Lalu bagaimana dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, sudahkah kita meletakan cinta yang benar? Jika seseorang yang sering memberi perhatian lebih kepada kita, seperti sang pujaan hati kita atau orang tua kita yang sudah memberikan cinta yang begitu besar kepada kita. Tentu kita akan berusaha membalasnya.Â
 Bagaimana dengan Allah, yang tanpa-Nya kita tidak mungkin bisa melihat, yang tanpa-Nya kita tidak mungkin bisa merasakan cinta, dan tanpa-Nya tidak mungin kita bisa ada di dunia ini. Dan bagaimana dengan Rasulullah, yang dengan gigihnya mempejuangkan Islam yang memberikan petunjuk hidup yang jelas kepada kita, hingga kata kata terakhir yang beliau ucapkan yaitu, "Ummati,ummati" yang artinya umatku, umatku, di akhir kehidupannya pun beliau sangat mengkhawatirkan kita. Begitu cintanya beliau kepada kita. Lalu seberapa cinta kah kita pada Allah dan rasul-Nya?
"Tidak Beriman salah seorang dari kalian sehingga aku lebih dicintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia." (HR. Bukhari dan Muslim)
 Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (Qs. 9:24)
Yaa, cinta memang butuh pengorbanan. tidak akan disebut cinta jika tidak ada pengorbanan. Pepatah pernah mengatakan bahwa tak kenal maka ta'aruf eh tak sayang. Sebagai seseorang yang mengaku muslim seharusnya kita meletakan cinta kepada Allah dan rasul-Nya diatas cinta kepada selainnya. Bukannya melarang untuk cinta kepada lawan jenis. tetapi cinta kepada lawan jenis harus di dasarkan pada cinta kepada Allah. Jika tidak demikian, maka hanya nafsu lah yang akan berkembang.
Mulailah mengenal Allah lebih dalam, mengenal tauhid lebih dalam yang merupakan hal paling prinsip dalam Islam. Tanpa mengetahui tauhid, mustahil kita bisa menyebut diri ita sebagai muslim. Muslim artinya tunduk  kepada Allah. Tauhid adalah menyembah hanya kepada Allah, baik dalam hal ritual atau dalam hal duniawi. Mulailah untuk mendalami sirah nabi Muhammad, mulailah mendalami dan memahami sunnahnya. Karena tanpa itu, tidak mungkin kita bisa mencintai rasul kita.
Jika cinta kepada Allah dan rasul-Nya sudah tertanam kuat di dalam hati. Kita akan melihat dunia ini tidak ada artinya. Setelah itu kita akan mulai berusaha menegakan syariat Islam yang telah lama hancur tertupi budaya sekulerisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H