Mohon tunggu...
Favian Hanif
Favian Hanif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPNVY

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bergerak Lincah di Sengketa 6 Negara: Solusi Cost-Effective Upaya Menjaga Kedaulatan Indonesia di Natuna Utara

12 Mei 2024   15:13 Diperbarui: 12 Mei 2024   15:34 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KN Pulau Nipah-321 dari Humas Bakamla RI/Kapten Bakamla Yuhanes Antara, S. Pd 

Dengan luas Indonesia yang mencapai 1.904.569 km2, hanya 0.7% GDP Indonesia atau setara dengan USD $9,5 miliar yang dialokasikan pada keseluruhan kementerian Pertahanan (Tian et al. 2024). Akibatnya, perbaikan dan penambahan postur militer Indonesia terlihat sulit untuk dilakukan karena sulitnya ruang gerak fiskal. Oleh karena itu, bagaimana Indonesia dapat mempertahankan kedaulatannya secara lebih efisien dari segi biaya dibandingkan dengan mengalokasikan porsi APBN yang lebih besar untuk pembelian alutsista?

Dansa Diplomatik, Meluluhkan 4 Macan ASEAN untuk melawan Naga Timur

Pembentukan aliansi keamanan untuk mencegah hegemoni suatu negara bukanlah hal yang baru dalam konflik global. NATO sejak penandatanganan ratifikasinya di Washington DC pada 1949 untuk mencegah hegemoni Uni Soviet pada perang dingin masih bertahan hingga saat ini dan kembali digunakan untuk menjegal hegemoni Kremlin-yang dulunya merupakan Uni Soviet-di Eropa Timur.

Ada 2 sarana suatu negara mencapai tujuan-kepentingan nasional-mereka, melalui usaha internal seperti penguatan postur militer dan kemampuan fiskal, dan usaha eksternal seperti mengikuti aliansi dan kerja sama (Waltz, 1979). 

Negara adidaya cenderung melakukan usaha internal membangun postur militer dan kekuatan ekonomi mereka karena sumber daya mereka yang melimpah, sementara usaha eksternal dilakukan untuk mengejar hegemoni regional. 

Sebaliknya, negara dengan kapasitas sumber daya rendah cenderung akan melakukan usaha eksternal dikarenakan besarnya biaya pembangunan untuk usaha internal.

Cina mengalokasikan USD $319 miliar untuk penguatan postur militer pada tahun 2023 dengan kenaikan 7% dalam 10 tahun terakhir (Chinapower, 2024). People Liberation Army Navy (PLAN) pun mengambil bagian dari dana tersebut, dengan postur armada PLAN yang dibekali dengan 351 unit kapal. 

Tak hanya itu, kapasitas produksi kapal Cina mencapai 46% dari keseluruhan kapasitas manufaktur kapal global. (UNCTAD, 2023). Kapasitas usaha internal Cina yang berkembang pesat pada satu dekade ini tentu sangat membantu Cina mencapai hegemoni regional dengan aneksasi teater Laut Cina Selatan secara total.

Kapal induk Kelas Fujian di Hongkong 2017, via Bloomberg
Kapal induk Kelas Fujian di Hongkong 2017, via Bloomberg

Perbandingan kapasitas moneter signifikan ini mendorong Indonesia untuk mencari cara untuk melindungi kepentingan nasionalnya di Utara melalui upaya eksternal, bukan internal. 

Kapasitas moneter yang substansial menggugah kesadaran akan perlunya perlindungan terhadap kepentingan nasional melalui strategi eksternal yang kolaboratif. Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina memiliki kepentingan serupa dalam menjaga keseimbangan kekuatan di Laut Cina Selatan untuk mencegah hegemoni Cina yang dapat mengancam stabilitas regional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun