Mengatasi permasalahan suporter merupakan tugas yang sulit. Apalagi baru-baru ini para penikmat sepakbola dihebohkan lagi dengan tragedi meninggalnya suporter Jakmania, Haringga Sirila akibat pengeroyokan oleh oknum Bobotoh. Akibat dari insiden tersebut, pemerintah melalui Kemenpora melakukan intervensi dengan menghentikan Liga 1 selama dua pekan.
Dilansir Kompas.com (25/09/2018) dengan judul Resmi, Menpora Hentikan Liga Indonesia Dua Pekan, Imam Nahrawi mengatakan bahwa kejadian ini bukan lagi tragedi sepakbola, tetapi permasalahan nasional. Atas kejadian ini, pemerintah memutuskan untuk menghentikan sementara Liga Indonesia selama dua pekan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada korban. Selain itu, pemerintah akan melakukan evaluasi besar dan melihat langkah PSSI sebagai pemegang tanggung jawab dari persepakbolaan di Indonesia.
Kemudian, PSSI secara resmi menghentikan Liga Indonesia untuk waktu yang tidak ditentukan. PSSI akan melakukan investigasi terkait insiden pengeroyokan hingga tewas oknum Bobotoh terhadap Jakmania. Terkait sanksi yang akan diberikan, mereka memiliki opsi dari hukuman yang paling rendah seperti denda dan yang paling tinggi yaitu diskualifikasi dari liga.
Kejadian pengeroyokan suporter hingga tewas ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi. Sejak tahun 2012, sudah 7 orang menjadi korban terkait rivalitas antara Persija dan Persib. Dilansir dari kompas.com (26/09/2018) dengan judul Sejak Edy Rahmayadi Pimpin PSSI, Nyawa 22 Suporter Melayang, dicatat oleh Save Our Soccer (SOS), lembaga swadaya yang mengamati isu sepakbola nasional, mencatat sebanyak 22 suporter meninggal sejak Edy menjabat ketua umum PSSI pada 10 November 2016.
Lalu sebenarnya bagaimana PSSI era kepemimpinan Edy Rahmayadi melakukan sanksi terhadap klub yang mengetahui suporternya melakukan kekerasan yang berujung kematian suporter lain?
Pada tanggal 20 November 2017, PSMS dijatuhi sanksi berupa denda Rp 30 Juta dan larangan suporter selama empat pertandingan mendukung tim berjuluk Ayam Kinantan. Sanksi itu diberikan karena suporter PSMS melakukan kekerasan yang berujung kematian terhadap suporter Persita Tangerang, Banu Rusman. Selain itu, pada 30 Juli 2017, salah satu warga Temanggung tewas akibat bentrokan dengan suporter PSS Sleman. Karena insiden ini, PSS Sleman dikenakan sanksi suporter mereka dilarang memasuki stadion selama empat pertandingan.
Dilihat dari dua sanksi diatas, saya sangat prihatin terkait hukuman yang diberikan oleh PSSI. Hukuman larangan suporter menonton selama 4 pertandingan dirasa sangat ringan. Meskipun, sanksi tersebut sudah membuat psikologis terbebani para suporter yang terkena sanksi akibat tidak bisa menonton tim kesayangannya bertanding.
Penikmat sepakbola pasti mengingat Tragedi Heysel, Belgia sebagai sejarah yang kelam dalam dunia persepakbolaan. Tragedi terjadi ketika final Piala Champions yang mempertemukan antara Liverpool melawan Juventus. Insiden itu dimulai satu jam sebelum pertandingan dimulai, penggemar Liverpool mendatangi kelompok tifosi Juventus dan mengakibatkan stadiun roboh. Karena peristiwa itu, sebanyak 39 orang meninggal dunia dan 600 lebih lainnya mengalami luka-luka.
Dampak dari bencana tersebut, UEFA (Union of European Football Association) menjatuhi hukuman bagi persepakbolaan Inggris selama lima tahun tidak boleh berkompetisi di Eropa. Sanksi itu menjadi pukulan telak bagi klub-klub Inggris, karena pada saat itu, sepakbola Inggris sedang jaya-jayanya.
Bagi persepakbolaan Indonesia, hukuman berat seperti ini belum pernah diterapkan oleh PSSI. Sanksi-sanksi yang selalu dikeluarkan PSSI selalu sepintas dengan denda nominal yang sedikit dan larangan suporter untuk mendukung tim kesayangan. Berbagai tanggapan mengenai sanksi yang tegas pun diutarakan oleh beberapa Legenda Sepakbola Indonesia.
Dilansir, bola.kompas.com (25/09/2018) dengan judul Bepe: Sudah Saatnya PSSI Berlakukan Hukuman Pengurangan Poin, Bambang Pamungkas, Legenda Timnas Indonesia dan pemain Persija Jakarta menuturkan PSSI sudah saatnya memberlakukan sanksi yang lebih keras. Salah satunya adalah dengan mengurangi poin yang didapatkan klub papan klasemen jika suporter mereka berulah.
Tidak hanya Bambang Pamungkas, dilansir dari sport.detik.com (25/09/2018) dengan judul Usulan Ponaryo untuk Sanksi Tragedi GBLA: Pengurangan Poin dan Laga Usiran, Ponaryo Astaman yang juga merupakan legenda sepakbola Indonesia dan General Manager Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) mengusulkan opsi sanksi pada tragedi GBLA yaitu salah satunya dengan pengurangan poin.
Dari berbagai kasus permasalahan suporter di Indonesia ini, saya setuju dengan saran dari Ponaryo Astaman dan Bambang Pamungkas mengenai pengurangan poin imbas ulah suporter. Hukum pengurangan poin akibat ulah suporter seperti belum pernah diberlakukan PSSI.
Sebenarnya hukuman pengurangan poin di tahun 2018 pernah terjadi, yaitu PSIM Yogyakarta menjadi salah satu korbannya. Namun, yang memberikan instruksi pengurangan poin yakni FIFA (Federation of International Football Association) bukan PSSI. Hukuman itu ditujukan PSIM karena memiliki persoalan terhadap gaji yang menunggak tiga pemain asing mereka pada perhelatan Divisi Utama 2011-2012 bukan karena ulah suporter.
Di dalam tulisan ini, saya sangat berharap kepada PSSI untuk berani dalam memberikan sanksi yang sangat tegas untuk Persib Bandung buntut aksi pengeroyokan suporter Persija Jakarta hingga tewas. Salah satu poin yang saya berikan yaitu pengurangan poin minimal 5 poin, kemudian larangan suporter untuk mendukung semusim pertandingan, denda diatas 500 juta rupiah sekaligus ganti rugi untuk keluarga korban, dan diskualifikasi dari liga Indonesia.
Dari kelima usulan poin yang saya berikan ini, menurut saya bisa sedikit memberi efek jera kepada suporter dan klub. Pihak yang harus sangat dirugikan dari insiden ulah suporter adalah klub. Sebab, suporter adalah bagian dari klub. Orang-orang yang menjadi suporter pasti mereka memiliki komitmen untuk mencintai idolanya. Karena mencintai, pasti tidak akan melukai, itulah esensi dari cinta sejati.
Salam Olahraga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H