"Iki isone cuma ngrepoti wong, makane kuliah iku sing bener, ojo kelan-kelon tok ae! mboso meteng ditinggal minggat karo sing lanang!" dengan logat Surabaya yang kental. Waduuh, ada apa ini? baru saja membuka pintu untuk masuk ke dalam Lyn sudah dapet ceramah. Siapa yang hamil? Aku kan cuma mau jadi penumpang untuk pulang, nanti aku juga bayar kok! Apa gara-gara aku ngrepoti lantaran gak bisa buka pintu Lyn yang gak bisa dibuka? Dengan sedikit ragu kuberanikan bertanya,"ada masalah Pak?" "Itu loh Ning, mahasiswa yang kost depan rumahku minta dibeliin peralatan bayi karena hamil sama pacarnya, pacarnya udah kabur, dia gak mau pulang takut sama keluarganya. Sudah kubilang, ke panti asuhan saja biar ada yang ngerawat, tapi kalau anaknya sudah lahir akan diminta oleh pihak panti asuhan. Eh dia gak mau, katanya mau dirawat sendiri. Mahasiswa kok bisa hamil, mahasiswa macam apa itu?" suaranya yang terdengar meledak-ledak. Aku hanya diam tak menanggapi takut salah, tapi tak henti-hentinya dia menyumpah serapahi mahasiswa malang itu, belum lagi celotehan-celotehannya tentang pendapatannya yang tak seberapa hari itu lantaran hujan.
Aku hanya diam dan sesekali melemparkan senyum, tapi tiba-tiba ada perkataannya yang menohok. "Aku itu pengennya sebelum maghrib sudah di rumah Mba, nemenin anakku yang cerewetnya ngalah-ngalahin embahnya. Tapi selalu saja gak bisa, kejar setoran Mba. Apalagi pendapatan tiap harinya juga gak menentu, kadang cuma pas buat beli bensin saja, kadang malah tekor." Kali ini aku menanggapi,"Ya sabar Pak, rejeki kan sudah ada yang ngatur. Yang penting jangan menyerah Pak, semangat!!" Hahahahaha…..!" walah dia malah ketawa.
Saat melewati daerah Dolli, bapak itu kembali berkata."Di sini ni Mba, tempat paling terkenal dan terbesar di Asia" Terbesar apanya Pak?"tanyaku sok dudul. "Itu loh Mba, tempatnya orang-orang "njajan", orang-orang nakal gitu deh Mba!! Ayu-ayu yo Mba?" Aku hanya tersenyum saja."Aku itu Mba, tiap hari lewat daerah sini, tapi belum pernah tuh nyobain!"katanya melanjutkan. "Waah memangnya tertarik untuk mencoba Pak?"tanyaku. "Hahahaha kadang-kadang yo kepingen Mba, tapi untuk setoran saja sering kali kurang, lha kalau aku pakai untuk begituan anakku makan apa?hahahahaha…… " dasar orang!!" kataku dalam hati. "Tapi kasian ya Mba mereka!" katanya lagi. "Kenapa Pak?" mulai penasaran. "Pekerjaan mereka itu bertolak belakang dengan nurani mereka Mba, kebanyakan karena kepepet ekonomi. Tapi ada juga seh, yang sengaja terjun ke dunia seperti ini. Semua kembali kepada manusianya Mba." Aku tersenyum lalu menambahkan,"mudah-mudahan hati kita selalu dijaga oleh-Nya ya Pak, sehingga tidak sampai terjerumus dalam dunia yang tidak semestinya."
Dan malam itu, aku mendapatkan banyak pelajaran mulai dari Mba Asma Nadia dan Om Isa Alamsyah sampai Pak Sopir angkot. Dan benar kata-kata yang sering kali ku baca atau pun dengar, bahwa kita bisa belajar pada apa dan siapa pun jika kita memang mau dan mampu mengambil pelajaran yang tersembunyi di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H