Selain itu, gaya bicaranya juga terkesan semau gue, dengan brand nya yang terkenal "Gitu aja kok repot". Brand yang tetap populer sampai sekarang . Ungkapan yang seolah olah mengesankan sikap anggap enteng dan tidak perduli.
Hal tersebut membuat Gus Dur dimata saya -mungkin juga banyak orang- bukanlah tokoh yang ideal. Ditambah lagi kesehatan matanya yang terganggu, semakin menambah nilai minusnya. Saya merasa kurang sreg dengan Presiden yang satu ini. "Masa negara sebesar ini Presiden nya seperti itu, Â sudah berbau feodal, kurang berilmu, buta pula lagi"... itulah anggapan saya dan mungkin juga anggapan umum, ketika itu.
Namun seiring berjalan nya waktu, semua anggapan saya tentang  Gus Dur  ternyata salah besar. Satu persatu kehebatan dan kualitas Gus Dur, muncul ke permukaan. Dan ternyata semakin lama semakin banyak. Serta semakin mengagumkan. Dari mulai pikirannya, sikapnya, toleransinya dan yang utama sikap ke negarawanannya
Sikap toleransinya mungkin sudah sering kita dengar. Kedewasaannya juga dapat kita lihat, misalnya dalam menghadapi masalah Papua, sikapnya mampu mendinginkan hati masyarakat yang panas.
Sikap kenegarawanan ditunjukkannya, ketika memilih menghindari pertumpahan darah, dengan melarang pendukungnya terutama dari Jawa Timur datang ke Jakarta, saat ia hendak akan dimakzulkan. Ia memilih mengalah, menghindari bentrok antar sesama anak bangsa.
Hal itu membuat saya harus jujur mengakui, bahwa sebenarnya sayalah yang buta dan sayalah  yang kurang berilmu menilai seorang Gus Dur ketika itu.
Selain itu ternyata ada beberapa hal mengenai Gus Dur yang jarang mengemuka misalnya bagaimana ternyata Gus Dur merupakan salah satu dari sedikit tokoh yang tidak mampu dijinakkan oleh Orde Baru. Hal ini membuktikan ia memang anti kemunafikan.
Selain itu awal Tahun 80 -an,  Gus Dur ternyata penulis produktif dan kolumnis tetap di majalah Tempo. Sampai sampai tulisannya di majalah Tempo tersebut dibuatkan menjadi sebuah buku. (Dalam hati saya, ooo..pantaslah aku gak tau, soalnya  masih "mimik cucu" aku ketika itu). Bukti bahwa sebenarnya Gus Dur juga seorang Intelektual.
Dan satu lagi bukti yang lebih menakjubkan yaitu ternyata hanya Gus Dur lah Presiden yang berniat membawa bangsa ini ke arah negeri yang adil dan makmur. Walaupun diawal pemerintahan nya masih kurang ideal, namun ia berusaha untuk memperbaiki nya.
Buktinya adalah pemilihan menterinya. Pemilihan yang tepat atas dua pembatu strategisnya yakni Jaksa Agung  Baharuddin Lopa dan Menko Ekonomi  Rizal Ramli. Dua bidang yang melambangkan keadilan dan kemakmuran.
Kedua pejabat tersebut diyakini bisa membawa negeri ini menjadi negeri yang adil dan makmur. Keduanya punya rekam jejak bersih, berprestasi, anti korupsi, berpihak pada rakyat.Â