Mohon tunggu...
P.Aulia Rochman
P.Aulia Rochman Mohon Tunggu... Penulis - Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Mimpi Anda Tak Terwujud? Temukan Misi Jiwa untuk Keuangan yang Bermakna

3 Januari 2025   15:34 Diperbarui: 3 Januari 2025   15:34 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto seseorang yang sedang merenung. dokpri made by chatgpt

Pembukaan: Apa yang Hilang dalam Keuangan Anda?

Rina selalu menjadi pusat perhatian di lingkungannya. Dengan rumah mewah di pinggiran kota, mobil yang berkilauan di garasi, dan tabungan besar yang cukup untuk pensiun dini, hidupnya tampak seperti impian banyak orang. Tetapi suatu malam, setelah kembali dari pesta ulang tahun seorang teman, ia duduk sendirian di ruang tamu dan merasakan kehampaan yang tidak dapat dijelaskan. Dalam keheningan itu, pertanyaan menghantamnya seperti petir: "Untuk apa semua ini?"

Pertanyaan Rina bukanlah kasus yang jarang terjadi. Di tengah kesibukan mengejar apa yang disebut "kebahagiaan finansial," banyak dari kita tanpa sadar terperangkap dalam siklus budaya konsumtif. Kita membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan, mengikuti tren yang memaksakan standar hidup tertentu, dan tanpa sadar mengorbankan waktu serta energi demi sesuatu yang tidak memberikan kepuasan sejati. FOMO (fear of missing out) menekan kita untuk selalu tampil sempurna di media sosial, seolah-olah pencapaian material adalah satu-satunya indikator keberhasilan.

Namun, apakah stabilitas finansial semata cukup untuk membawa kebahagiaan? Studi menunjukkan bahwa setelah kebutuhan dasar terpenuhi, uang tambahan tidak selalu membuat kita lebih puas. Lalu, mengapa masih ada rasa hampa meski angka di rekening kita terus bertambah?

Jawabannya mungkin terletak pada satu hal: keuangan tanpa makna adalah perjalanan tanpa arah. Ketika tujuan finansial kita tidak terhubung dengan sesuatu yang lebih besar, seperti misi hidup atau nilai-nilai yang kita pegang erat, stabilitas finansial hanya akan menjadi angka kosong tanpa jiwa.

Apa Itu Misi Jiwa? Dan Mengapa Penting untuk Finansial?

Misi jiwa adalah kombinasi unik dari bakat alami, panggilan hidup, dan dampak yang ingin Anda tinggalkan di dunia ini. Ini bukan sekadar tentang pekerjaan atau karier, melainkan tentang menjalani kehidupan yang selaras dengan nilai-nilai terdalam Anda. Ketika seseorang menemukan misi jiwanya, hidup tidak lagi hanya tentang "apa yang harus dilakukan," tetapi tentang "mengapa Anda melakukannya."

Ilustrasi Perjalanan Hidup. dokpri made by chatgpt
Ilustrasi Perjalanan Hidup. dokpri made by chatgpt

Di tengah tren terkini seperti quiet quitting---di mana orang memilih untuk melakukan pekerjaan seminimal mungkin tanpa antusiasme---dan meningkatnya angka resign demi mengejar passion, misi jiwa menjadi semakin relevan. Data dari Gallup menunjukkan bahwa 85% pekerja di seluruh dunia tidak merasa terikat secara emosional dengan pekerjaan mereka, meskipun penghasilan mereka memadai. Angka ini menunjukkan betapa banyak orang yang merasa terjebak dalam rutinitas tanpa makna.

Contohnya, Maria, seorang wanita yang menghabiskan satu dekade bekerja di perusahaan besar, selalu merasa ada yang kurang. Setelah kehilangan kedua orang tuanya, ia mulai merefleksikan apa yang benar-benar penting dalam hidupnya. Maria akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memulai bisnis sosial yang menyediakan pendidikan untuk anak-anak yatim piatu. Meskipun penghasilannya menurun, Maria merasa lebih hidup dan bermakna.

Misi jiwa tidak hanya memberi arah, tetapi juga motivasi untuk mengelola waktu, energi, dan keuangan Anda dengan cara yang lebih bermakna.

Keuangan yang Selaras dengan Misi Jiwa

Ketika misi jiwa Anda menjadi kompas hidup, pengelolaan keuangan bukan lagi tentang sekadar menabung atau berinvestasi. Ini menjadi alat untuk mendukung apa yang benar-benar penting bagi Anda.

Sebuah penelitian dari Harvard Business Review menemukan bahwa pengeluaran yang selaras dengan nilai hidup dapat meningkatkan kebahagiaan hingga 20% lebih tinggi dibandingkan pengeluaran untuk barang-barang material. Dengan kata lain, uang yang digunakan untuk sesuatu yang bermakna memberikan dampak emosional yang jauh lebih besar dibandingkan hanya untuk memenuhi gaya hidup.

Misalnya, Bayu, seorang guru, menyisihkan sebagian penghasilannya setiap bulan untuk mendukung program pendidikan bagi anak-anak kurang mampu di desanya. Baginya, kepuasan tidak datang dari membeli barang-barang baru, tetapi dari melihat anak-anak tersebut mendapatkan akses ke pendidikan yang layak.

Atau lihat Rani, seorang pengusaha kecil yang menjalankan bisnis ramah lingkungan. Meski keuntungan bisnisnya lebih kecil dibandingkan kompetitor yang menggunakan bahan murah dan tidak ramah lingkungan, Rani tetap bertahan. "Bisnis ini adalah bagian dari misi hidup saya untuk menjaga bumi agar lebih baik bagi generasi mendatang," ujarnya.

Tanyakan pada diri Anda: "Apakah pengeluaran saya mencerminkan siapa saya sebenarnya? Apakah uang yang saya keluarkan membantu saya mendekati atau menjauh dari tujuan hidup saya?" Ketika pengeluaran Anda mencerminkan misi jiwa, keuangan Anda tidak hanya stabil, tetapi juga bermakna.

Langkah Praktis: Temukan Misi Jiwa dan Ubah Pola Keuangan Anda

Menemukan misi jiwa mungkin terdengar abstrak, tetapi sebenarnya proses ini bisa dimulai dari langkah-langkah sederhana. Bayangkan Anda sedang duduk di sebuah taman yang tenang, membuka jurnal, dan mulai menuliskan apa yang benar-benar penting bagi hidup Anda. Di sinilah perjalanan dimulai.

Langkah 1: Refleksi Diri

Ambil momen untuk bertanya pada diri sendiri: "Apa yang membuat saya bahagia? Kapan terakhir kali saya merasa benar-benar hidup?" Tulis semua jawaban di jurnal Anda tanpa menahan diri. Pikirkan juga tentang dampak apa yang ingin Anda tinggalkan di dunia. Apakah itu mendidik generasi muda, menyelamatkan lingkungan, atau menyebarkan seni yang Anda cintai? Refleksi ini adalah kunci untuk menemukan panggilan jiwa Anda.

Langkah 2: Audit Pengeluaran

Lihat laporan pengeluaran Anda selama tiga bulan terakhir. Tanyakan pada diri Anda: "Apakah uang saya digunakan untuk mendukung apa yang penting bagi saya?" Misalnya, apakah sebagian besar uang Anda habis untuk hal-hal yang tidak benar-benar Anda nikmati, seperti makan di restoran mahal hanya demi gengsi? Catat pengeluaran yang tidak mencerminkan nilai-nilai Anda.

Langkah 3: Buat Rencana Finansial yang Bermakna

Kini, bayangkan keuangan Anda sebagai alat untuk mendukung misi hidup Anda. Buat rencana sederhana: sisihkan sebagian dari penghasilan Anda untuk mendukung tujuan yang Anda yakini. Misalnya, jika Anda ingin membantu pendidikan anak-anak kurang mampu, buat dana khusus untuk donasi. Jika Anda ingin mengejar seni, mulailah menabung untuk membeli alat yang mendukung karya Anda.

Menemukan Misi Jiwa dan Menghubungkannya dengan Keuangan. dokpri made by chatgpt
Menemukan Misi Jiwa dan Menghubungkannya dengan Keuangan. dokpri made by chatgpt

"Uang adalah alat, bukan tujuan. Gunakan dengan bijak untuk mendukung perjalanan Anda menuju kehidupan yang bermakna," kata seorang ahli keuangan yang fokus pada keberlanjutan hidup.

Inspirasi Nyata: Mereka yang Hidup Berdasarkan Misi Jiwa

Profil 1: Andi, Sang Penggerak Sosial

Andi adalah seorang mantan eksekutif di perusahaan besar yang memutuskan untuk meninggalkan gaji besar demi membuka usaha sosial. "Saya sadar, bekerja 14 jam sehari hanya untuk mengejar target perusahaan tidak sejalan dengan apa yang saya inginkan dalam hidup," ujarnya. Dengan tabungan yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun, Andi memulai usaha kecil yang memproduksi barang-barang kerajinan dari bahan daur ulang. Kini, ia tidak hanya mendapatkan penghasilan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi komunitas lokal.

