Maya bercerita pengalamannya sendiri saat masih kecil, dia bercita-cita untuk jadi pemain biola profesional. Namun saat maya berusia 15 tahun, dia mengalami cedera serius saat berlatih dan apabila diteruskan maka bisa mengakibatkan cacat permanen. Sejak saat itu, mimpinya untuk menjadi pemain biola profesional telah usai.
Ketika cedera itu merenggut mimpinya, Maya sadar kalau dirinya sedih karena kehilangan dirinya sendiri. Wajar saja biola selama ini telah mendefinisikan siapa dia. Dan tanpa biola, dia tidak tahu lagi siapa dirinya saat ini dan siapa dirinya di masa depan. Maya merasa terjebak. Fenomena ini dikenal sebagai identity paralysis. Hal ini terjadi di banyak orang ketika mereka menghadapi ketidakpastian.
Apa yang harus kita lakukan? Mungkin kita perlu melihat kembali hubunganmu dengan mimpi tersebut.
Maya menyadari kalau yang membuat dirinya rindu bermain biola, bukanlah soal biola itu sendiri. Tapi kenyataan bahwa musik memberikan dia sarana untuk terhubung dengan orang lain secara emosional.
Maya ingat ketika kecil dirinya merasa bangga ketika bermain biola di depan banyak orang, dan mereka semua merasakan perasaan yang sama. Inilah yang akhirnya membuat dia punya arah yang baru. Sekarang, bukanlah biola atau menjadi seorang ilmuwan yang merupakan profesinya saat ini mendefinisikan siapa dia, tapi identitasnya justru dihubungkan pada kecintaannya terhadap hubungan antar manusia dan rasa saling memahami. Maya tidak lagi mendefinisikan siapa dirinya berdasarkan apa yang dia lakukan. Tapi pada kenapa dia melakukannya.
Ingat, kejadian tidak terduga muncul dalam hidup kita, tidak peduli apakah kita suka atau tidak. Ketika kejadian itu muncul, hidup bisa terasa sangat menderita. Namun, yang bisa kita lakukan adalah terbuka atas perubahan tersebut. Hal ini bisa membantu kita bertumbuh sebagai pribadi yang lebih baik, dan menavigasi dalam kondisi di tengah badai.
Editor : Fauzul Ikfanindika
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI