Imlek bukan hanya milik masyarakat Tionghoa. Ia adalah bagian dari kisah besar Indonesia tentang bagaimana kita belajar untuk hidup bersama dalam harmoni. Karena pada akhirnya, seberapa kuat suatu bangsa bukan ditentukan oleh keseragaman, tetapi oleh kemampuannya menjaga keseimbangan di tengah perbedaan.
Penutup
Tahun Baru Imlek bukan hanya tentang perayaan meriah, petasan, atau angpao (yang belum pernah saya terima ). Lebih dari itu, Imlek adalah momen refleksi untuk melihat ke belakang, merancang masa depan, dan memahami bahwa keberagaman adalah kekuatan.
Dari sejarahnya di Indonesia, kita belajar bahwa sesuatu yang dulu dianggap terbatas bisa berkembang menjadi simbol toleransi. Dari filosofi Imlek, kita diajak untuk memahami bahwa perubahan itu perlu strategi dan kebijaksanaan. Dan dari tradisi berbagi angpao, kita diingatkan bahwa rezeki tidak hanya soal uang, tetapi juga kebahagiaan yang bisa kita sebarkan kepada orang lain.
Sebagai seorang muslim dan mahasiswa Kajian Ketahanan Nasional, saya melihat Imlek bukan sekadar budaya etnis tertentu, tetapi bagian dari narasi besar Indonesia tentang persatuan dalam keberagaman. Karena pada akhirnya, entah itu Imlek, Lebaran, atau perayaan lainnya, kita semua memiliki harapan yang sama: hidup yang lebih baik, keluarga yang lebih harmonis, dan masa depan yang lebih cerah.
Jadi, apa pun latar belakang kita, mari jadikan Imlek 2025 ini sebagai momen refleksi dan perencanaan. Karena seperti kata pepatah Tionghoa:
"Perjalanan seribu mil dimulai dari satu langkah pertama."
Selamat Tahun Baru Imlek 2025! Semoga kita semua semakin bijak dalam merancang langkah ke depan.
Sumber Referensi:
Sejarah dan Tradisi Imlek di Indonesia
Hoon, C. Y. (2017). Chinese Identity in Post-Suharto Indonesia: Culture, Politics and Media. Nordic Institute of Asian Studies.
Setijadi, C. (2017). Chinese Indonesians in Post-Suharto Indonesia: Identity, Culture, and Politics. ISEAS Publishing.
Filosofi dan Refleksi dalam Perayaan Imlek