"Setiap barang yang saya jual adalah kontribusi kecil untuk bumi yang lebih baik," kata Andi.

Profil 2: Mia, Sang Seniman Minimalis

Mia adalah seorang seniman yang dulu merasa terjebak dalam gaya hidup konsumerisme. Ia akhirnya memutuskan untuk hidup lebih sederhana agar bisa fokus pada seni. "Saya menjual banyak barang yang tidak saya butuhkan dan pindah ke rumah kecil yang membuat saya lebih terhubung dengan diri sendiri," ungkapnya. Dengan pengeluaran yang lebih terkontrol, Mia bisa mengejar passion-nya tanpa tekanan finansial.

"Saya mungkin tidak punya banyak barang, tetapi saya punya waktu dan kebebasan untuk menciptakan sesuatu yang bermakna," katanya.

Penutup: Tantangan untuk Pembaca

Bayangkan hidup Anda tanpa batasan keuangan. Jika uang bukan masalah, apa yang benar-benar ingin Anda lakukan? Apa yang membuat hati Anda bergelora, bahkan hanya dengan membayangkannya? Pertanyaan ini mungkin sederhana, tetapi jawabannya dapat mengubah cara Anda memandang hidup dan keuangan Anda.

Sering kali, kita terjebak dalam rutinitas sehari-hari, berpikir bahwa kita harus menunda kebahagiaan hingga kondisi keuangan membaik. Tetapi, apa jadinya jika justru keuangan Anda menjadi alat untuk menemukan dan mewujudkan misi hidup Anda? Tidak perlu langkah besar; perubahan dimulai dari hal kecil---dari refleksi diri, audit pengeluaran, hingga membuat rencana yang mendukung nilai-nilai terdalam Anda.

"Misi jiwa Anda menunggu untuk ditemukan---dan keuangan Anda bisa menjadi jalannya."

Hidup yang bermakna bukanlah sesuatu yang hanya dimiliki segelintir orang. Itu tersedia untuk siapa saja yang berani bertanya pada diri sendiri, "Apa yang benar-benar penting bagi saya?" dan mengambil langkah kecil menuju kehidupan yang selaras dengan misi jiwa mereka.

Ingatlah, perjalanan ini bukan tentang kesempurnaan, melainkan tentang kemajuan. Mulailah hari ini, karena tidak ada waktu yang lebih baik untuk mengejar hidup yang Anda inginkan selain sekarang.

Tabel Hubungan Antara Pengeluaran Bermakna dan Tingkat Kebahagiaan. dokpri made by chatgpt
Tabel Hubungan Antara Pengeluaran Bermakna dan Tingkat Kebahagiaan. dokpri made by chatgpt

Daftar Pustaka

  • The Open Learner. (n.d.). Retrieved January 3, 2025, from https://theopenlearner333.blogspot.com/
  • Gallup. (2023). State of the Global Workplace: 2023 Report. Gallup. Retrieved from https://www.gallup.com
  • Harvard Business Review. (2022). The Surprising Power of Spending Money on Experiences Over Material Goods. Harvard Business Review. Retrieved from https://www.hbr.org
  • Lyubomirsky, S. (2019). The How of Happiness: A Scientific Approach to Getting the Life You Want. Penguin Books.
  • Smith, A., & Davidson, J. (2021). "The Relationship Between Values-Based Spending and Subjective Well-Being." Journal of Consumer Psychology, 31(4), 765--782. https://doi.org/10.1002/jcpy.1152
  • Taylor, M. P., Jenkins, S. P., & Sacker, A. (2020). "Financial Capability and Well-Being: Evidence from the UK Household Longitudinal Study." Journal of Economic Behavior & Organization, 176, 1015--1035. https://doi.org/10.1016/j.jebo.2019.09.013
  • Vohs, K. D., & Faber, R. J. (2022). "The Role of Spending in Human Happiness." Psychological Science in the Public Interest, 23(1), 67--88. https://doi.org/10.1177/1529100622107890
  • Wong, P. T. P. (2018). The Meaning of Life and Why It Matters to Financial Decisions. Meaning-Centered Psychology Institute.
  • World Economic Forum. (2023). Why More Workers Are Quiet Quitting---And How Companies Can Respond. Retrieved from https://www.weforum.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun