Jalaluddin Rumi, memiliki nama lengkap Muhammad bin Muhammad bin al-Husayn al-Khatibi al-Balkhi al-Bakri. Dia lebih dikenal sebagai Molana Jalal Ad-Din Muammad Rumi. Jalal ad-Din dalam bahasa Arab berarti Kemuliaan Iman. Nisbah-nya, Balkhi dan Rumi, masing-masing berarti "dari Balkh" dan "dari Rum," karena ia berasal dari Kesultanan Rum di Anatolia. Menurut penulis biografi Rumi, Franklin Lewis dari Universitas Chicago, Anatolia yang dahulu milik Bizantium atau Kekaisaran Romawi Timur, baru saja ditaklukkan oleh umat Islam. Meskipun wilayah tersebut dikuasai oleh Penguasa Muslim Turki, Anatolia masih dikenal oleh orang Arab, Persia, dan Turki sebagai wilayah geografis Rum. Oleh karena itu, ada beberapa tokoh sejarah yang terkait dengan Anatolia yang dikenal sebagai Rumi, sebuah kata dari bahasa Persia yang berarti 'Romawi,' mengacu pada subjek Kekaisaran Bizantium atau orang yang tinggal di Anatolia.
Rumi dikenal luas dengan julukan Mawlana atau Molana di Iran dan populer dikenal sebagai Mevlana di Turki. Maulana adalah istilah asal bahasa Arab yang berarti "tuan kami". Istilah  Mawlawi (Persia) dan Mevlevi (Turki), yang juga berasal dari bahasa Arab dan berarti "tuanku", sering digunakan untuk merujuk padanya. Dia juga dikenal sebagai "Mullah Rum".
Jalaluddin Rumi dianggap sebagai pilar dalam seni Islam karena kemampuannya yang luar biasa dalam menggabungkan spiritualitas dan keindahan artistik melalui puisi dan tulisan-tulisannya. Rumi, dengan karya-karya seperti "Masnavi" dan "Divan-e Shams-e Tabrizi," berhasil menyampaikan ajaran-ajaran sufisme yang mendalam dengan bahasa yang penuh dengan metafora, simbolisme, dan irama yang indah. Puisi-puisinya tidak hanya menawarkan kebijaksanaan spiritual tetapi juga estetika yang memikat, menjadikan karyanya sebagai contoh sempurna dari seni Islam yang menginspirasi hati dan pikiran. Melalui penggunaan bahasa Persia yang kaya dan penuh makna, Rumi mampu menciptakan karya-karya yang abadi dan terus dihargai hingga kini.
Selain itu, pengaruh Rumi melampaui batas-batas budaya dan waktu, menjadikannya tokoh yang mendunia. Ajakan Rumi untuk mencari cinta ilahi dan menyatu dengan Tuhan melalui musik, tarian, dan puisi telah menciptakan tradisi seni yang bertahan lama, seperti tarian darwis berputar (Whirling Dervishes) yang menjadi simbol perdamaian dan kebijaksanaan spiritual. Rumi juga dikenal sebagai seorang mistikus yang karya-karyanya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, memperkenalkan sufisme dan seni Islam kepada audiens global. Dengan demikian, Rumi tidak hanya membentuk dan memperkaya seni Islam, tetapi juga membuka jalan bagi dialog lintas budaya dan pemahaman yang lebih mendalam tentang spiritualitas Islam.
Jalaluddin Rumi menulis beberapa karya . Beberapa karya yang terkenal adalah Divan-i Shams-i Tabrizi dan Masnavi-ye-Ma'navi.
- Divan-i Shams-i Tabrizi
Sebagian besar puisi dalam Divan karya Rumi mengikuti bentuk ghazal, sebuah bentuk puisi lirik yang umum digunakan untuk mengekspresikan tema cinta, persahabatan, dan subjek teologi Sufi yang bersifat mistis. Tradisionalnya, penyair yang menulis ghazal sering mengadopsi persona puitis yang mereka gunakan sebagai nama pena, yang dikenal sebagai takhallus, yang sering kali terletak di akhir puisi mereka. Rumi sendiri sering menandatangani ghazal-gazalnya dengan nama-nama seperti Khmush (Keheningan) atau Shams-i Tabrizi.
Meskipun telah lama mengikuti tradisi puisi Sufi, Rumi mengembangkan gaya uniknya sendiri yang mencerminkan ekspresi spiritual dan kegembiraan yang mendalam. Berbeda dari penyair Islam profesional lainnya, Rumi sering menyusun puisi-puisinya secara spontan, tanpa persiapan sebelumnya. Karyanya cenderung menunjukkan semangat kegembiraan yang hampir seperti kesurupan, membedakannya dari gaya formal dan terstruktur yang lebih umum dalam puisi Arab-Islam tradisional. Rumi juga terkenal karena menganggap batasan metrik tradisional dalam ghazal sebagai pembatasan yang menghambat kreativitasnya. Ia bahkan meratapi proses yang sulit ketika mencoba memasukkan ide-idenya ke dalam metrum ghazal yang kaku, yang menurutnya hampir membuatnya merasa tercekik secara kreatif.
Berikut contoh puisi yang ada dalam Divan-i Shams-i Tabrizi :
Rintihan Tawanan Dunia
Mesti berapa lama lagi, kudapati diriku terantai dalam penjara ini, terantai ke dunia ini.
Telah tiba saatnya kuraih kesejatian hidup; dan aku bergerak, berderap, menuju ke kemurnian.
Jika aku bisa tersucikan, dan terbersihkan dari kotoran, seterusnya tiada yang kucari kecuali Dia semata.
Ketika aku diciptakan, telah disediakan untukku semesta dan istana; Â sungguh aku ingkar jika kuterima jabatan hanya sebagai seorang penjaga pintu.
Jika ku berhasil mengubah sikap seperti penjaga pintu ini, jika ku berhasil mengembalikan akalku kepada kesejatiaannya, bahagia kan datang menggantikan kesedihanku.
Wahai qalb: mengingat ini tentang kita berdua semata, tentang warta yang datang padamu di tengah malam: akan kuikuti pesan itu, sebagaimana yang kau pahami.
Jika nanti sayapku telah kembali tumbuh menggantikan kakiku yang lamban, semua halangan kan kulewati: kembali ku akan mengangkasa, kutembus ruang dan waktu.
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz
- Masnavi-ye-Ma'navi
Masnavi-ye-Ma'navi. Ini merupakan sebuah karya sastra yang terdiri dari anekdot dan cerita puitis yang bersumber dari Al-Qur'an, hadis, serta kisah-kisah sehari-hari. Setiap cerita dalam Masnavi disajikan untuk mengilustrasikan suatu konsep atau nilai, dengan moralitasnya dibahas secara mendalam. Karya ini mengintegrasikan berbagai ajaran Islam, tetapi lebih menonjolkan penafsiran sufi yang menekankan dimensi batiniah.
Berbeda dengan Divan-i Shams-i Tabrizi, karya sastra lain yang ditulis oleh Rumi, Masnavi dapat dianggap lebih "sederhana". Namun demikian, karya ini menyajikan pandangan yang luas tentang kehidupan dan praktik spiritual, ditujukan bagi para pengikut Sufi serta siapa pun yang tertarik untuk merenungkan makna eksistensial dan rohani. Melalui berbagai narasi dan cerita, Masnavi tidak hanya memperkenalkan pembaca pada aspek-aspek esoterik Islam, tetapi juga menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana kebijaksanaan spiritual dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut contoh puisi yang ada dalam Masnavi-ye-Ma'navi:
Pukulan dari Langit
Ketika sebuah pukulan dari Langit menghantam dirimu,bersiap-siaplah,karena setelah itu akan kau terima hadiah penghormatan.
Karena tak mungkin Sang Raja menamparmu, tanpa memberimu sebuah mahkota dan sebuah tahta untuk diduduki.
Seluruh alam-dunia hanya senilai sebelah sayap kutu, tapi satu tamparan dapat memberimu ganjaran tak terperi.
Cepatlah lepaskan lehermu dari rantai emas, yaitu dunia ini, dan terimalah tamparan dari Rabb.
Para nabi telah menerima pukulan seperti itu di leher mereka, karenanya, kepala mereka tegak.
Karenanya, wahai pencari, siapkan dirimu, selalu penuh perhatian: hadirkan dirimu, agar Dia temukan engkau di tempatmu.
Jika tidak, Dia akan ambil kembali hadiah penghormatan itu, seraya berkata, "tak Ku-temukan seorangpun disini."
Rumi, Matsnavi VI
Karya dan ajaran Jalaluddin Rumi memiliki pengaruh yang dalam terhadap banyak tokoh sastra dan filsafat, baik di dunia Islam maupun di luar. Puisi-puisi Rumi yang penuh dengan kebijaksanaan spiritual dan keindahan bahasa telah menarik perhatian dan mengilhami banyak penulis dan pemikir. Misalnya, di dunia Barat, terjemahan karya-karya Rumi ke dalam bahasa-bahasa Eropa telah memperkenalkan konsep-konsep sufisme kepada pembaca Barat, mempengaruhi sastra dan filsafat di sana. Tokoh-tokoh seperti Johann Wolfgang von Goethe dan Ralph Waldo Emerson adalah beberapa dari banyak penulis Barat yang terinspirasi oleh karya Rumi. Goethe, dalam karyanya "West-stlicher Divan," terpengaruh oleh gaya dan tema-tema Rumi dalam mengeksplorasi hubungan antara keindahan, cinta, dan spiritualitas.
Di dalam dunia Islam, pengaruh Rumi terasa dalam sastra Persia dan Urdu, di mana karya-karyanya telah menjadi bahan kajian dan inspirasi bagi banyak penyair dan penulis. Penyair Persia seperti Hafez dan Saadi menunjukkan pengaruh Rumi dalam cara mereka mengekspresikan cinta dan kebijaksanaan spiritual dalam puisi mereka. Ajaran Rumi tentang cinta ilahi, kesatuan dengan Tuhan, dan pencarian kebijaksanaan dalam kesederhanaan hidup juga telah mempengaruhi pemikiran filsafat dan mistisisme di dunia Islam. Tokoh-tokoh seperti Ibn Arabi, seorang filsuf dan sufi terkemuka, juga menunjukkan pengaruh Rumi dalam konsep-konsep metafisika dan spiritualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H