Huh, aku sungguh membenci malam itu! Malam yang saat itu kamu berujar bahwa perasaanku kepadamu akan tetap sama sampai kapanpun. Apa masih, sampai detik ini? Pikirku sudah tidak lagi, huuuhh ini terlalu singkat bagimu. Yah, meski aku hanya menerka dan tidak tahu yang sebenarnya.
Aku Lelah! Lelah harus berpura-pura melupakan yang nyatanya dirimu terbingkai rapi dalam ruang memoriku. Aku menyayangimu, sungguh! Sampai kapanpun.
Jika suatu saat nanti, saat semua mimpi ada dalam genggamanku, yah meskipun kamu adalah salah satu mimpiku namun hanya dirimu yang rasanya tidak nyata untuk aku sentuh lagi.Â
Saat aku mungkin mempunyai seseorang dan ternyata itu bukan dirimu, percayalah aku melalui malam-malam Panjang memikirkan cara untuk benar-benar merelakanmu. Tanpa ada kata tanya lagi.
Rasanya cukup sudah aku mengutuk diri ini. Berhari-hari memikirkan kabarmu yang sekalipun kamu mungkin tak acuh lagi. Biarlah kamu dengan hidupmu yang baru, aku akan berhenti untuk peduli.
 Biarlah dirimu dengan segala rasa malasmu, yang diam-diam membuatku jengkel tak karuan.  Di bagian akhir dari kalimat ini, aku merelakanmu. Jaga dirimu baik-baik, aku menyayangimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H