Dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20, dilakukan pembahasan tujuh agenda prioritas G20, yaitu ekonomi global, agenda kesehatan global, arsitektur keuangan internasional, permasalahan sektor keuangan, keuangan berkelanjutan, infrastruktur, dan perpajakan internasional.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, Sri Mulyani Indrawati dan Perry Warjiyo memimpin pertemuan.
Perry Warjiyo menekankan bahwa G20 perlu mengordinasikan permasalahan ekonomi global dan tetap berkomitmen untuk mewujudkan aksi nyata dalam mendukung pertumbuhan dan pemulihan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
Lalu, bagaimana kontribusi masyarakat menyukseskan gelaran G20 di Indonesia? Tidak elok tentunya jika masyarakat hanya menjadi “penonton” dalam gegap gempita pelaksanaan presidensi G20 di Indonesia tanpa peran serta di dalamnya.
Masyarakat memiliki peran besar sebagai pelaku ekonomi sekaligus menjadi perpanjangan tangan pemerintah dalam menggerakkan perekonomian nasional. Rangkaian kegiatan Presidensi G20 di Indonesia akan melibatkan banyak UMKM serta menyerap tenaga kerja sekitar 33.000 orang.
Peningkatan penciptaan lapangan kerja dengan jumlah besar terjadi lantaran terdapat lebih dari 157 pertemuan yang akan dilakukan. Penyerapan tenaga kerja tersebut kemudian dapat mengurangi TPT (tingkat pengangguran terbuka) di Indonesia, khususnya bagi pemuda dan perempuan.
Menurut Menteri Koperasi dan UMK, Teten Masduki, Presidensi G20 akan meningkatkan investasi pada UMKM, mengingat saat ini 80% investor global berasal dari negara-negara G20.
Dari sisi pariwisata, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyebut gelaran G20 turut berkontribusi terhadap proyeksi peningkatan wisatawan mancanegara hingga 1,8 juta – 3,6 juta dan juga 600 ribu – 700 ribu lapangan kerja baru.
Resiliensi Ekonomi Berkelanjutan
Berdasarkan prediksi IMF, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 diperkirakan mencapai 5,3%, mengalahkan Tiongkok dan Amerika Serikat.