Mohon tunggu...
Fauzan
Fauzan Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Jurusan Hubungan Internasional UPN Yogyakarta

Peminat Limology (Studi Perbatasan) dan Studi Pertahanan - Keamanan. Sekedar ingin berbagi cerita tentang perbatasan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krayan: Perbatasan Indonesia yang Terisolir

26 September 2022   22:09 Diperbarui: 26 September 2022   22:31 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada yang berbeda dalam perjalanan ke perbatasan kali ini. Jika biasanya di bandara atau pelabuhan kami dijemput dan diantar ke perbatasan dengan menggunakan kendaraan operasional seperti Avanza atau Innova, tapi di Krayan kami dijemput dengan mobil yang cukup istimewa. 

Setelah menempuh penerbangan dari bandara Nunukan dengan menggunakan pesawat kecil Pegasus Hevilift dan tiba di bandara Yuvay Semaring, Long Bawan (ibukota kecamatan Krayan), sudah ada tim yang menunggu dengan FJ Cruiser dan Hilux bernomor Malaysia dan siap mengantar kami untuk menjelajahi perbatasan Krayan. 

Mungkin kendaraan yang disiapkan untuk digunakan disesuaikan dengan medan di daerah tersebut. Jika dicermati, mobil yang digunakan oleh masyarakat Krayan sebagian besar adalah kendaraan jenis double cabin dan mengguna nomor/plat Malaysia.

Long Midang merupakan salah satu desa yang berbatasan langsung dengan wilayah Serawak, di kampong Ba'kelalan. Di sekitar perbatasan Long Midang - Ba'kelalan ini akan dibangun Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu.

PLBN Long Midang merupakan satu dari sebelas PLBN baru yang sedang dibangun oleh pemerintah mulai 2019. PLBN ini nantinya akan menjadi pintu penghubung secara resmi antara masyarakat di sekitar Krayan dengan Ba'kelalan, Serawak. 

PLBN Long Midang juga akan menjadi hub yang penting dari ibu kota negara (IKN) baru menuju Serawak, Sabah dan Brunei. Jika dilihat di peta, PLBN Long Midang akan menjadi titik/pintu terdekat di wilayah Kalimantan menuju Brunei Darussalam.

Jalan menuju Long Midang dari kantor kecamatan Krayan yang berjarak sekitar 10,5 km sudah lebar dan mulus, meski di 1 titik ada bekas longsoran yang sempat menutup badan jalan. Jika sebelum jalan ini dibangun dan diaspal, perlu waktu 1,5-2 jam untuk mencapai Long Midang, kini hanya perlu waktu sekitar 15 menit saja.

Presiden Jokowi pun pernah mengunjungi Long Midang untuk meninjau pembangunan jalan Trans Kalimantan dan menjajal jalanan dengan mengendarai motor Chopper (19/12/2019).

Pembangunan PLBN Long Midang sempat terhambat karena pandemi covid-19 meskipun persiapan-persiapan sudah dilakukan, seperti akses jalan yang sudah mulus dari Long Bawan dan lahan untuk PLBN yang sudah siap. 

Namun, ditutupnya akses ke wilayah Serawak (karena covid-19) menjadi kendala pembangunan PLBN ini, karena sebagian besar material pembangunan PLBN berasal dari wilayah jiran. Sementara akses jalan dari Malinau masih sulit dilalui, sehingga sulit untuk menyiapkan material pembangunan dari dalam negeri.

Selama ini ketergantungan masyarakat Krayan terhadap Malaysia dalam pemenuhan kebutuhan hidup sangat tinggi. Sebagian besar barang-barang kebutuhan pokok warga Krayan, berasal dari wilayah Serawak dan Sabah. 

Hal ini terjadi karena akses darat menuju Krayan dari wilayah Malinau masih sulit dilalui kendaraan roda empat atau lebih. Sementara jalur sungai pun tidak ada di Krayan.

Untuk bisa mengunjungi Krayan memang tidak semudah yang dibayangkan. Selain karena satu-satunya akses adalah melalui jalur udara, hanya pesawat jenis pilatus porter dan cessna caravan (jenis pesawat kecil seperti Susi Air dan Hevilift) saja yang baru dapat mendarat di bandara Yuvai Semaring, Krayan, dengan jadwal yang tidak menentu (faktor penumpang dan cuaca).

Meskipun Krayan merupakan kawasan perbatasan yang terisolir, namun Krayan terkenal dengan beras Adan (beras organik khas Krayan) yang banyak diminati oleh masyarakat Malaysia dan Brunei, serta garam gunungnya. 

Garam Krayan memang beda karena diolah bukan dari air laut tapi dari sumber mata air yang berada di perbukitan, karena wilayah Krayan berada di pedalaman dan jauh laut. 

Pernyataan "Indonesia di dadaku, Malaysia di perutku" mungkin cocok untuk menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat perbatasaan di Krayanini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun