Mendengar bukanlah sekedar mendengarkan suara yang keluar dari mulut orang lain, tapi juga memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Orang yang hebat bukanlah orang yang jago bicara, melainkan orang yang mampu mendengarkan dengan baik. Dengan mendengar dengan baik, apa yang kita sampaikan pun akan tepat sasaran.
Oleh karena itu, kali ini saya akan membahas bagaimana menjadi pendengar yang baik. Ini merupakan rangkuman dari video Ted Edu yang berjudul 4 Things All Great Listeners Know dan diolah dari berbagai sumber.
Meskipun seumur hidup kita sudah bisa mendengar, namun tidak banyak orang yang benar-benar mendengar orang lain ketika bicara. Pikiran kita bisa saja sedang memikirkan hal lain, memikirkan respons atas perkataan lawan bicara dan sebagainya.
Mendengar bukan hanya mendengarkan suara yang keluar dari mulut orang lain, tapi juga memahami makna yang terkandung di dalamnya. Bukan karena mendengar itu susah, tapi karena kita tidak terbiasa untuk mendengarkan secara mendalam. Kita mendengar tapi tidak memahami.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika kita mendengarkan dengan seksama, kita akan mendapatkan informasi dari orang lain lebih banyak, meningkatkan kepercayaan di antara kalian, mengurangi konflik dan lebih memahami apa motivasi orang lain.
Apakah kamu adalah pendengar yang baik? Mayoritas mungkin menjawab iya. Namun, coba jawab jujur beberapa pertanyaan ini. Apakah kamu sering menyela orang lain ketika bicara? Apakah kamu langsung menarik kesimpulan padahal lawan bicara belum selesai? Apakah kamu sering meminta lawan bicara untuk mengulang apa yang disampaikan? Jika jawabannya mayoritas iya, maka kemungkinan besar kau perlu belajar untuk mendengarkan dengan baik.
Kita seringkali terlalu yakin akan kemampuan mendengarkan kita, padahal kenyataannya tidak. Sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 8000 orang yang bekerja di bidang bisnis, rumah sakit, universitas, militer dan lembaga pemerintah menemukan bahwa hampir semua responden meyakini bahwa mereka berkomunikasi dengan efektif atau lebih efektif daripada rekan kerja mereka. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orang hanya mendengarkan dengan efisiensi sekitar 25%.
Mendengarkan merupakan bagian penting dari komunikasi. Jika kita memiliki kemampuan komunikasi yang baik, maka kita dapat meningkatkan hubungan kita dengan masyarakat. Jadi, apa yang dimaksud dengan menjadi pendengar yang baik? Mungkin sederhananya, pendengar yang baik adalah seseorang yang mendengarkan lawan bicara untuk menerima dan memahami pesan dengan akurat.
Oleh karena itu, jika kita ingin menjadi pembicara yang ulung, kita harus memulainya dengan menjadi pendengar yang baik.
Tentu saja, tak ada yang mau berbicara dengan orang yang tak memperhatikan apa yang disampaikan, bukan? Itulah sebabnya, jika kita ingin menjadi pembicara yang ulung, kita harus memulainya dengan menjadi pendengar yang baik.
Mengapa mendengarkan secara mendalam merupakan keahlian yang penting dalam berkomunikasi?
Pertama, untuk mengurangi kesalahpahaman. Komunikasi yang buruk seringkali berakhir dengan salah paham, yang biasanya disebabkan oleh kemampuan mendengar yang buruk. Akibatnya, seseorang bisa jadi sibuk berasumsi dan saling salah paham jika mereka tak berusaha memahami sudut pandang orang lain atau mendengarkan orang lain dengan baik. Mungkin saja kita salah dengar atau salah mengartikan informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, jika kita ingin menjadi pembicara yang ulung, kita harus memulainya dengan menjadi pendengar yang baik.
Mengurangi penghakiman adalah salah satu manfaat dari mendengarkan. Ketika kita mendengarkan seseorang dengan seksama, kita akan berusaha untuk memahami orang lain tanpa menghakimi. Dengan cara ini, kita dapat membuka pikiran kita dan memberi orang lain kesempatan untuk menyampaikan pandangan mereka. Selain itu, kemampuan mendengar yang baik juga dapat meningkatkan produktivitas. Pendengar yang baik mampu menyimpan informasi lebih banyak dan memahami apa yang disampaikan. Hal ini menjadi keahlian yang berharga dalam meeting atau proyek.
