Mohon tunggu...
ahmad fauzi
ahmad fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Divisi Kajian Hukum dan Demokrasi Forum Lingkungan Kabupaten Pasuruan (FLKP)

Manusia biasa yang kebetulan tidak suka lontong, kupat, lepet dan sejenisnya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membendung Arus Tsunami Suara Milenial ke Sandiaga Uno

19 Oktober 2018   19:17 Diperbarui: 20 Oktober 2018   19:21 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memang apabila kita lihat konstruk kefiguran dan relasi karakteristik milenial. Sandi diatas kertas akan diuntungkan dengan suara milenial tersebut. Ini terbukti dengan hasil survey yang dilakukan oleh LSI Danny JA. Elektabilitas Prabowo mengalami kenaikan dari 28 persen. Setelah dipasangkan dengan Sandi menjadi 29 persen. Survey tersebut dilakukan bulan Agustus 2018 lalu.

Sebagai asumsi hasil tersebut pasti menggembirakan bagi timses Prabowo-Sandi. Mereka masih punya waktu hingga 7 bulan ke depan untuk meningkatkan elektoral elektabilatas mereka. Terutama menarik simpati dikalangan milenial.

Tentunya, modal kedekatan antara relasi konstruksi figur dan karakteristik pemilih milenal. Menjadi bahan untuk formulasi kampanye ini melawan petahana.

Bahkan, dikalangan pengamat. Pertarungan Pilpres ini sejatinya. Bukan Prabowo melawan Jokowi. Melainkan Sandi versus Jokowi. Prabowo dinilai tidak mampu lagi didongkrak. Elelatabilitasnya hanya mentok di angka 25 persen saja.

Frame suara milenial dalam menetukan hasil pilpres tersebut. Akan jadi ajang garapan tim sukses Prabowo dan Sandi. Diharapkan patahan suara Milenial melimpah ke Prabowo dan Sandi.

Secara fenomenologis, Sandi memang sangat diuntungkan dengan suara milenial yang sangat cair tersebut. Tentunya, petahana juga mengetahui potensi kelebihaan kompetitornya. Upaya membendung pun dilakukan.

Apabila melihat karekteristik dan perilaku milenial. Masih banyak lubang yang bisa dimasuki kubu petahana. Kendati pasangan Jokowi dan Kiai Ma'ruf secara fisik. Simbolilasi mereka jauh dari imajinasi kaum milenial.

Apabila kita menggunakan 3 karekteristik diatas, target oriented, apolitis, tidak suka komitmen. Maka sangat besar upaya untuk membendungnya.

Tentunya, tidak dengan tampilan. Melainkan dengan kebijakan dan pola kampanye yang mendekatkan pada kaum milenial. Petahana akan dengan mudah melahirkan kebjikan yang menawarkan langsung kepada milenial. Kebjikan yang efeknya dirasakan langsung. Ketimbang janji-janji yang tentu saja jauh dari keinginan milenial.

Tidak boleh dinaifkan. Petahana yang didukung dengan figur-figur yang memilili airtime tinggi di medsos. Akan jadi penjembataan petahana dengan pemilih milenial. Mendesign sedimikian rupa uploud an di medsosnya. Tentu saja dengan visual atau verbal yang identik dengan milenial.

Misalnya, para pendukung petahana yang dengan masif mem-posting seremoni Asian Games. Dengan objek utama Jokowi. Yang diasumsikan sebagai cara menarik pendukung milenial.Berbagai variasi tampilan membanjiri media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun