Hal ini terjadi karena akses darat menuju Krayan dari wilayah Malinau masih sulit dilalui kendaraan roda empat atau lebih. Sementara jalur sungai pun tidak ada di Krayan.
Untuk bisa mengunjungi Krayan memang tidak semudah yang dibayangkan. Selain karena satu-satunya akses adalah melalui jalur udara, hanya pesawat jenis pilatus porter dan cessna caravan (jenis pesawat kecil seperti Susi Air dan Hevilift) saja yang baru dapat mendarat di bandara Yuvai Semaring, Krayan, dengan jadwal yang tidak menentu (faktor penumpang dan cuaca).
Meskipun Krayan merupakan kawasan perbatasan yang terisolir, namun Krayan terkenal dengan beras Adan (beras organik khas Krayan) yang banyak diminati oleh masyarakat Malaysia dan Brunei, serta garam gunungnya.Â
Garam Krayan memang beda karena diolah bukan dari air laut tapi dari sumber mata air yang berada di perbukitan, karena wilayah Krayan berada di pedalaman dan jauh laut.Â
Pernyataan "Indonesia di dadaku, Malaysia di perutku" mungkin cocok untuk menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat perbatasaan di Krayanini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H