“Oooh... kecoa,” Bayu segera membimbingnya keluar lalu membersihkan binatang binatang itu. Larasati terduduk lemas, rasanya binatang-binatangkecil itu seperti merambati sekujur tubuhnya,bulu kuduknya meremang karena kegelian,tapi tiba-tiba Larasati merasakan malu yang teramat sangat, masa sama kecoa saja takut! Larasati memang sangat jijik pada kecoa. Apa pikiran Bayu tentang aku ya? Pikir Larasati.
***
Selesai shalat dua rakaat dan zikir, Bayu memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat, ia menghadap persis di hadapan Larasti yang tertunduk.
“Ukhti...”
“Kok manggilnya Ukhti.... ?”protesnya.
“Habis mau dipanggil apa?Adik saja ya?”
Larasati menggeleng. Bayu menggaruk-garuk kepalanya. Larasati tersenyum geli.
“Panggil nama saja...”sambungnya.
“Panggil nama? Nggak mesra doong...,tapi boleh deh! Apa yaaa...Ras atau Roro?” Bayu menggoda Larasati. Larasati cemberut. Jelek amat panggilannya? Bayu terkikik melihat mulutnya yang manyun.
“Dipanggil... Yayang aja ya? Larasati merajuk. Seketika itu Bayu tertawa terbahak-bahak. Larasati sampai terperanjat. Serentak ia menyerang pinggang Bayu dengan cubitan.
Penulis: Izzatul Jannah
Tahun: 2001
Penerbit: Era Intermedia