Di desa pejuang itu, Siti menyimpan dendam mendalam dan kesedihan yang tak terucapkan. Kehilangan ayahnya menjadi luka yang tak bisa sembuh. Meskipun dia menemukan perlindungan, setiap malam dia terjaga, memikirkan pengorbanan ayahnya dan keinginan untuk membalas dendam kepada tentara Jepang.
Meskipun bekas luka dari trauma itu masih ada, Siti menemukan kekuatan dalam komunitas baru yang mendukung perjuangannya. Ia bertekad melanjutkan semangat ayahnya, menginspirasi pemuda-pemuda desa untuk melawan penjajah. Dendamnya berubah menjadi semangat juang, menjaga api perlawanan tetap menyala di tengah kesulitan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H