"Menulis itu seperti kopi---ada yang suka pahit, ada yang suka manis. Jangan memaksakan semua orang minum yang sama."
Menemukan dan Mempertahankan Gaya Tulisan Sendiri
Gaya tulisan itu ibarat tanda tangan---unik, otentik, dan susah ditiru orang lain. Tapi menemukan gaya sendiri bukan perkara semudah memilih menu di warteg. Kadang butuh waktu, eksperimen, dan tentu saja, keberanian untuk tetap menjadi diri sendiri.
Setiap penulis punya ciri khas. Ada yang humoris, reflektif, akademis, atau meledak-ledak kayak sambal level 10. Coba evaluasi tulisan-tulisanmu yang sudah ada: apa yang paling sering muncul? Sentuhan humor? Analisis mendalam? Atau narasi personal yang mengalir? Dari sini, kamu bisa mulai mengenali pola dan karakter tulisanmu sendiri.
Filsuf Ralph Waldo Emerson pernah menekankan bahwa pencapaian terbesar dalam hidup adalah menjadi diri sendiri di tengah tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar orang lain. Ini relevan dalam dunia kepenulisan, di mana keunikan setiap individu harus dipertahankan agar tulisan memiliki daya tarik yang otentik.
Jangan paksakan diri untuk menulis dengan gaya yang bukan kamu banget. Kalau suka santai dan penuh komedi, ya teruskan. Kalau suka serius dan penuh data, nggak masalah. Yang penting, tulis dengan flow yang paling nyaman buatmu, karena pembaca bisa merasakan ketulusan dari gaya yang alami.
Psikolog Jordan Peterson menekankan pentingnya membandingkan diri kita dengan versi diri kita di masa lalu, bukan dengan orang lain. Dalam menulis, hal ini berarti bahwa perkembangan harus diukur berdasarkan peningkatan pribadi, bukan sekadar membandingkan jumlah tulisan atau popularitas dengan penulis lain.
Menemukan gaya tulisan bukan berarti harus kaku. Jangan takut bereksperimen dengan gaya baru, tapi tetap dalam koridor keunikanmu. Kadang, variasi dalam menulis bisa bikin kamu semakin berkembang tanpa kehilangan esensi asli.
Menulis mengikuti tren itu sah-sah saja, tapi jangan sampai kehilangan identitas hanya demi viral. Pembaca setia datang karena keunikanmu, bukan karena kamu ikut-ikutan. Ingat, yang bertahan lama bukan yang sekadar mengikuti tren, tapi yang bisa tetap relevan dengan gayanya sendiri.
Kesimpulan
Menulis adalah perjalanan panjang. Selalu ada ruang untuk belajar dari penulis lain tanpa harus kehilangan jati diri. Membaca lebih banyak, bereksperimen dengan format baru, dan menerima kritik dengan terbuka bisa membantu kamu semakin tajam dalam menemukan gaya yang benar-benar kamu banget.
Menemukan dan mempertahankan gaya tulisan sendiri adalah perjalanan, bukan tujuan instan. Dengan mengenali ciri khas, menulis dengan nyaman, menjaga keseimbangan antara konsistensi dan fleksibilitas, serta tidak terjebak tren, kita bisa terus berkembang tanpa kehilangan jati diri. Jadi, tetaplah menulis dengan gaya yang paling kamu banget!Â