Singkat cerita, Esok yang sedang mengerjakan proyek sebuah kapal luar angka, hendak membawa penduduk di bumi ke luar angkasa guna menghindari bencana dahsyat yang dikhawatirkan akan melebihi gunung meletus pada masa itu. Bencana yaitu di mana suhu bumi akan semakin memanas yang diakibatkan kerusakan lapisan stratosfer karena keegoisan para manusia bumi.
Semenjak peristiwa gunung meletus, iklim di bumi sangat tidak terkendali. Para petinggi dari negara mengadakan pertemuan untuk memecahkan persoalan tersebut. Akhirnya, para petinggi negara subtropis dan tropis berlomba mengirimkan pesawat hingga berkali-kali untuk mengeluarkan dan menyemprotkan gas anti sulfur dioksida di lapisan stratosfer.
Dalam jangka yang terbilang singkat, hal tersebut memang membuat iklim kembali pulih, tetapi persoalan baru justru muncul. Esok dengan kecerdasan yang dimilikinya pun ikut andil dalam proyek tersebut. Namun, sangat disayangkan karena penduduk yang dapat pergi dari bumi tidaklah semua, melainkan dipilih secara random.
Zidane menceritakan bahwa seorang Esok hanya memiliki dua tiket dalam kapal tersebut. Hingga suatu hari, wali kota menghampiri Lail dan memohon pada Lail apabila ia diberikan tiket oleh Esok, wali kota itu meminta agar tiketnya diberikan pada anaknya, yaitu Claudia. Terjadilah kesalahpahaman dalam kejadian tersebut.
Lail telah tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang dewasa, ia seakan memahami perasaan yang tengah dialami dan dirasakannya. Lail membutuhkan sebuah kepastian dari Esok. kemudian, satu hari sebelum hasil pengumuman dari pemerintah, Lail tidak mendapati kabar dari Esok, perasaannya pun menjadi kacau.
Di akhir waktu menjelang penerbangan pesawat itu, Lail malah memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan modifikasi ingatan. Ia ingin menghilangkan semua beban pikirannya dan menghapus itu semua dari ingatannya. Ternyata, Esok tengah menjalani proses pemindahan data sampai tidak dapat memberikan kabar pada Lail.
Dan pada akhirnya Esok tidak ikut dalam pesawat tersebut. Esok mengkloning saraf otaknya agar pesawat antariksa itu bisa terbang tanpa dirinya. Sedangkan satu tiket yang lain, ia berikan kepada ibunya. Bagi Esok, tidak ada yang lebih berharga di dunia ini selain Lail. Ia memutuskan untuk menunggu kepunahan dirinya di bumi bersama Lail. Lail pun pada akhirnya memilih untuk merangkum semua ingatannya sehingga mesin pemodifikasi ingatan tidak bisa menghapus satu ingatannya pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H