Mohon tunggu...
Fauzi Yusupandi
Fauzi Yusupandi Mohon Tunggu... -

Menulis dan membaca adalah kesukaan ku saat ini

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bioavtur : Sustainable Jet Fuel For Aviation

27 Agustus 2017   22:07 Diperbarui: 27 Agustus 2017   22:19 6540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

            Masa kejayaan Indonesia sebagai pengekspor minyak telah usai. Beberapa tahun terakhir Indonesia harus mengimpor minyak bumi dari berbagai negara untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Di sisi lain, ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan energi dari sumber terbarukan demi masa depan energi Indonesia. Pemanfaatan sumber yang belum termanfaatkan dengan baik adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). TKKS merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan minyak sawit. Namun, industri hilir minyak sawit belum berjalan optimal dan dibutuhkan investasi untuk pembangunan industri hilir yang besar. Hilirasasi industri minyak sawit dapat didorong dengan mengembangkan produk yang bernilai tinggi, salah satunya adalah mengkonversi TKKS menjadi bahan bakar alternatif yaitu bioavtur (aviation biofuel). Avtur diperoleh dari proses kilang minyak bumi sedangkan bioavtur diproduksi dari biomassa melalui beberapa proses.

Data dari Ditjen Migas Kementrian ESDM menunjukkan bahwa konsumsi avtur meningkat setiap tahunnya. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa konsumsi avtur pada tahun 2007 mencapai 14.845.000 barel dan konsumsi avtur pada tahun 2011mengalami kenaikan sebesar 20.945.000 barel. Kenaikan ini diakibatkan oleh meningkatnya pembelian pesawat baru oleh maskapai penerbangan dan masuknya maskapai internasional sehingga penggunaan avtur dalam negeri meningkat pesat.

Jika pemerintah tidak melakukan tindakan untuk mengantisipasi hal tersebut maka produksi dalam negeri tidak akan bisa memenuhinya sedangkan cadangan minyak bumi semakin menipis. Penggunaan bioavtur merupakan salah satu cara alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut dan juga dengan diproduksinya bioavtur dapat mengolah biomassa (limbah TKKS) menjadi produk yang bernilai jual tinggi. International Civil Aviation Organization(ICAO) telah memasukkan kebijakan penggunaan bioavtur dan beberapa maskapai sudah melakukan uji coba penerbangan menggunakan bioavtur 5 -- 10%. Selain itu pihak ICAO telah mencanangkan efisiensi bahan bakar pesawat minimal 1,5% per tahun dengan target pada tahun 2020 dapat mencapai carbon neutral growth.

Bioavtur

            Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit di dunia karena didukung oleh iklim dan tersedianya lahan yang sangat luas. Selain menghasilkan minyak sawit, pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan produk samping yaitu limbah cair (POME), cangkang sawit, sabut, dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Jumlah terbesar produk samping pengolahan kelapa sawit adalah TKKS dengan menghasilkan 230 kg dari setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diproduksi. Maka, limbah TKKS harus diolah lebih lanjut jika tidak ingin mencemari lingkungan. Hal ini didukung dengan meluasnya lahan perkebunan kelapa sawit. Hampir seluruh hasil perkebunan kelapa sawit diolah menjadi minyak sawit dan menghasilkan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai produk samping. Pada Tabel 1 menunjukkan data luas area, produksi kelapa sawit dan TKKS yang dihasilkan di beberapa daerah penghasil sawit terbesar di Indonesia.

Tabel 1. Data luas area, produk kelapa sawit dan produk TKKS di beberapa wilayah Indonesia

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dalam dunia penerbangan, bahan bakar yang digunakan adalah avtur jenis Jet-A sehingga bioavtur yang diproduksi dari biomassa harus memiliki karakteristik yang menyerupai avtur jet-A. Perbandigan komposisi hidrokarbon dari bioavtur dan avtur jet-A ditunjukkan oleh Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan komposisi hidrokarbon bioavtur dan avtur jet-A

bioav2-jpg-59a2dfeaf3f0430bc84e8ff2.jpg
bioav2-jpg-59a2dfeaf3f0430bc84e8ff2.jpg
Sumber : Aditya

            Proses pembuatan bioavtur terbagi menjadi empat, diantaranya Hydroprocessed Esters and Fatty Acids (HEFA), Biomass To Liquid(BTL), Alcohol To Jet(ATJ), dan Pirolisis. Pada proses HEFA, bahan baku biomassa diekstrak kandungan minyaknya. Bahan baku yang digunakan adalah alga, jatropha, dan carmelina. Minyak hasil ekstraksi masuk ke proses degumming dan bleaching sebagai persiapan bahan baku. Proses ini terdiri dari dua tahap reaksi hydrotreating dan hydroprocessing. Reaksi ini berlangsung pada tekanan 1.379 -- 13.790 KPa dengan temperatur 150 -- 454oC menggunakan katalis NiMo/Al2O3. Akan tetapi, proses pembuatan bioavtur menggunakan proses HEFA masih dalam skala kecil sehingga sulit untuk di scale-up ke skala industri (Aditya). Proses Biomassa To Liquid(BTL) mengkonversi biomassa menjadi gas sintesis berupa CO dan H2 yang kemudian dicairkan menggunakan proses Fischer-Tropsch (FT) pada temperatur 250 -- 350oC dan tekanan 3,14 dan 8,62 MPa dengan katalis berbasis Fe dan Co. Hasil proses FT yaitu bioavtur dan hidrokarbon fraksi ringan. Proses BTL dapat dilakukan pada skala industri.

