"Orang gagal mencari-cari alasan untuk berhenti, dan orang sukses berhenti mencari-cari alasan."
[caption id="attachment_136332" align="alignleft" width="200" caption="Gambar diambil dari FB Dedi Padiku"][/caption]
Aku kembali semangat mengajak jemari menari di atas keyboard setelah ikut serta dalam Launching Bukunya Mba Asma Nadia dan Om Isa Alamsyah. Acara Launching yang diadakan di Gramedia Tunjungan Plaza 1 Lt. IV itu dihadiri oleh banyak penulis pemula, baik dari kalangan mahasiswa sampai Ibu rumah tangga. Acara berjalan sangat menarik, mungkin karena pembawaan dari Mba Asma dan Om Isa sangat komunikatif dan sering diselingi humor menyegarkan. Sehingga di sela-sela pembicaraan yang mengupas buku yang berjudul Maryam Mah Kapok dan No Excuse itu terasa sangat mengalir dan tidak kaku.
Aku nekat datang ke acara launching tersebut setelah mendapat informasi dadakan dari ukhti Rizky, yah nekat karena aku bukanlah seorang penulis pemula apalagi seorang penulis. Kenekatan yang lain dikarenakan acara tersebut diadakan secara gratis dan juga ada bisikan yang mengatakan,"Udaah… dateng aja, biasanya kalau ada acara launching kayak gitu akan ada diskon!" Bener juga ya, pasti nanti ada diskon, terus siapa tahu bisa ikut-ikutan pinter nulis, pan disana bakal ada banyak orang pinter.
Setelah keraguan untuk ikut serta sudah terhapuskan oleh bisikan "ada diskon" muncul kebingungan yang lain,"berangkat sama siapa?gak ada temen, gak ada yang nganterin!!" Sampai-sampai, update status di FB lantaran hal tersebut, bukan bermaksud curhat, tapi siapa tahu bakalan ada yang berbaik hati menawarkan kebaikan untuk mau nganterin. [wkwkw ujung-ujungnya]. Beruntungnya aku memiliki wajah yang kalau lagi melas, melas banget. Makanya dalam sekali permohonan ditambah penataan raut wajah yang sedemikian rupa akhirnya teman kerjaku mau juga mengantarkan sampai ke TP.
Meskipun sedikit telat, tapi saya bersyukur akhirnya bisa bertatap wajah dengan Mba Asma Nadia yang bukunya sering kali kubaca. Bukan hanya itu saja, aku juga masih berkesempatan mendengarkan kupasan buku Maryam Mah Kapok dan No Excuse. Buku Maryam Mah Kapok sudah kubaca saat bertandang ke Gramedia beberapa hari sebelumnya, (Stt…..!! gak beli cuma numpang baca di Gramedia). Jadi bisa langsung nyambung dengan apa yang dibicarakan oleh Mba Asma. Saat giliran Om Isa mengupas buku yang berjudul No Excuse, sebuah buku yang menginspirasi untuk mengejar mimpi. Beliau berkata dalam bukunya bahwa "Orang gagal mencari-cari alasan untuk berhenti, dan orang sukses berhenti mencari-cari alasan." Wew awal yang menarik dan langsung menonjok semangat yang sempat terhuyung lelah.
Sepasang suami istri yang jago menulis itu juga menurunkan bakat mereka kepada kedua anaknya, Adam Putra Firdaus (9 th) dan Putri Salsa (13 th). Bahkan putra putri mereka juga sudah mempunyai buku (baca: mengarang buku) hebat bukan? Dan mereka memberikan sedikit rahasia mengapa putra putri mereka sudah bisa mengarang buku padahal usia mereka masih sangat muda. Yah salah satunya membiasakan/mengutamakan anak-anak mereka membaca buku dari pada menonton TV sedini mungkin. Dan keluarga penulis itu juga sering kali bermain tebak-tebakan kata agar putra putrinya mempunya banyak kosa kata. Jadilah merka keluarga penulis yang mantab jaya. Haha..
Di tengah-tengah acara, tiba-tiba teman yang mengantarku bilang mau pulang. Rugi dong kalau aku pulang sekarang, belum dapat tanda tangan, belum foto bareng. Tapi kalau aku nggak ikut pulang, aku pulang sama siapa? Malem lagi!! Setelah menimbang-nimbang untung ruginya, aku lebih memilih untuk melanjutkan mengikuti acara tersebut. "Gak apa deh, nanti aku pulang sama pak sopir saja." kataku.
Setelah mencari buku No Excuse dari Isa Alamsyah dan membawanya ke kasir (beneran dapet diskon 10 %) aku dan Rizky mengantri di samping Mba Asma untuk meminta torehan tanda tangannya di halaman depan buku tersebut. Kami juga mendapatkan sebuah pin lucu. "Satu buku, satu pin."kata Mas Dedi.
