Mohon tunggu...
Fauza Nur Anzaini
Fauza Nur Anzaini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Masih belajar~

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Mengenal Trauma, Temperamen Serta Cara Mengendalikan Emosi Terhadap Diri Sendiri

28 Januari 2021   17:14 Diperbarui: 28 Januari 2021   17:28 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sedangkan menurut (Capaldi D.M & Rothbart M.K, 1992) menggolongkan dimensi temperamen menjadi tiga kategori, yaitu: Reaktivitas, Emosionalitas dan Regulasi diri. Reaktivitas mencakup kemampuan mengontrol aktivitas (activation control), kemampuan menekan respon yang tidak sesuai (inhibitory control) dan sensitivitas terha           dap sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang baru yang memerlukan intensitas tinggi (high intensity pleasure) dan sensitivitas terhadap sesuatu yang menyenangkan atau kesenangan yang berkaitan dengan aktivitas dengan intensitas rendah (pleasure sensitivity). Emosionalitas mengacu pada aspek-aspek perasaan negatif termasuk sifat lekas marah (irritability), perasaan takut, malu, sedih, dan frustasi. Regulasi diri mengacu pada fungsi proses perilaku yang menjadi basis aspek reaktivitas termasuk aspek afiliasi, perhatian, sifat-sifat menahan diri, dan ketenangan diri (perceptual sensitivity).

Adapun penyebab temperamen menurut para ahli yaitu: 1) Jenis Kelamin dan Budaya. Gender sangat berpengaruh pada tingkat temperamental dalam diri individu, selain itu budaya juga berpengaruh pada pembentukan karakter seseorang. Karakter seseorang akan berbeda dalam suatu lingkungan budaya yang halus dan budaya yang keras; 2) Lingkungan. Lingkungan juga berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung, pergaulan akan menggambarkan cara bersikap seseorang. Lingkungan pergaulan bisa berupa lingkaran pertemanan yang sehat tentunya akan memberikan pengaruh yang baik bagi individu dan lingkaran pertemanan yang tidak sehat akan menberikan pengaruh yang buruk; 3) Cara Mendidik. Pola asuh yang dilakukan orang tua akan membentuk karakter indivual; dan 4). Keturunan. Asal sifat temperamen seseorang bisa saja dengan faktor keturunan atau bawaan dari lahir. Sikap ini sulit diubah tapi jika ada keinginan, maka bisa dikendalikan. Contoh sifat temperamen diantaranya ialah kurang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, lambat melakukan sesuatu, mudah gelisah tanpa sebab dan lain-lain.

Secara umum, cara mengatasi sifat temperamen ialah Pertama, ketahui penyebab dari sifat temperamental yang dimiliki. Kedua, menerapkan kesadaran penuh yang dapat membantu mengendalikan tanggapan pada sesuatu yang menyudutkan emosi. Terakhir, mulai melakukan olahraga secara rutin sebab bisa membantu mengontrolkan diri sendiri.

Selain dari trauma dan temperamen, pengendalian emosi juga termasuk aspek penting karena melalui emosi manusia mampu mengekspresikan perasaannya, selain itu juga aspek perkembangan manusia pasti terdapat perkembangan emosi di dalamnya maka dari itu kita harus mengendalikan emosi tersebut. Menurut (Suherman, 2008) emosi dapat berbentuk gejala-gejala jasmaniah dan gejala-gejala psikologis, keduanya sering muncul secara bersamaan dalam suatu perilaku. Emosi akan mengarahkan seseorang untuk berperilaku, ada kalanya mendorong dan menjadi motivasi bagi seseorang, tetapi juga sering menjadi penghambat.

Emosi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan seseorang dalam mengarahkan dan menyesuaikan emosi terhadap suatu situasi akan berpengaruh pada peeilaku dan hubungan sosial. Sedangkan menurut  (Susanto, 2008) menjelaskan bahwa melakukan pengendalian emosi berarti juga melakukan suatu bentuk pengelolaan emosi. Pengelolaan emosi terkait dengan kemampuan penyesuaian diri secara psikologis dimana individu mampu mengidentifikasi, mengakui dan mampu untuk mengelolanya. Maka dari itu, pengendalian emosi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu agar mampu mengendalikan emosinya disaat mereka sedang menghadapi suatu masalah.

Cara agar mengendalikan emosi menurut (Supeno, 2009:340) diantaranya: 1) Menenangkan Hati, 2) Mencari Kesibukan, 3) Berbicara dengan orang lain, 4) Menemukan penyebab permasalahan dan mencari solusinya, 5) Adanya keinginan untuk menjadi orang yang lebih baik, 6) Berfikir secara rasional sebelum bertindak, 7) Diservikasi tujuan. Dari penjelasan tersebut dapat disimbulkan bahwa  perasaan adalah suatu hal yang sangat dominan berpengaruh dalam mengendalikan emosi.  Untuk dapat mengendalikan emosi, seseorang harus bisa merasakan, memahami dan mengelola segala jenis perasaan yang ada dalam dirinya kemudian dihubungkan dengan pola fikir positif yang ada dalam dirinya.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan dari pembahasan yang tertulis pentingnya mengenali trauma, temperamen dan pengendalian emosi terhadap diri sendiri, karena dengan mengenal diri sendiri kita akan mengetahui apa arti tujuan hidup walaupun sedang mengalami trauma, temperamen bahkan emosi yang berlebih. Trauma dapat digaris bawahi sebagai ketakutan, kekhawatiran atau kecemasan atas peristiwa yang terjadi dalam diri seseorang yang mungkin akan terjadi lagi maka dari itu, perlahan kita harus membiasakan diri mencoba suatu hal yang baru. Temperamen, suatu watak atau sifat yang terdapat dalam diri manusia. Berbeda dengan emosi, temperamen sulit di ubah kecuali ada keinginan dan kesadaran dalam diri untuk mengubah sifat-sifat buruk menjadi lebih baik. Pengendalian emosi, aspek terpenting dalam diri sendiri karena jika kita tidak bisa mengendalikan emosi yang berlebih maka akan berpengaruh atau merugikan diri sendiri bahkan sekitar. Maka dari itu, mulailah untuk mengenali emosi dalam diri agar bisa mengendalikannya sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Upaya untuk meningatkan pengendalian emosi juga dapat dilakukan dengan cara melakukan interaksi dengan orang lain. Karena semakin banyak kita melakukan interaksi dengan orang lain, maka seseorang akan semakin tahu dan faham mengenai kondisi emosi seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Capaldi D.M, & Rothbart M.K. (1992). Development and Validation of an early adolescent temperament measure. Journal of early adolescent, 12, 153-173.

Cavanagh. (1992). The Caunseling Experience; A Theoritical and practical approach, monterey. New York: Cole Publishing Company.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun