Sumber : Sri, 2016
      Maka pada tahap selanjutnya, hidrolisat masuk ke proses fermentasi untuk menghasilkan bioetanol.  Bioetanol yang diperoleh masih memiliki konsentrasi yang rendah sehingga perlu proses pemurnian. Prose pemurnian konvensional adalah menggunakan distilasi, namun karena adanya titik azeotrop biaya operasi distilasi tinggi untuk memperoleh kadar bioetanol 99,6%. Pervaporasi merupakan cara alternatif untuk meningkatkan kemurnian bioetanol dengan bantuan membran hidrofobik. Pada prinsipnya, pervaporasi bekerja atas perbedaan tekanan uap dan pada aliran permeat diberi tekanan vakum karena cara ini paling ekonomis untuk mengkondensasikan uap permeat. Pada aliran umpan pervaporasi terdapat campuran air dan bioetanol, kemudian dipisahkan di pervaporasi sehingga air sebagai rentetat dan bioetanol sebagai permeat. Maka dioeroleh bioetanol dengan kemurnian sebesar 99,6% yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar. Skema teknik pervaporasi ditunjukkan oleh Gambar 5.
Sumber : Meti, 2016
Penutup
      Mikroalga memiliki potensi untuk menjadi sumber energi terbarukan. Dari data yang diperoleh, mikroalga dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam memproduksi bioetanol dan biodiesel. Saat ini, produksi bioetanol di berbagai negara masih menggunakan tanaman pangan seperti tebu (Brazil), gandum (Eropa) dan jangung (Amerika Serikat) sehingga menimbulkan persaingan antara pangan dan energi (Guerrero, 2010 dalam Luthfi, dkk, 2010).Â
Penggunaan mikroalga sebagai bahan baku bioetanol sangat menjanjikan untuk mensubstitusi bahan bakar bensin di masa yang akan datang. Selain itu, teknologi membran yang digunakan untuk memproduksi bioetanol generasi ke-3 ini masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut karena permasalahan utama dalam teknologi membran adalah fouling atau pengendapan partikel di dalam pori membran. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kinerja membran sehingga produk yang diinginkan tidak sesuai. Kelebihan yang dimiliki biomassa mikroalga adalah yield bioetanol yang dihasilkan relatif lebih besar dibandingkan dengan biomassa yang lainnya sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai peluang besar bagi Indonesia untuk menambah produksi bioetanol dalam negeri.
Referensi
Assadad, Luthfi, Bagus Sediadi Bandol Utomo, dan Rodiah Nurbaya Sari. 2010. Pemanfaatan Mikroalga Sebagai Bahan Baku Bioetanol. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Ashriyani, Atikah. 2009. Pembuatan Bioetanol Dari Substrat Makroalga Genus Eucheuma dan Gracilaria. Depok : Universitas Indonesia
Dewi, Sri Suminar. 2016. Teknologi Membran Dalam Produksi Bioetanol. Bandung : Institut Teknologi Bandung
Sugiyono, Agus. 2015. Pemanfaatan Biofuel Dalam Penyediaan Energi Nasional Jangka Panjang. BPPT