Mohon tunggu...
Intan Fauziah
Intan Fauziah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengupas Tuntas "Serendipity"

24 Februari 2018   07:40 Diperbarui: 24 Februari 2018   07:51 10111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di novel ini Erisca menggunakan bahasa tidak baku atau lebih tepatnya bahasa sehari hari yang digunakan oleh remaja pada umumnya. Hal ini dapat kita lihat dari penggunaan kata "lo- gue"di setiap dialongnya.

"Dari mana lo dapat nomor gue? ..." (hlm 84)

"Lo selesain ini, gue mau balik ke kelas. ...." (hlm 126)

Tidak hanya itu, kita juga dapat menemukan kata- kata "gaul"atau kata- kata yang jauh dari kata baku seperti, penyebutan "bokap- nyokap"untuk ayah dan ibu.

"Itu tadi nyokap? Tanya Gibran, mencoba mengabaikan Rani yang muram." (hlm 68)

"Kalau bokap lo?" (hlm 68)

Jika dilihat dari latar belakang penulis yang merupakan seorang mahasiswa, tidak heran jika ia menggunakan kata- kata tersebut. Di kalangan mahasiswa atau lebih tepatnya remaja mereka sudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari. Apalagi jika ditinjau dari masa sekarang ini, panggilan aku- kamu sudah dianggap ketinggalan, terlalu baku, alay, ataupun "cupu".

Erisca Febriani adalah orang yang hobi makan. Di novel ini tokoh Rani juga diceritakan mempunyai hobi yang sama. Sepertinya penulis sengaja menjadikan Rani sebagai cerminan dari dirinya.

"Rani tersenyum lebar. "Udah dong, baca bukunya. Ngelihatin kamu tuh bikin aku lapar, tauk."

"Tadi kan udah makan." .... "Nggak kenyang." (hlm 21)

"Kepala Arkan berisi tentang kekagumannya kepada Newton.... Sementara pikiran Rani hanya dipenuhi dengan rencana main hari ini dan makan apa." (hlm 23)

Dulu, Erisca Febriani adalah sosok yang tidak percaya diri dengan tulisan- tulisannya. Setelah meminta pendapat orang- orang terdekat dan mendapat tanggapan yang baik barulah ia memberanikan diri mempublikasikan karyanya ke wattpad. Siapa sangka sekarang tulisan- tulisan dari wanita kelahiran Bandar Lampung itu telah menjadi buku- buku best seller dan telah difilmkan. Erisca patut berbangga dengan pencapaiannya saat ini karena ia berhasil membuktikan kepada dunia bahwa ia mampu menghasilkan sesuatu yang sangat disukai masyarakat. Hal ini kemudian ia tuangkan dalam rangkaian kata yang indah yang terdapat pada halaman 306.

"Hiduplah seperti bunga dandelion. Dandelion tidak secantik mawar, tidak seindah lili, tidak seabadi edelweis. Dandelion tidak memiliki mahkota yang membuatnya tampak menarik. Dandelion juga tidak sewangi melati. Tapi dandelion adalah bunga paling kuat. Dia tetap bisa tumbuh di antara rerumputan liar, di celah batu. Dandelion terlihat begitu rapuh, tapi begitu kuat, begitu indah, begitu berani. Berani menantang sang angin, terbang tinggi, begitu tinggi menjelajah angkasa sampai akhirnya tiba di suatu tempat untuk dapat tumbuh membentuk kehidupan baru."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun