[caption id="attachment_184894" align="aligncenter" width="480" caption="Menggila Bersama"]
Setelah sarapan, yang lebih tepatnya disebut makan siang, Pak’e gendut mendaki bukit untuk mencari letak sumber air tawar. Ika dan Faa juga menyusul mendaki bukit untuk berburu photo. Aku dan yang lainnya memilih gelesotan di gubuk sambil liyer-liyer, menikmati angin laut yang berhembus cukup menggiurkan untuk diajak menemani tidur.
Pukul 14.00 air laut mulai surut, kami bersiap untuk kembali menyisir pantai. Pulang ke Jogjakarta. Tak lupa, kami membawa serta sampah-sampah yang kami hasilkan, lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di pantai Indrayanti.
[caption id="attachment_184910" align="aligncenter" width="480" caption="Sebelum Pulang"]
Setiap perjalanan selalu punya tantangan tersendiri. Jika ketika berangkat kendala kami adalah langit yang sudah menggelap, maka ketika pulang adalah ombak. Ya, kami harus naik turun karang (yang tajamnya subhanallah) untuk menghindari terjangan ombak.
[caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Perjalanan Pulang"]
[caption id="attachment_184893" align="aligncenter" width="480" caption="Perjalanan Pulang"]
[caption id="attachment_184911" align="aligncenter" width="480" caption="Perjalanan Pulang"]
Tepat pukul 16.00 kami akhirnya sampai kembali di Pantai Indrayanti. Tempat di mana kami memarkir sepeda motor. Setelah meminum degan (1 butir untuk ber-6) kami segera meluncur kembali ke Jogja. Masih harus melakukan perjalanan selama 2 jam dengan jalan yang naik turun, belak-belok, dan macetnya luar biasa.
Dan, saya merasa sangat lebih baik sepulang dari perjalanan ini. Betapa banyak kepenatan hidup yang tersimpan rapat-rapat kemudian mencair lalu terlarung bersama ombak. Betapa aku merasa semakin mencintai kalian, dan betapa aku merasa bahwa diriku adalah sesuatu yang berharga.
Terima kasih, kalian. Persahabatan yang kalian tawarkan begitu berpelangi, beraneka warna.