            Proses Alcohol To Jet(ATJ) merupakan proses fermentasi selulosa dan gula untuk menghasilkan senyawa alkohol (C1-C6) menggunakan bantuan bakteri, ragi atau mikroba. Proses ini beroperasi pada temperatur 30oC dan tekanan atmosfir selama 14 jam (Aditya). Alkohol hasil fermentasi akan masuk ke reaktor fixed bed turbularmenghasilkan n-alkena. Selanjutnya, n-alkena akan masuk ke reaktor fixed bed continuous flowdan tahap akhir proses ini adalah proses hidrogenasi pada temperatur 150oC dan tekanan 1.013,25 KPa menggunakan katalis Pd/Alumina. Alternatif terakhir proses pembuatan bioavtur adalah pirolisis. Pirolisis menggunakan biomassa sebagai bahan baku dan kondisi operasi proses ini adalah temperatur 200 -- 500oC dan tekanan atmosfir. Produk samping proses ini adalah arang, abu dan pyrolysis oil. Pyrolisis oil kemudian dimasukkan ke tahap pemisahan sehingga menghasilkan bioavtur. Pada Tabel 3 menunjukkan perbandingan beberapa proses pembuatan bioavtur.

Tabel 3. Perbandigan proses Pembuatan Bioavtur

bioav3-jpg-59a2dff4f121d46d4d5bbf24.jpg
bioav3-jpg-59a2dff4f121d46d4d5bbf24.jpg
Sumber : Aditya

Dari tabel diatas terlihat bahwa proses BTL merupakan proses yang paling menguntungkan untuk memproduksi bioavtur. Bahan baku proses tersebut dapat menggunakan TKKS sebagai biomassa. Selain itu, proses BTL memberikan yield bioavtur yang tinggi dan teknologinya sudah banyak digunakan pada skala industri.

Penutup

           Indonesia memiliki sumber biomassa yang melimpah seperti TKKS yang perlu dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku energi terbarukan. Dengan keluarnya kebijakan dari ICAO tentang penurunan emisi bahan bakar penerbangan, maka Indonesia harus mengambil langkah cepat untuk menerapkan regulasi dari ICAO. Industri bioavtur baru ada di Brazil dan Amerika Serikat sehingga hal ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk memproduksi bioavtur dari biomassa. Hal ini tidak hanya sebagai wujud memenuhi kebutuhan avtur domestik tetapi juga jika semua negara menerapkan regulasi tentang penggunaan bioavtur maka bioavtur yang dihasilkan Indonesia dapat menyuplai kebutuhan bioavtur negara lain. Pada tahun 2017, PT Pertamina bersama Wilmar Group akan membangun industri bioavtur dengan nilai investasi sebesar US$ 450 -- 480 juta dengan kapasitas produksi sebanyak 260 juta liter bioavtur per tahun. Pasar domestic diperkirakan baru bisa menyerap 10% dari total produksi (CNN Indonesia, 2015).

Referensi

Daryanto, Cecep E. Rustana, dan Sabar P Simanungkalit. 2016. Studi Karakteristik Bioavtur Getah Pinus Berbasis Hidrogenasi. Universitas Negeri Jakarta dan LIPI

Erwinsyah, Atika Afriani dan Teddy Kardiansyah. 2015. Potensi dan Peluang Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas : Studi Kasus di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit dan Balai Besar Pulp dan Kertas

Masri, Aditya Febrian. Pra Rancangan Pabrik Bioavtur (Aviation Biofuel) Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Kapasitas Produksi 35.500 Ton/Tahun. Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala

Setyawan, Dimas. 2016. BAB I Strategi Perancangan. Diambil dari : https://www.scribd.com/document/326357488/Bab-i-Bioavtur (27 Agustus 2017)

Primadhyta, Safyra. 2015. Gandeng Wilmar, Pertamina Bangun Pabrik Bioavtur US$ 480 Juta. Diambil dari : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150812150523-85-71662/gandeng-wilmar-pertamina-bangun-pabrik-bioavtur-us--480-juta/ (27 Agustus 2017)

Artikel ini dibuat untuk mengikuti kompetisi dari Kementrian ESDM (www.esdm.go.id) #15HariBerceritaEnergi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun