Cinta...
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata cinta?
Pujaan hati? Kekasih?
Jika itu jawabannya, maka sama denganku hehe :)
Iyaa, cinta sering diidentikan dengan rasa suka kepada lawan jenis. Cinta bisa membuat seseorang senang atau sedih secara bergantian. Cinta adalah bahasan yang tidak pernah ada habisnya.
Aku sendiri pernah merasakan cinta, yaa walaupun lebih sering bertepuk sebelah tangan, namun setidaknya aku pernah merasakannya. Cinta memang bisa datang kapan saja dan tanpa pernah diduga. Namun satu hal yang pasti, kita tidak akan bisa memaksakan orang yang kita cinta untuk memiliki rasa yang sama kepada kita. Jadi baper eh. Â Apapun itu, cinta adalah anugerah Allah yang harus kita syukuri, karena tanpa cinta, tidak ada yang bisa mewarnai hidup kita, dan tanpa cinta mungkin kita tak pernah bisa lahir di dunia ini.
Jadi apa itu Cinta?
Menurut wikipedia, Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan kertertarikan pribadi. Penggunaaan kata cinta juga dipengaruhi oleh arti yang diberikan oleh masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia, cinta lebih sering diartikan sebagai suatu perasaan kepada lawan jenis, walaupun pengertian cinta yang sebenarnya lebih dari itu. Namun akibat stigma yang dibuat oleh masyarakat juga oleh bantuan media, film, lagu dan semacamnya, membuat pengertian cinta hanya sebatas kepada lawan jenis.
"Romantisme Rasulullah dan Aisyah"
Jika romantis diidentikan dengan membahagiakan pasangan atau bermesraan bersama pasangan. Ketahuilah 14 abad lalu, jauh sebelum tenarnya Romeo dan Juliet, Rasullullah telah memberikan contohnya. Rasullullah dikenal sebagai suami yang lemah lembut terhadap istrinya, beliau tak segan untuk bermain dan bermanja manja dengan istrinya. Beliau memanggil istrinya Aisyah, dengan 'Humaira' Â atauyang pipinya kemerah merahan, yang membuat Aisyah tersipu malu, sehingga pipinya memerah, dan tentunya meluluhkan hatinya.
Dikisahkan di suatu malam, Aisyah cemas karena mendapati malam yang sudah semakin larut namun suaminya tak kunjung pulang ke rumah, sang suami pulang terlambat tidak seperti biasanya. Dan akhirnya, sang suami, yaitu rasulullah pun tiba, karena tidak ingin menganggu istrinya, yang mungkin sedang tidur.Â
Rasul memutuskan untuk tidur di depan pintu, menggelar sorbannya, bersama dinginnya malam yang menemani, beliaupun tidur. Di sisi lain pintu, karena takut tidak mendengar ketukan pintu dari suaminya, Aisyah pun memutuskan untuk tidur di dekat pintu. Tanpa disadari,di kedua sisi pintu, kedua sejoli seolah tidur berdampingan. Adakah kisah yang lebih romantis dari ini?
Lalu bagaimana dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, sudahkah kita meletakan cinta yang benar? Jika seseorang yang sering memberi perhatian lebih kepada kita, seperti sang pujaan hati kita atau orang tua kita yang sudah memberikan cinta yang begitu besar kepada kita. Tentu kita akan berusaha membalasnya.Â
 Bagaimana dengan Allah, yang tanpa-Nya kita tidak mungkin bisa melihat, yang tanpa-Nya kita tidak mungkin bisa merasakan cinta, dan tanpa-Nya tidak mungin kita bisa ada di dunia ini. Dan bagaimana dengan Rasulullah, yang dengan gigihnya mempejuangkan Islam yang memberikan petunjuk hidup yang jelas kepada kita, hingga kata kata terakhir yang beliau ucapkan yaitu, "Ummati,ummati" yang artinya umatku, umatku, di akhir kehidupannya pun beliau sangat mengkhawatirkan kita. Begitu cintanya beliau kepada kita. Lalu seberapa cinta kah kita pada Allah dan rasul-Nya?
"Tidak Beriman salah seorang dari kalian sehingga aku lebih dicintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia." (HR. Bukhari dan Muslim)
 Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (Qs. 9:24)
Yaa, cinta memang butuh pengorbanan. tidak akan disebut cinta jika tidak ada pengorbanan. Pepatah pernah mengatakan bahwa tak kenal maka ta'aruf eh tak sayang. Sebagai seseorang yang mengaku muslim seharusnya kita meletakan cinta kepada Allah dan rasul-Nya diatas cinta kepada selainnya. Bukannya melarang untuk cinta kepada lawan jenis. tetapi cinta kepada lawan jenis harus di dasarkan pada cinta kepada Allah. Jika tidak demikian, maka hanya nafsu lah yang akan berkembang.
Mulailah mengenal Allah lebih dalam, mengenal tauhid lebih dalam yang merupakan hal paling prinsip dalam Islam. Tanpa mengetahui tauhid, mustahil kita bisa menyebut diri ita sebagai muslim. Muslim artinya tunduk  kepada Allah. Tauhid adalah menyembah hanya kepada Allah, baik dalam hal ritual atau dalam hal duniawi. Mulailah untuk mendalami sirah nabi Muhammad, mulailah mendalami dan memahami sunnahnya. Karena tanpa itu, tidak mungkin kita bisa mencintai rasul kita.
Jika cinta kepada Allah dan rasul-Nya sudah tertanam kuat di dalam hati. Kita akan melihat dunia ini tidak ada artinya. Setelah itu kita akan mulai berusaha menegakan syariat Islam yang telah lama hancur tertupi budaya sekulerisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H