Mohon tunggu...
Fauzan Mahir
Fauzan Mahir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa UIN Bandung

Selanjutnya

Tutup

Seni

Jalaluddin Rumi: Pilar Keindahan dan Kebijaksanaan Dalam Seni Islam

30 Juni 2024   17:57 Diperbarui: 30 Juni 2024   18:06 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalaluddin Rumi, memiliki nama lengkap Muhammad bin Muhammad bin al-Husayn al-Khatibi al-Balkhi al-Bakri. Dia lebih dikenal sebagai Molana Jalal Ad-Din Muammad Rumi. Jalal ad-Din dalam bahasa Arab berarti Kemuliaan Iman. Nisbah-nya, Balkhi dan Rumi, masing-masing berarti "dari Balkh" dan "dari Rum," karena ia berasal dari Kesultanan Rum di Anatolia. Menurut penulis biografi Rumi, Franklin Lewis dari Universitas Chicago, Anatolia yang dahulu milik Bizantium atau Kekaisaran Romawi Timur, baru saja ditaklukkan oleh umat Islam. Meskipun wilayah tersebut dikuasai oleh Penguasa Muslim Turki, Anatolia masih dikenal oleh orang Arab, Persia, dan Turki sebagai wilayah geografis Rum. Oleh karena itu, ada beberapa tokoh sejarah yang terkait dengan Anatolia yang dikenal sebagai Rumi, sebuah kata dari bahasa Persia yang berarti 'Romawi,' mengacu pada subjek Kekaisaran Bizantium atau orang yang tinggal di Anatolia.


Rumi dikenal luas dengan julukan Mawlana atau Molana di Iran dan populer dikenal sebagai Mevlana di Turki. Maulana adalah istilah asal bahasa Arab yang berarti "tuan kami". Istilah  Mawlawi (Persia) dan Mevlevi (Turki), yang juga berasal dari bahasa Arab dan berarti "tuanku", sering digunakan untuk merujuk padanya. Dia juga dikenal sebagai "Mullah Rum".


Jalaluddin Rumi dianggap sebagai pilar dalam seni Islam karena kemampuannya yang luar biasa dalam menggabungkan spiritualitas dan keindahan artistik melalui puisi dan tulisan-tulisannya. Rumi, dengan karya-karya seperti "Masnavi" dan "Divan-e Shams-e Tabrizi," berhasil menyampaikan ajaran-ajaran sufisme yang mendalam dengan bahasa yang penuh dengan metafora, simbolisme, dan irama yang indah. Puisi-puisinya tidak hanya menawarkan kebijaksanaan spiritual tetapi juga estetika yang memikat, menjadikan karyanya sebagai contoh sempurna dari seni Islam yang menginspirasi hati dan pikiran. Melalui penggunaan bahasa Persia yang kaya dan penuh makna, Rumi mampu menciptakan karya-karya yang abadi dan terus dihargai hingga kini.


Selain itu, pengaruh Rumi melampaui batas-batas budaya dan waktu, menjadikannya tokoh yang mendunia. Ajakan Rumi untuk mencari cinta ilahi dan menyatu dengan Tuhan melalui musik, tarian, dan puisi telah menciptakan tradisi seni yang bertahan lama, seperti tarian darwis berputar (Whirling Dervishes) yang menjadi simbol perdamaian dan kebijaksanaan spiritual. Rumi juga dikenal sebagai seorang mistikus yang karya-karyanya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, memperkenalkan sufisme dan seni Islam kepada audiens global. Dengan demikian, Rumi tidak hanya membentuk dan memperkaya seni Islam, tetapi juga membuka jalan bagi dialog lintas budaya dan pemahaman yang lebih mendalam tentang spiritualitas Islam.


Jalaluddin Rumi menulis beberapa karya . Beberapa karya yang terkenal adalah Divan-i Shams-i Tabrizi dan Masnavi-ye-Ma'navi.

  • Divan-i Shams-i Tabrizi

Sebagian besar puisi dalam Divan karya Rumi mengikuti bentuk ghazal, sebuah bentuk puisi lirik yang umum digunakan untuk mengekspresikan tema cinta, persahabatan, dan subjek teologi Sufi yang bersifat mistis. Tradisionalnya, penyair yang menulis ghazal sering mengadopsi persona puitis yang mereka gunakan sebagai nama pena, yang dikenal sebagai takhallus, yang sering kali terletak di akhir puisi mereka. Rumi sendiri sering menandatangani ghazal-gazalnya dengan nama-nama seperti Khmush (Keheningan) atau Shams-i Tabrizi.

Meskipun telah lama mengikuti tradisi puisi Sufi, Rumi mengembangkan gaya uniknya sendiri yang mencerminkan ekspresi spiritual dan kegembiraan yang mendalam. Berbeda dari penyair Islam profesional lainnya, Rumi sering menyusun puisi-puisinya secara spontan, tanpa persiapan sebelumnya. Karyanya cenderung menunjukkan semangat kegembiraan yang hampir seperti kesurupan, membedakannya dari gaya formal dan terstruktur yang lebih umum dalam puisi Arab-Islam tradisional. Rumi juga terkenal karena menganggap batasan metrik tradisional dalam ghazal sebagai pembatasan yang menghambat kreativitasnya. Ia bahkan meratapi proses yang sulit ketika mencoba memasukkan ide-idenya ke dalam metrum ghazal yang kaku, yang menurutnya hampir membuatnya merasa tercekik secara kreatif.

Berikut contoh puisi yang ada dalam Divan-i Shams-i Tabrizi :


Rintihan Tawanan Dunia

Mesti berapa lama lagi, kudapati diriku terantai dalam penjara ini, terantai ke dunia ini.

Telah tiba saatnya kuraih kesejatian hidup; dan aku bergerak, berderap, menuju ke kemurnian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun