Mohon tunggu...
Intan Fauziah
Intan Fauziah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengupas Tuntas "Serendipity"

24 Februari 2018   07:40 Diperbarui: 24 Februari 2018   07:51 10111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena tokoh Arkan yang notabenenya memiliki sifat yang sangat dingin, tidak heran jika sekali ia mengeluarkan kata-kata pastilah itu sangat menusuk. Arkan juga anak yang sangat pintar di kelasnya, membaca buku adalah hobinya. Terkadang ia juga menyangkutpautkan segala sesuatu dengan ilmiah. Sekalipun sebenarnya kata-kata itu adalah untuk menghina. Seperti yang ia lakukan kepada Rani dalam kutipan berikut.

"Lo tahu teori efek kupu- kupu? Gue yakin orang sebego lo pasti nggak pernah dengar dan baca itu. Teori efek kupu- kupu bilang bahwa kepak sayap kupu- kupu di sebuah tempat dapat mengakibatkan badai di tempat lain yang berjauhan. Lo nggak tau, kan, apa yang sudah lo atau orang terdekat lo lakukan, dan mengakibatkan hal buruk terjadi buat orang lain. Lo nggak tahu, Ran." (hlm 126)

Dari perkataan Arkan tersebut dapat kita bayangkan bagaimana perasaan Rani yang dihina oleh orang yang dulu sangat memujanya.

Karena menceritakan tentang kehidupan seorang remaja SMA, tidak heran jika penulis lebih menonjolkan sekolah sebagai latar tempatnya. Hampir seluruh kejadian dan konflik yang terjadi pada Rani terjadi di sekolah. Sekolah memang merupakan tempat yang sangat erat hubungannya dengan remaja. Terkadang remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka di sekolah daripada di rumah. Di sekolahlah kebanyakan cerita suka dan duka remaja hadir.

"Rani datang ke sekolah lebih pagi karena hari ini jadwalnya untuk piket kelas.Kelas masih sepi saat gadis itu masuk ke sana. Dia berjalan menuju kursinya untuk meletakkan tas, lalu menemukan kempulan kertas di mejanya...." (hlm 61)

"Dia segera masuk ke gedung sekolah melewati koridor. Tepat di depan koridor kelas, beberapa teman sekelasnya yang sedang berkeliaran di koridor mengarahkan perhatian ke arahnya ...." (hlm 14)

"Arkan segera membuka pintu ruang guru, tidak memberi waktu bagi Rani untuk melampiaskan amarahnya. ..." (hlm 121)

"Atmosfer dalam toilet itu terasa canggung. Rani berdiri di bagian pojok sementara Arkan menyikat bak. Pintu kamar mandi terbuka lebar ...." (hlm 125)

"Saat ini Rani dan Gibran sedang duduk di salah satu kursi di kantin. ..." (hlm 140)

"Mau tidak mau, Rani mengikuti langkah Bu Ida keluar dari kelas menuju ruang kepala sekolah, ....."  (hlm 265)

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwasanya penulis tidak hanya terpaku pada satu tempat saja di sekolah. Sekolah yang dimaksud di sini adalah penulis memaksimalkan semua lokasi yang ada di sekolah seperti ruang kelas, kantin, perpustakaan, toilet, koridor, ruang guru, dan ruang kepala sekolah sebagai setting latar tempatnya. Oleh Karena itu, penulis lebih banyak menggunakan setting waktu pada siang hari, yaitu ketika jam proses belajar mengajar berlangsung, seperti di SMA pada umumnya.

"Siang itu, Rani duduk di samping Arkan seraya mengetuk- ngetukkan penanya di meja perpustakaan.  ...." (hlm 21)

"Bel pulang sekolah berbunyi sejak setengah jam lalu. Sekali lagi, Rani melirik jam di pergelangan tangannya." (hlm 27)

Tidak hanya siang, setting waktu malam juga dihadirkan dalam novel ini. Hal ini dikarenakan tokoh Rani yang diceritakan menjadi lady escort dituntut untuk bekerja pada malam hari.

"Pandangan Rani sepenuhnya tertuju pada kerlip lampu- lampu yang menerangi jalanan Kota Bandung di malam hari. ..."  (hlm 186)

"Kalau malam ini saya menang lagi, saya akan belikan kamu apa saja." (hlm 187)

Latar sosial yang dihadirkan penulis pada novel ini dapat dilihat dari tradisi anak remaja zaman sekarang, dimana jika ada yang berulang tahun maka ia harus mentraktir teman sekelasnya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini

Saat ini Rani dan Gibran sedang duduk di salah satu kursi di kantin. Pernyataan itu meluncur begitu saja dari bibir Gibran saat mengamati Rani terus- terusan menoleh ke deretan meja kantin di bagiian tengah -- menatap Jean yang sedang mentraktir teman-teman sekelas mereka -- salah satu tradisi bahwa kalau ada yang berulang tahun, maka yang berulang tahun harus mentraktir makan di kantin. (hlm 140)

Selain itu, penulis juga menghadirkan latar sosial mengenai perjudian yang sebenarnya tabu tetapi cukup lumrah di sebagian daerah di Indonesia.

"Perjudian adalah sesuatu yang tabu, tapi sebenarnya lumrah di Indonesia. Salah satunya perjudian di Hotel Moon DeLouvre yang termasuk ke jaringan perjudian terbesar di Indonesia. Perjudian yang digawangi oleh The Godfather---sebuah jaringan mafia judi yang sudah terkenal sampai ke mancanegara---dan mereka juga mempunyai satuan pengamanan dengan mengikutsertakan preman- preman sampai para petinggi di pemerintahan. Mereka juga mempunyai partner; mulai dari pejabat tinggi TNI, Polri, wartawan sampai ke ormas pemuda yang nantinya akan mendapat pengaturan upeti sehingga perjudian itu bebas dari ancaman apparat keamanan dan pemerintah." (hlm 189) 

Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana penulis menceritakan kejadian demi kejadian dengan menyebutkan nama tokoh. Selain itu, penulis juga menceritakan secara rinci tentang pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas.

".... Gadis itu memindahkan jawaban- jawaban yang dilihatnya ke lembar kertasnya yang masih kosong. Tangannya bergerak, sementara kepalanya memikirkan sebuah pertanyaan, mengapa Arkan mau repot-repot memberinya jawaban?" (hlm 113)

 "Jantung Rani berdegup kencang dan tangannya terasa dingin seketika, bibirnya mengering, dan seluruh tubuhnya terasa kesemutan." (hlm 266)

Seperti yang tertera pada kutipan- kutipan di atas, pada novel ini pembaca bisa mengetahui segala hal tentang apa yang dialami, dilihat, didengar, dan dirasakan oleh setiap tokoh yang tidak diungkapkan si tokoh secara langsung.

Tentang Penulis

Erisca Febriani merupakan salah satu mahasiswa di Universitas Lampung. Penulis yang mengambil jurusan Agroteknologi itu sekarang berumur 20 tahun. Di umur yang masih terbilang muda Erisca sudah berhasil menulis 2 buku best seller yaitu Dear Nathan dan Serendipity. Umur 20 tahun adalah masa dimana kita baru beranjak dari dunia SMA. Jadi bisa di analogikan bahwa hal itu lah yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat cerita mengenai kehidupan seorang anak SMA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun