Mohon tunggu...
FAUZI ABDULLAH
FAUZI ABDULLAH Mohon Tunggu... -

Seorang Mahasiswa Antropologi FISIP USU dan Mahasiswa Ilmu Hukum jurusan Hukum Acara UMSU, Medan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukankah Matahari Akan Terbit Pagi Nanti?

29 April 2012   18:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:57 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku merasa tak apa dan biasa saja
Tapi mereka menilai dirawat saja
Ini konyol kedengarannya
Aku menurut saja

Aku meminta semua dengan segera
Tak perlu menunda-nunda
Apalagi berlama-lama
Tak ada guna

Tapi ya dapat perlawanan
Masih belum diizinkan
Aku diminta bertahan

Alhasil, kunikmati saja prosesnya..
Dengan catatan, tidak untuk berlama-lama!
Bukankah matahari akan datang pagi nanti?

Merasa bosan dengan tayangan tv di depan
Aku melepaskan pandang ke arah kaca kamar sebelah kanan
Ada perawat pria yang terlihat masih sangat muda
Asyik menyapu ruangan luar dan membersih-bersihkan
Dia membalas pandang ke arah kamar

Dia tersenyum seperti ada kata-kata yang keluar dari mulutnya
Perlahan aku buka daun jendela untuk menyapa
"Pak kok di sini, kapan masuk?"
Lah, udah kayak maling aja aku dibuat, tamu masuk tak diundang
Sambil mencoba-coba mengingat, aku menjawab "tadi kok, baru"
"Hehehe, pasti bapak tak ingat saya kan?"
Aku tersenyum
"Deli Tua Pak, Columbia Asia. Yang masuk kuliah Kewarganegaraan"
"Ohhhiyaiya, kok di sini?" Tanyaku
"Sebentar Pak, nanti saya ke dalam."

Deli Tua datang sambil membawa teh manis hangat
"Ini Pak diminum, selagi hangat bagus langsung diminum"
"Terimakasih banyak ya" jawabku.

"Saya pindah Pak, makanya di sini. Kebetulan saudara ada yang bertugas di sini"
"Waah asyik dong di sini, langsung kerja ya"
"Hehehe iya Pak, syukur. Pak maaf saya gak bisa lama. Ohiya, pasti bapak gak sempat bawa buku kan. Ini ada buku, lumayan untuk mengusir bosan. Aku tau bapak suka baca."
"Wahh ada-ada saja, sekali lagi makasih banyak ya."
"Iya Pak sama-sama" Deli Tua lalu berlalu keluar ruangan.

Benar, untuk mengusir bosan kubuka-buka saja bukunya
Buku bersampul biru tua ini bagus sepertinya
Aku mulai membacanya

Semakin terhanyut dalam ceritanya
Seperti kejadian nyata saja
"Wanita yang keruh hatinya, akan cepat berlalu dan menelantarkan kau begitu saja"
Aku menjumpai kalimat ini di halaman 22, baris ketiga dari baris terakhir.
Aku sempat membayangkan dan berspekulasi
Cuma sebentar, lalu aku lanjut membaca

Di halaman 57 aku berhenti membaca dan menutup rapat
Kuletakkan buku di atas meja tanpa sudut yang berlipat
Aku mencoba beristirahat
Karena lelah seakan mulai tahu kenapa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun