Inilah Part II dalam tur perjalanan “keliling dunia” walaupun hanya beberapa negara saja yang pernah saya kunjungi. Setelah Azerbaijan dan Italia saya kupas dalam edisi sebelumnya, (http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/05/26/flashback-stories-of-2011-the-incredible-trip-to-6-countries/) , maka part II ini akan mengukir cerita di salah satu negara besar di Eropa yaitu Jerman. Kurang lebih satu tahun yang lalu tepatnya tanggal 14 Mei 2011 saya menginjakan kaki untuk pertamakali nya di Jerman. Sedikit informasi, bahwa perjalanan ke Jerman merupakan lanjutan perjalanan sebelumnya yaitu Italia, karena kedua negara cukup dekat dan hanya terhalang oleh Austria sehingga perjalanan dengan pesawat hanya ditempuh selama 2 jam saja. Untuk mendengarkan kronologis perjalanan secara lebih rinci mari kita lanjutkan ke dalam sesi inti part II ini, selamat membaca dan berpetualang!!
PART II All ISWI Participants Saya berani bertaruh, Jerman adalah tujuan negara paling berkesan dari semua negara yang pernah saya kunjungi. Banyak pengalaman dan cerita menarik selama 2 minggu saya berada disana. Alasannya beragam, seperti perjalanan ala “backpakeran” seorang diri juga bersama teman, kunjungan ke beberapa kota besar dan bersejarah dan tentu saja event ISWI sendiri atau International Students Week in Ilmenau, yaitu salah satu konferensi atau festival mahasiswa terbesar di Eropa yang dilaksanakan dua tahun sekali. Yang membedakan ISWI dengan konferensi yang saya ikuti sebelum dan sesudahnya adalah ISWI mengadopsi sistem semi formal dalam kegiatannya serta mempunyai beragam aktivitas setiap harinya sehingga membuat peserta terhibur namun tetap tidak menghilangkan esensi kegiatan yaitu pemahaman dan toleransi antar budaya. Hal lain yang saya kagumi juga adalah event yang diikuti oleh 350 peserta dari berbagai negera itu, dibentuk dan dilaksanakan murni oleh mahasiswa belasan Universitas Teknik Ilmenau yang bekerja keras siang dan malam serta dibantu oleh puluhan volunteers yang juga mahasiswa universitas tersebut. Peserta sendiri tidak dikenakan biaya apapun baik untuk registrasi, penginapan, makan dll. Bahkan apabila masih ada kesempatan saya ingin mengikuti ISWI lagi di tahun 2013 karena event tersebut sangat berkesan dan membuat peserta ketagihan. Saya sarankan bagi para mahasiswa untuk mendaftar di tahun 2013 nanti dan rasakan kemeriahan nya! ISWI: Ilmenau dan sebuah pertemuan beda budaya Singkat cerita setelah terbang dari Milan Italia dengan menempuh perjalanan selama 2 jam dengan pesawat Easy Jet, akhirnya saya sampai juga di Berlin Jerman tepatnya di bandara Berlin Schonefeld pada pukul 16.00 waktu setempat. Perjalanan saya tidak sampai disitu karena harus melanjutkan ke lokasi kegiatan ISWI di kota Ilmenau, suatu kota kecil dari negara bagian Thuringen atau Thuringia yang mempunyai beberapa kota kecil yang memiliki nilai sejarah yang sangat kental serta keindahan alam yang sangat memukau seperti Erfurt, Weimar, Eisenach dan termasuk Ilmenau. Perjalanan menuju Ilmenau dapat ditempuh dengan kereta cepat Bahn. Bahn yang dalam bahasa jerman berarti kereta merupakan alat transportasi utama bagi warga untuk menghubungkan satu kota dengan kota lain, bahkan negara lain di Eropa. Saya memang sempat berbincang mengenai ketentuan pembelian tiket Bahn dengan teman-teman peserta ISWI lain melalui group di Facebook. Salah satu keuntungan nya adalah bila akhir pecan bisa dapat diskon tiket apabila berjumlah 5 orang. Tiket bisa di dapat dari harga 60 euro menjadi 10 euro saja per orang nya! Namun saying nya saya tidak bisa menikmati tiket murah tersebut karena saya hanya seorang diri ketika memesan tiket ke Ilmenau.
Sudut-sudut kota Ilmenu
Kota Ilmenau sendiri adalah suatu kota kecil di kawasan Thuringia. Kota ini dikelilingi oleh pegunungan dan bukit dan hutan yang tampak sangat indah dari kejauhan dengan warna hijau yang dominan. Sebagian besar penduduknya adalah mahasiswa sekitar 6200 jiwa kuliah di Universitas Teknik Ilmenau yang tinggal di flat-flat yang disediakan oleh pihak universitas. Keindahan alam yang dipadukan dengan unsur teknologi modern menjadikan Ilemanu tempat yang strategis untuk disinggahi. Maka dari itu Universitas Teknik Ilmenau pun menjadi salah satu universitas teknik terbaik di Jerman dimana banyak mahasiswa dari berbagai kota di jerman bajkan luar negeri yang berminat kuliah disana. Daya tarik lainnya adalah peninggalan dan tempat-tempat Goethe yang bersejarah. Seperti yang diketahui bahwa Goethe yang bernama lengkap Johann Wolfgang von Goethe merupakan salah satu tokoh terpenting di dunia sastra Jerman dan Eropa di abad 18 dan 19. Karya- karya nya telah menjadi inspirasi bagi sastrawan di dunia baik di bidang music, drama dan puisi.
Smiilleeee!!!! :)
Kembali pada ISWI yang diselenggrakan di kota tempat Goethe mencari inspirasi selama hidupnya tersebut. Pada tanggal 15 Mei 2011 adalah hari dimana pegelaran international brunch atau festival budaya sebagai salah satu rangkaian kegiatan ISWI dilaksanakan. Dalam kegiatan itu seluruh peserta ISWI yang berjumlah hampir 350 mahasiswa dari sekitar 50 negara di seluruh dunia menampilkan kebudayaan negara nya masing masing seperti pakaian, tarian, makanan, alat music bahkan mainan. Indonsia sendiri sebagai negara dengan jumlah peserta terbanyak menampilkan beberapa tarian seperti tari merak, tari saman, tari zapin batin kemuning dan poco-poco serta diiringi lagu-lagu daerah dari Sunda, Betawi, Batak dan lain-lain. Delegasi Indonesia juga menggunakan pakaian dari adat masing-masing seperti Jawa Barat, Riau, Medan, Kalimantan Tengah, Bali, Jakarta (Betawi), Jawa Timur, Jawa Tengah, serta batik sebagai pakaian resmi negara Indonesia. Dan tak lupa berbagai jenis makanan dan pernak-pernik khas Indonesiakita sajikan dalam pameran tersebut seperti Pisang sale, Keripik Tempe, Dodol, Manisan Kelapa, Makaroni rujak, gurilem, sambal, gantungan kunci, mainan,miniatur angklung, kalender, buku-buku, magnet, yang semuanya mempuyai khas Indonesia.
Salah satu bagian dari kegiatan ISWI adalah workshop dan diskusi mengenai tema yang di usung dalam event tersebut yaitu “crossing border” dan saya sendiri tergabung dalam grup “freedom dan education” bersama dengan beberapa mahasiswa dari berbagai negara seperti Jerman, Rusia, Rumania, Ukraina, Polandia, Moldova, Mesir, India, Philipina, termasuk Indonesia yaitu Faisal Harahap. Setiap mahasiswa tentunya membawa pendapat dan cara pandang yang berbeda, yang dipengaruhi oleh keadaan negara masing-masing. Sepertinya saya cukup beruntung dengan tergabung dalam grup ini, karena dipimpin oleh empat orang group leader cantik asal Jerman yang juga menjadi pelajar di TU-Ilmenau yaitu: Daniela Lattner, Jana Kiesel, Sabrina Bohn, Claudia Murawski. Mereka sangat ramah dan bertugas cukup baik selama kegiatan berlangsung. Dalam workshop ini terdapat berbagai metode untuk membahas isu-isu yang berhubungan dengan freedom and education seperti debat cepat, games, atau penayangan video yang dilanjutkan dengan diskusi serta kunjungan ke sekolah untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan di negara tersebut.
Group Workshop: Freedom and Education
Tepatnya pada hari Rabu, 18 Mei 2011 kami mengunjungi sebuah sekolah swasta di Ilmenau, yaitu sekolah “Franz von Assisi”. Dalam kunjungan tersebut saya melihat adanya kebebasan untuk memilih sejak umur lima tahun, kebebasan untuk mengatur jadwal sendiri bagi anak didik, kebebasan untuk berpartisipasi dan mengekspresikan diri lewat musik, olahraga, kegiatan masak-memasak, kerajinan tangan, dll. Sedangkan dari sepuluh hari mengikuti workshop dan diskusi dalam grup “freedom dan Education” saya bisa mengambil beberapa point penting yaitu: konsep pendidikan yang berbeda dari setiap negara khususnya Eropa dan Asia, kebebasan dalam memilih subjek yang diminati sejak dini tanpa paksaaan dari orangtua dimana di Eropa itu sudah diberikan sejak mereka masih berumur 5 tahun, serta perbedaan pendapat mengenai pembelajaran agama.
Murid-murid sekolah “Franz von Assisi”
Kebiasaaan di Eropa adalah memisahkan pelajaran agama dengan pelajaran umum karena dianggap cenderung untuk membentuk pemikiran subjektif bagi murid-murid, karena pelajaran agama yang mereka pelajari hanya sebatas terhadap agama mereka saja, tidak ada toleransi untuk mempelajari nilai-nilai yang baik dari agama lain. Sedangkan sistem pendidikan di Asia sudah memasukan pendidikan Agama ke dalam kurikulum dikombinasikan dengan nilai-nilai budaya dan sosial negara Asia yang berbeda dengan Eropa. Kegiatan workshop dan diskusi tersebut dilakukan setiap hari sampai jumat dari jam 9 pagi sampai jam 3 siang disertai dengan seminar di sela-sela waktu yang diikuti oleh seluruh peserta ISWI di astu aula terbesar di kampus tersebut yaitu Humboldtbau. Seminar tersebut juga menghadirkan pembicara-pembicara yang cukup berpengaruh baik dari Akademisi maupun unsur pemerintah di Jerman. Setelah itu ada bermacam-macam kegiatan yang bisa peserta ikuti.
Hari berikutnya yaitu tanggal 17 Mei diisi dengan “Open Air Concert” yang dimulai pada jam 8 sore. Acara itu diisi oleh beberapa musisi lokal seperti Grup band Tos, Graumeliert ist zeitlos, Lingua Loca, serta penampilan dari penyanyi solo dengan berbagai macam aliran seperti jazz, swing, soul dan rock yang tak kalah luar biasa menghangatkan suasana sore itu yang cukup dingin dan mendung. “The long path to freedom” begitulah tema yang dibawa dalam kegiatan pda tanggal 18 mei 2011. Kegiatan ini cukup menarik dan mempunyai nilai filosofis yang baik. Perjalanan yang cukup panjang harus ditempuh oleh peserta untuk mencapai kebebasan dan revolusi dengan melawan bentuk diskriminasi dan penindasan. Setiap peserta mendapatkan paspor yang berbeda dan akan melewati rintangan yang berbeda pula selama perjalanan. Paspor tersebut dibagi menjadi empat macam yaitu paspor kuning yang berarti orang yang berasal dari “honey yellow lowlands”, paspor biru yang berarti orang yang berasal dari “blueberry hills”, dan paspor merah yang berarti orang yang berasal dari “cupric woods”. Saya sendiri mendapatkan paspor merah ketika berpartisipasi di acara ini.
Krämerbrücke Thuringia Day atau kunjungan ke beberapa kota dan tempat di kawasan Thuringia yang bersejarah dan klasik, bahkan telah menjadi warisan budaya yang diakui oleh UNESCO. Ada empat pilihan dalam kegiatan ini yaitu Weimar, Eisnach, Erfurt dan hiking ke gunung tertinggi di Ilmenau yaitu kickelhahn (German for roster) atau ayam jago yang juga ditemukan di lambang Ilmenau. Saya sendiri kebagian “jatah” ke Erfurt karena saya datang terlambat sedangkan pendaftaran ke lokasi lain telah penuh sebelumnya. Setelah sebelumnya saya sempat transit di Erfurt dalam perjalanan dari Berlin ke Ilmenau, untuk kedua kalinya saya menginjakan kaki disana namun sekarang untuk jangka waktu yang cukup lama. Pemberangkatan dimulai pukul 10 Pagi menggunakan kereta dari Statiun Ilmenau dan ditempuh selama sekitar 1 jam. Dalam rombongan grup saya tergabung juga dengan beberapa teman asal Indonesia yang kebetulan perempuan semua yaitu Candini Candanila, Mia Amelia, Rizky Fauzia, Putri Olivia dan Agnes Ellita.
Daya tarik Erfurt terletak pada jalanan kecilnya demgan banyak pedestrian di sekitar kota dipadukan dengan keindahan bangunan klasik dan tua serta jembatan yang dibawahnya mengalir sungai yang rapid an bersih membuat Erfurt menyimpan keindahan eksotis tersendiri belum lagi lahan hijau menambah tatanan kota menjadi lebih segar. Perjalanan di Erfurt dilewati dengan kunjungan ke beberapa bangunan bersejarah yang dipandu oleh official tour guide kota tersebut, dengan antusias sang ibu menjelaskan secara detail histori dari tiap bangunan disana seperti Dom atau cathedral besar dan Severi Kirche. Tak kalah menarik adalah Krämerbrücke yaitu jembatan dengan pemukiman rumah di atas nya yang menjadi pusat perhatian di sana. Juga Augustinerkloster semacam biara tempat dimana Martin Luther tinggal serta Old Synagogue yaitu tempat ibadah Yahudi tertua di Eropa yan masih berdiri dan sekarang menjadi museum yang mempunyai koleksi perhiasan dan benda-benda bersejarah Yahudi. Namun sayang saya tidak sempat masuk ke dalam museum tersebut.
Setelah tur selesai tak lupa kami melanjutkan dengan jalan-jalan santai serta menikmati makanan khas disana. Es krim sepertinya cemilan yang pas disana karena matahari disana begitu terik. Lumayan hanya dengan 0,5 euro sudah bisa dapat eskrim yang enak. Juga kami cicipi makanan Turki yang gurih dan pedas. Doner tetap menjadi pilihan utama disamping banyak pilihan lainnya. Selama berada di Jerman doner adalah makanan favorit tak hanya buat saya tapi hampir seluruh peserta asal Indonesia karena rasa nya yang enak dan cocok untuk lidah asia. Selain itu makanan ini juga halal dan tidak mengandung babi seperti kebanyakan makanan lain di Jerman. Paduan daging kalkun atau sapi dan sayuran segar dibungkus dengan roti empuk dengan bumbu yang pas membuat selera makan kami tidak berkurang walau tanpa nasi, karena sangat sekali menemukan nasi disana. Satu cerita menarik adalah ketika suatu malam saya dan teman – teman asal Indonesia pernah mengadakan masak bersama di salah satu flat host teman saya. Disana kami masak masakan Indonesia seperti nasi goring, bakwan, pisang goring dan lain-lain. Malam itu kerinduan saya untnuk mencicipi nasi dan makanan khas Indonesia lainnya terobati setelah beberapa minggu tak kunjung mendapatkannya. Hal itu mungkin terkihat aneh oleh orang-orang Jerman karena biasanya hanya ada pesta barbeque atau manggang daging dan minum bir disana, tidak ada yang namanya masak nasi goring atau bakwan hahaha. Dan yang tak kalah favorit tentu saja cokelat Jerman yang khas. Hampir semua teman memborong berbagai macam coklat untuk dibawa ke Indonesia sebagai oleh-oleh, sampai-sampai satu koper besar penuh terisi coklat!!
Di Frankfurt sendiri saya hanya tinggal satu hari di rumah Pak Suratno bersama Faisal, saya kenal beliau dari Faisal. Beliau sangat baik bahkan memepersilahkan untk datang kapan saja ke rumah nya yang sederhana di Berlin. Beliau tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Beliau juga aktif sebagai pengurus NU di jerman yang kebetulan mempunai kesamaan visi dengan saya. Disana saya hanya sempat berjalan-jalan sebentar menikmati kemegahan kota Frankfurt yang lebih modern bi bandingkan Berlin. Banyak terdapat gedung modern yang menjulang tinggi dan menjadi kota tersibuk di Jerman bersama Munich dan Berlin. Salah satu yang menarik adalah Euro sign yaitu bangunan tinggi berberntuk mata uang euro yang melambangkan potensi keuangan Eropa yang cukup tinggi di Frankfurt dimana disana terdapat Bank sentral Eropa.