Harapannya, pelaksanaan presidensi G20 di Indonesia dapat meningkatkan aktivitas ekonomi yang kemudian mempermudah aksesibilitas masyarakat dalam meningkatkan taraf perekonomiannya.
Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, gelaran G20 akan menciptakan kontribusi sebesar Rp 7,4 triliun pada PDB Indonesia. Selain itu, terdapat pula peningkatan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun.
Meningkatkan dan mempertahankan stabilitas ekonomi akan selalu menjadi tantangan tersendiri dengan beragam dinamika di dalamnya. Mengikutsertakan seluruh elemen masyarakat menjadi bagian penting dalam satu-kesatuan sistem yang berumpan balik.
Presidensi G20: Stimulus Positif Berumpan Balik
Dalam suatu “sistem berumpan balik”, aksi dan reaksi dapat saling memengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain. Keluaran yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh masukannya, begitu pun sebaliknya.
Dalam bidang perekonomian, ternyata konsep sistem berumpan balik juga dapat dijumpai. Presidensi G20 bertindak sebagai stimulus positif yang memberi pengaruh besar dalam perbaikan kondisi ekonomi global.
Pada tahun 2022, Indonesia tidak hanya berperan memimpin perencanaan kebijakan ekonomi dalam Presidensi G20. Alih-alih, Indonesia juga menjadi pihak yang turut merasakan dampak dan manfaat langsung dari kebijakan tersebut.
“Ini pengaruhnya ke seluruh dunia luar biasa besar. Seperti, katakanlah kebijakan moneter maupun fiskalnya yang kemudian menimbulkan apa yang disebut efek spillover atau rambatan. Kalau ekonomi dunia tumbuh tinggi, berarti ekspor kita tumbuh tinggi,” ujar Menkeu.
Efek rambatan dari negara-negara berpengaruh tersebut memberi dampak pada Indonesia, salah satunya ke sisi penerimaan negara, seperti penerimaan pajak, bea cukai, hingga penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Singkatnya, Indonesia menjadi penanggung jawab sekaligus pemangku kepentingan dalam keberjalanan Presidensi G20.
Sinergi untuk Pulih Bersama