Mohon tunggu...
Fauzan AnandaPutra
Fauzan AnandaPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aktivis kadang juga bisa menulis apapun digeluti supaya bisa menjadi professional yang tidak lupa dengan nilai-nilai agamis

Selanjutnya

Tutup

Book

Cerita Novel Hujan dari Seorang Zidane Harahap

30 September 2022   13:00 Diperbarui: 30 September 2022   13:02 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan atau merangkum sebuah novel "Hujan" yang telah diceritakan oleh teman saya yaitu Zidane Harahap, langsung saja kita simak bagaimana isi dari novel "Hujan" yang diceritakan melalui sudut pandang Zidane Harahap.

Zidane menceritakan tokoh utama yang dimana membuka dengan mengisahkan percintaan dan perjuangan hidup dari seseorang perempuan bernama Lail. Pada saat awal cerita dimulai Zidane berkata bahwa Lail baru berusia 13 tahun, yang dimana dirinya harus menjadi seorang anak yatim piatu. Di hari pertama ia sekolah, ada sebuah bencana gunung meletus dan gempa dahsyat sehingga membuat kota yang ia tinggali hancur, bahkan sebab dari bencana tersebut merebut nyawa ayah dan ibu Lail.

Zidane bercerita bahwa pada saat itu Letusan Gunung Api Purba melebihi letusan dari Gunung Krakatau dan Gunung Api Tambora. Beruntungnya, Lail berhasil ditolong dan diselamatkan oleh seorang anak laki-laki yang berusia 15 tahun, Esok namanya. Ibu Esok tidak meninggal, tetapi kedua kakinya harus diamputasi.

Selama kurang lebih satu tahun dari bencana tersebut, Lail dan Esok tinggal di sebuah pengungsian, keduanya tidak dapat dipisahkan bagaikan kakak dan adik, semua orang pun mengetahui kedekatan mereka berdua. Mereka berdua pun kerap kali membantu petugas pengungsian. Sampai akhirnya, pemerintah memberikan pemberitahuan untuk menutup tempat pengungsian. Hal itulah yang menyebabkan Esok dan Lail menjadi terpisah.

Zidane menceritakan bahwa Lail akan menetap di sebuah panti sosial, sementara Esok nyatanya diangkat menjadi anak oleh salah satu keluarga. Di panti sosial di mana Lail menetap, dirinya mendapat seorang teman, tepatnya teman sekamarnya yang sangat ceria, lucu, dan penuh akan semangat membara bernama Maryam.

Di panti sosial ada beberapa peraturan yang perlu dipatuhi dan dilaksanakan oleh Lail dan juga Maryam. Lail yang kadang kala merindukan sosok Esok, membuat mereka berdua mempunyai jadwal pertemuan yang terbilang rutin. Meski hanya satu bulan satu kali, tetapi bagi Lail, hal tersebut adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu dan berarti untuk mereka berdua.

Pertemuan keduanya hanya sekedar berbagi cerita dari aktivitas atau kegiatan yang biasa masing-masingnya lakukan. Namun, sayangnya jadwal rutin tersebut terpaksa berubah ketika Esok harus meneruskan pendidikannya di ibu kota. Dan jadwal pertemuan mereka berubah ketika Lail dan Esok liburan semester.

Zidane menerangkan bahwa sesosok Lail setelah Esok pergi ke ibu kota mencoba untuk menyibukkan dirinya dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat. Kemudian, Lail dan Maryam mendaftarkan dirinya di sebuah organisasi relawan dan ternyata mereka adalah relawan yang paling muda.

Tak hanya itu, keduanya pun mengukir prestasi, salah satunya adalah mereka ditempatkan pada sektor 2 di mana ada dua kota kembar terletak di hulu dan hilir yang dinyatakan berjarak 50 kilometer. Ketika itu, bendungan di hulu retak, lalu bilamana bendungan tersebut jebol, akan menghancurkan dua kota kembar tersebut.

Hanya ada satu cara untuk mencapai hilir ketika itu, yakni berlari secepat mungkin dengan terjangan badai yang luar biasa kencangnya. Dengan keberanian dan aksi heroik yang dilakukan oleh Lail dan Maryam, keduanya berhasil memperingati kota itu dan jasa mereka nyatanya membuahkan perhargaan. Kesibukan yang dijalani Lail membuat dirinya mampu mengalihkan rasa rindunya pada Esok.

Pertemuan keduanya pun semakin jarang. Lail dan Esok hanya dapat bertemu selama sekali dalam satu tahun, itu juga apabila Esok tidak sibuk. Lail tidak pernah menghubungi Esok begitupun sebaliknya. Terkadang dirinya menanyakan kabar Esok pada ibu Esok begitupun dengan Esok. Usut punya usut, nyatanya keluarga yang mengadopsi Esok merupakan keluarga dari seorang wali kota.

Singkat cerita, Esok yang sedang mengerjakan proyek sebuah kapal luar angka, hendak membawa penduduk di bumi ke luar angkasa guna menghindari bencana dahsyat yang dikhawatirkan akan melebihi gunung meletus pada masa itu. Bencana yaitu di mana suhu bumi akan semakin memanas yang diakibatkan kerusakan lapisan stratosfer karena keegoisan para manusia bumi.

Semenjak peristiwa gunung meletus, iklim di bumi sangat tidak terkendali. Para petinggi dari negara mengadakan pertemuan untuk memecahkan persoalan tersebut. Akhirnya, para petinggi negara subtropis dan tropis berlomba mengirimkan pesawat hingga berkali-kali untuk mengeluarkan dan menyemprotkan gas anti sulfur dioksida di lapisan stratosfer.

Dalam jangka yang terbilang singkat, hal tersebut memang membuat iklim kembali pulih, tetapi persoalan baru justru muncul. Esok dengan kecerdasan yang dimilikinya pun ikut andil dalam proyek tersebut. Namun, sangat disayangkan karena penduduk yang dapat pergi dari bumi tidaklah semua, melainkan dipilih secara random.

Zidane menceritakan bahwa seorang Esok hanya memiliki dua tiket dalam kapal tersebut. Hingga suatu hari, wali kota menghampiri Lail dan memohon pada Lail apabila ia diberikan tiket oleh Esok, wali kota itu meminta agar tiketnya diberikan pada anaknya, yaitu Claudia. Terjadilah kesalahpahaman dalam kejadian tersebut.

Lail telah tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang dewasa, ia seakan memahami perasaan yang tengah dialami dan dirasakannya. Lail membutuhkan sebuah kepastian dari Esok. kemudian, satu hari sebelum hasil pengumuman dari pemerintah, Lail tidak mendapati kabar dari Esok, perasaannya pun menjadi kacau.

Di akhir waktu menjelang penerbangan pesawat itu, Lail malah memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan modifikasi ingatan. Ia ingin menghilangkan semua beban pikirannya dan menghapus itu semua dari ingatannya. Ternyata, Esok tengah menjalani proses pemindahan data sampai tidak dapat memberikan kabar pada Lail.

Dan pada akhirnya Esok tidak ikut dalam pesawat tersebut. Esok mengkloning saraf otaknya agar pesawat antariksa itu bisa terbang tanpa dirinya. Sedangkan satu tiket yang lain, ia berikan kepada ibunya. Bagi Esok, tidak ada yang lebih berharga di dunia ini selain Lail. Ia memutuskan untuk menunggu kepunahan dirinya di bumi bersama Lail. Lail pun pada akhirnya memilih untuk merangkum semua ingatannya sehingga mesin pemodifikasi ingatan tidak bisa menghapus satu ingatannya pun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun