Ajaran kedua, sebelum menulis harus tahu bagaimana karakteristik media. Bahasa sederhananya mengetahui gaya media. Mengetahui karakteristik sama artinya kita menyelami  kejiwaan media.
Hal ini tentu tak bisa lepas dari kebiasaan membaca. Mengenal karakteristik media dapat diperoleh melalui kebiasan membaca. Misalnya jika ingin mengirim tulisan di Jawa Pos, maka kita harus tahu bagaimana karakteristik tulisan-tulisan yang dimuat di Jawa Pos, baik cerpen, puisi, artikel, maupun esai.
Kebiasaan mengenal karakteristik media ini erat kaitannya dengan ajaran bapak tentang teknik N3, yakni niteni, nerokne, dan nambahi. Â Dalam bahasa kami disebut mencari model tulisan. Niteni atau mengamati bagaimana gaya tulisan lalu menandai dan mengingat-ingat point pentingnya.
Nerokne, berarti menirukan bagaimana gaya tulisan yang akan kita modeli. Dan nambahi, berarti kita menambahkan hal baru, buah pikiran kita yang pastinya berbeda dengan tulisan itu.
Selain membaca dan menerapkan teknik N3, kami juga memiliki kebiasaan melakukan diskusi kecil di mana pun, kapan pun, dan apapun topiknya. Entah saat masak, makan, jagongan malam, bahkan sambil menata buku pun kadang kami berdiskusi. Setiap tulisan yang lahir pasti diiringi diskusi kecil.Â
Kadang sebelum dikirim ke media kadang juga setelah termuat di media. Artikelku yang pertama, dikirim ke Radar Ponorogo dibahas sebelum tulisan itu dimuat.
Artikel satu setengah halaman itu dibahas sejak habis Magrib hingga menjelang tengah malam. Mulai dari ide tulisan hingga kalimat penutup. Jika satu kalimat saja cukup mengapa harus lebih?Â
Kalimat Bapak itu  masih terngiang-ngiang hingga saat ini. Dan dengan sendirinya kalimat ini selalu membuntutiku ketika menulis. Sederhana tapi bermakna.
Lewat diskusi-diskusi kecil baik yang disengaja atau tidakinilah kemampuan menulisku semakin terasah.
Selain itu diskusi bersama komunitas dapat memberi informasi baru yang dapat dijadikan bahan menulis, dan yang terpenting adalah  menjaga semangat menulis tetap menyala. Inilah pentingnya komunitas. Tanpa komunitas Sutejo Spectrum Center aku bukanlah apa-apa.
Dunia menulis bagiku adalah dunia asing yang membahagiakan. Menulis memberi warna baru. Berkat menulis, aku mampu menaklukan rasa kurang percaya diriku.