Banyak orang mungkin berpikir bahwa mereka harus banyak berbicara sebagai tanda kontribusi, namun di sisi lain, mendengarkan jauh lebih penting. Bayangkan jika ketika orang lain sedang berbicara, kita bisa mendengarkan dengan seksama, maka ruang untuk salah paham akan berkurang dan produktivitasnya akan meningkat saat percakapan berlangsung.
Salah satu hal yang penting adalah jangan menyela pembicaraan orang lain. Ini bukan berarti kita harus diam 100%. Namun jika kita harus menyela, carilah jeda alami untuk mengajukan pertanyaan terbuka yang bermanfaat bagi pembicara, bukan hanya untuk memuaskan keingintahuan kita.
Pertanyaannya bisa seperti ini, "apa yang terjadi selanjutnya?" Atau "bagaimana perasaanmu?"
Pertanyaan ini menunjukkan bahwa kita mengikuti ceritanya sambil membantu pembicara untuk menyelami lebih dalam pemikirannya sendiri.
Mendengarkan dengan seksama dalam komunikasi pribadi adalah tentang bagaimana kita tertarik pada orang lain dan membuat mereka merasa dimengerti. Tidak ada definisi pasti tentang mendengarkan secara mendalam, namun pasti berkaitan dengan perhatian, saling memahami dan menunjukkan intensi positif kepada lawan bicara.
Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan merangkum apa yang kita dengar, dan bertanya kepada pembicara apakah kita telah melewatkan sesuatu atau tidak. Rangkuman ini menunjukkan bahwa kita benar-benar mendengarkan dan berusaha memahami apa yang disampaikan oleh lawan bicara. Bukan hanya menunggu giliran kita untuk bicara. Memang benar bahwa percakapan yang baik berjalan dua arah. Namun, jika kita terlalu fokus pada respon kita ketika orang lain bicara, hal ini justru akan mengganggu fokus kita.
Jadi, berusahalah untuk tetap fokus pada saat ini dan jika kita ternyata tidak mengikuti pembicaraan, jangan ragu untuk meminta lawan bicara untuk mengulangi apa yang telah disampaikan. Hal ini mungkin terasa menyebalkan, namun meminta klarifikasi sebenarnya menunjukkan bahwa kita berkomitmen untuk memahami apa yang disampaikan.
Jangan takut juga ketika ada jeda, tidak masalah jika kita diam sejenak untuk memikirkan bagaimana respon kita. Begitu juga ketika lawan bicara melakukan hal yang sama. Semua perubahan ini mungkin terlihat kecil, namun jika dilakukan bersamaan maka bisa membuat perubahan yang besar.
Bagaimana jika kita sedang berada dalam situasi yang sulit, misalnya ketika tidak sepakat dengan orang lain atau menghadapi orang yang sedang marah? Mungkin perlu dipahami, konflik adalah bagian alami dari interaksi manusia. Namun untuk bisa menyampaikan ketidaksetujuan secara konstruktif, diperlukan kemampuan mendengarkan yang baik dan komunikasi yang efektif.
Untuk menyelesaikan konflik, kita harus berada dalam kondisi yang tenang. Jangan bersikap defensif atau agresif karena hal itu hanya akan memperburuk situasi. Fokuslah untuk memahami sudut pandang orang lain. Jangan sibuk berusaha menjelaskan sesuatu, tapi gunakan pertanyaan terbuka untuk mengetahui akar masalahnya. Carilah kesamaan di antara poin yang bersebelahan. Selanjutnya, berusahalah untuk menemukan solusi terbaik yang bisa mengakomodasi keinginan para pihak.
Mungkin saja tidak semua yang kita inginkan akan kita dapatkan, begitu juga dengan orang lain. Namun, solusi yang diambil diharapkan bisa menyelesaikan konflik. Hal ini merupakan tantangan yang sebenarnya dalam berlatih mendengar dengan seksama. Namun, dengan latihan yang tertata, kita dapat menavigasi situasi ini dengan sempurna.
Editor : Fauzul Ikfanindika
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H