Setelah puas jeprat-jepret dengan target Mba Asma Nadia, aku dan Rizky (yang kutemui di pertengahan acara) beranjak keluar. Sampai di luar, ternyata hujan lagi deras-derasnya, kami pun memutuskan untuk ke Masjid dalam Mall untuk sholat Maghrib. Selepas itu, syukur alhamdulillah hujan sudah reda dan hanya meninggalkan genangan-genangan air juga tetesan-tetesan embun. Aku harus berpisah dengan Rizki di depan pintu TP karena arah rumah kami yang bertolak belakang.
Setelah berjalan kira-kira 300 meter (maaf, ini hanya perkiraan karena tidak sempat mengukurnya) aku menemukan sebuah mobil berwarna hijau tosca lengkap dengan sopirnya. Yah dialah Lyn W yang akan mengantarku meluncur ke Dukuh Kupang.
"Iki isone cuma ngrepoti wong, makane kuliah iku sing bener, ojo kelan-kelon tok ae! mboso meteng ditinggal minggat karo sing lanang!" dengan logat Surabaya yang kental. Waduuh, ada apa ini? baru saja membuka pintu untuk masuk ke dalam Lyn sudah dapet ceramah. Siapa yang hamil? Aku kan cuma mau jadi penumpang untuk pulang, nanti aku juga bayar kok! Apa gara-gara aku ngrepoti lantaran gak bisa buka pintu Lyn yang gak bisa dibuka? Dengan sedikit ragu kuberanikan bertanya,"ada masalah Pak?" "Itu loh Ning, mahasiswa yang kost depan rumahku minta dibeliin peralatan bayi karena hamil sama pacarnya, pacarnya udah kabur, dia gak mau pulang takut sama keluarganya. Sudah kubilang, ke panti asuhan saja biar ada yang ngerawat, tapi kalau anaknya sudah lahir akan diminta oleh pihak panti asuhan. Eh dia gak mau, katanya mau dirawat sendiri. Mahasiswa kok bisa hamil, mahasiswa macam apa itu?" suaranya yang terdengar meledak-ledak. Aku hanya diam tak menanggapi takut salah, tapi tak henti-hentinya dia menyumpah serapahi mahasiswa malang itu, belum lagi celotehan-celotehannya tentang pendapatannya yang tak seberapa hari itu lantaran hujan.
Aku hanya diam dan sesekali melemparkan senyum, tapi tiba-tiba ada perkataannya yang menohok. "Aku itu pengennya sebelum maghrib sudah di rumah Mba, nemenin anakku yang cerewetnya ngalah-ngalahin embahnya. Tapi selalu saja gak bisa, kejar setoran Mba. Apalagi pendapatan tiap harinya juga gak menentu, kadang cuma pas buat beli bensin saja, kadang malah tekor." Kali ini aku menanggapi,"Ya sabar Pak, rejeki kan sudah ada yang ngatur. Yang penting jangan menyerah Pak, semangat!!" Hahahahaha…..!" walah dia malah ketawa.
Saat melewati daerah Dolli, bapak itu kembali berkata."Di sini ni Mba, tempat paling terkenal dan terbesar di Asia" Terbesar apanya Pak?"tanyaku sok dudul. "Itu loh Mba, tempatnya orang-orang "njajan", orang-orang nakal gitu deh Mba!! Ayu-ayu yo Mba?" Aku hanya tersenyum saja."Aku itu Mba, tiap hari lewat daerah sini, tapi belum pernah tuh nyobain!"katanya melanjutkan. "Waah memangnya tertarik untuk mencoba Pak?"tanyaku. "Hahahaha kadang-kadang yo kepingen Mba, tapi untuk setoran saja sering kali kurang, lha kalau aku pakai untuk begituan anakku makan apa?hahahahaha…… " dasar orang!!" kataku dalam hati. "Tapi kasian ya Mba mereka!" katanya lagi. "Kenapa Pak?" mulai penasaran. "Pekerjaan mereka itu bertolak belakang dengan nurani mereka Mba, kebanyakan karena kepepet ekonomi. Tapi ada juga seh, yang sengaja terjun ke dunia seperti ini. Semua kembali kepada manusianya Mba." Aku tersenyum lalu menambahkan,"mudah-mudahan hati kita selalu dijaga oleh-Nya ya Pak, sehingga tidak sampai terjerumus dalam dunia yang tidak semestinya."
Dan malam itu, aku mendapatkan banyak pelajaran mulai dari Mba Asma Nadia dan Om Isa Alamsyah sampai Pak Sopir angkot. Dan benar kata-kata yang sering kali ku baca atau pun dengar, bahwa kita bisa belajar pada apa dan siapa pun jika kita memang mau dan mampu mengambil pelajaran yang tersembunyi di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H