"Sudah dibuang."
"Kasihan sekali. Itu sangat mubazir. Sebaiknya kau ambil, itu rokok terakhirmu, berpisahlah dengan baik. Ambil segera!"
Gogom menuruti saran Tatam. Segera ia menuju dekat pohon rambutan tadi. Kemudian melihat ke tanah, dekat kira-kira dibuangnya si yang sebatang. Ia telisik betul, sepertinya rokoknya telah mati dan tidak berasap lagi. Akan tetapi setelah di cari cari tidak ketemu, padahal di sana hanyalah tanah dan hanya ada sedikit rerumputan.
Sambil celingak-celinguk, tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihatlah bekas abu rokok. Di tanah yang kering itu, telah tergores dengan ranting kayu sebuah kalimat, "Pulanglah Gogom. Ayah dan Ibu rindu." Di bawah kalimat itu ada sambungannya lagi, "Dari pamanmu yang menaiki bak pik up tadi."
Surantih, 27/6/2021 (15:15).
(Bersambung, ada part 2 dan part 3-nya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H