Beliau kemudian melakukan perjalanan ke Mesir dan tinggal di sana pada tahun 199 Hijriah.
 Di sana ia menyusun Qaul-Qaul Jadid atau aliran pemikiran baru.
 Kisah perjalanan hidup Manaqib atau Imam asy-Syafi'i terlalu banyak dan keutamaannya terlalu terkenal untuk diceritakan.
 Kecerdasan dan kejeniusannya sudah terlihat sejak kecil.
 Tak heran jika setelah beranjak dewasa, ia berhasil menjadi seorang mujtahid yang ulung.
 Tidak mungkin dia hafal Al-Qur'an di usia tujuh tahun.
 Pada usia 10 tahun, ia hafal kitab Al Muwata karya Imam Malik.
 Pada usia 15 tahun, beliau sudah mampu mengeluarkan fatwa yang memenuhi keinginan ulama lain dan siapapun yang membutuhkannya.
 Namun beliau tidak mengeluarkan fatwa apapun kecuali setelah menghafal 10.
000 hadis.
 (Referensi: Jamaluddin Abul-Farah al-Jauzi, al-Muntazhim fi Tarikh al-Umam, Beirut: Darul Kutub, 1992, Volume X, halaman 135).