai sukses, besok dilanjut gunung ya, minimal Nglanggeran haha @rinatrilestari @faa_afu @fawaizzah @srengenge_wengi

Salam Mintilihir!!

Icikicikiber

Note: Semua photo adalah milik Canting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun