Aku adalah jiwa yang penuh pengharapan
Di dalam satu kesatuan aku dengan Tuhan
Aku berdoa untuk datangnya seseorang
Yang menghadirkan sebuah kedamaian akan kehidupan
Dikala ketidak-sengajaan buat kita jumpa
Parasmu elok melambangkan indahnya kehidupan
Tutur katamu halus bagai aliran sungai Ciliwung dikala banjir
Bagiku, kamu adalah anggun dalam kesungguhan
Ibarat satu juta matahari dalam rembulan
Lantas aku bertanya kepada Tuhan
Apakah dia adalah jawaban atas doaku yang selalu kupanjatkan?
Tetapi sayang seribu sayang
Kisah yang harus sudah usai sebelum mulai
Dipenuhi oleh keraguan hanya karena berbeda keyakinan
Aku berharap akan adanya kesempatan
Untuk cinta yang layak aku perjuangkan
Demi kesempurnaan dalam ketidak-sempurnaan
Semoga kelak kita akan berjumpa lagi dalam keabadian
Puisi ini datang dari kegelisahan akan pergulatan cinta yang menyiksa yang muncul akibat dari rasa sayang yang sangat berlebihan. Hanya kutulis untukmu wahai anggun yang sedang melanjutkan studi di Kota Kembang. Dari aku yang sedang terpenjara di Pulau Garam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H