Mohon tunggu...
Ahmad Fauzan
Ahmad Fauzan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Diam Tertindas atau Bangkit Melawan

Bila yakin, berusaha dan mencoba tak ada yang tak mungkin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rasa Diri: Diujung Suara Hati

23 April 2022   01:49 Diperbarui: 24 April 2022   11:14 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun dosa tetap akan bersemayam, sebelum manusia itu kembali ke pangkalan atau fitrah diri yang diadakan.

Sementara untuk diriku sendiri, "Aku berdiri dan melangkah mencapai cita, hanya karena pandangan yang sederhana, itu saja".

Sebaiknya, jangan terlalu sibuk dengan bertuahnya kata orang yang bijaksana. Meskipun sudah ternama dan tidak diragukan kelurusannya, dia tetaplah akan menjadi dirinya dengan segala pilihan dan pertanggungjawaban hidupnya.

Kita butuh menjadikan diri kita tumbuh dengan sendirinya, karena langkah dan masa depan tidaklah sama.

Keluar dan berbuatlah untuk meraih bahagia diri, dengan ilmu dan bakti yang telah terberi dan dihayati.

Apalagi kekuatan hidup telah didapati dari mereka yang tulus dan berkepribadian tinggi.

Kapanpun dan dimanapun, sebuah kesadaran haruslah dibarengi dengan kepastian. Semua itu, harus dibuktikan dengan pelangkahan atas kebaikan.

Kini, ibarat tersadar dalam lamunan dan hayalan yang ketinggian, aku harus menjauh untuk menjaga hati dan pikiranku. Karena dari halus dan kasarnya kebersamaan telah terpancar sinar yang menyilaukan dari kaki-kaki dan tangan-tangan yang mengulurkan atau yang melepaskan atau bertepuk tangan, baik berbentuk ketulusan atau kepalsuan.

Bukan karena aku benci atau mendendam tapi karena aku harus lebih seimbang dalam memberi arti sebuah kesadaran. Baik untuk diri sendiri ataupun semua orang, tentunya menjadi sinyal kuat untuk lebih membangun kepercayaan dimasa depan.

Selalu kuingat sebuah ujaran dari renunganku sendiri, "Jika permintaanmu diakui atas dasar keikhlasan, jangan merubahnya hanya karena mendengar kata seseorang yang terlihat bijaksana.

Dia bisa membenarkan ceritamu dengan keadaan yang kau mau, tapi dia tidak pernah tahu, halusnya nafsu dan muslihat yang berjalan dibenakmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun