Mohon tunggu...
FAUZUL IKFANINDIKA
FAUZUL IKFANINDIKA Mohon Tunggu... Guru - Redaktur

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kegagalan adalah Hadiah, Why Not?

5 September 2023   06:09 Diperbarui: 5 September 2023   06:13 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gagal adalah Hadiah Terindah, Dok. Pribadi

Mungkin alasan utama kita sulit menerima kegagalan adalah kita merasa kalau itu merupakan serangan personal. Padahal kegagalan bukan penentu siapa diri kita yang sebenarnya.

Halo semuanya, kali ini saya akan membahas bagaimana kita bisa belajar dari kesalahan. Apakah kau pernah dengar ungkapan kalau kegagalan adalah sebuah hadiah? Iya, hadiah yang berupa informasi.

Ketika orang sukses, kita berusaha mencari tahu apa sih rahasianya. Beda dengan orang yang gagal, kita berusaha menjauhi orang tersebut. Mungkin karena kita melihat kalau kegagalan sebagai sesuatu yang tidak bisa diprediksi dan kesuksesan adalah sesuatu yang bisa diprediksi.

Wajar saja karena kita selalu berusaha untuk sukses dan tidak berusaha untuk gagal kan? Padahal ini pendekatan yang salah, kita justru belajar lebih banyak dari kegagalan daripada kesuksesan.

Jauh sebelum era Spotify, apple music dan youtube di mana kita bisa mendengar lagu kapan saja, puluhan tahun yang lalu, jika kita ingin mendengar musik, maka kita harus datang ke toko musik.

Pada tahun 1940-an seorang anak muda di Amerika Serikat bernama Russel Soloman menjual piringan hitam di luar apotik ayahnya. Russel punya mimpi untuk menjadikan ini sebagai bisnis sungguhan. Lalu pada tahun 1960-an dia membuka toko yang menjual piringan hitam bernama tower records, lalu bisnisnya melejit. Tokonya mulai berekspansi di berbagai kota di Amerika, bahkan hingga ke Jepang.

Pada tahun 1970-an tower records telah menjadi toko yang sering dikunjungi oleh artis paling terkenal di dunia. Bisnis yang awalnya hanya di depan apotek, kini menjelma menjadi kerajaan bisnis internasional dengan miliaran dolar. Lalu pada tahun 1990-an Tower Music berhutang 100 juta dolar untuk ekspansi bisnis. Di waktu yang sama muncul disrupsi teknologi, masyarakat mulai familiar dengan internet. Saat itu mendengarkan musik tidak lagi harus datang ke toko musik. Mereka bisa mendengarkannya di mana saja.

Tapi Russel menolak melihat ancaman tersebut pada bisnisnya. Akhirnya pada tahun 2004, Tower Records mengajukan pailit. Kisah bisnis yang terbang tinggi lalu tenggelam mungkin sering kita dengar.

Kita mungkin bertanya-tanya kenapa orang yang begitu sukses bisa menolak untuk mengakui ancaman yang serius?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun