Mohon tunggu...
Fatur Rahman
Fatur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang senang berolahraga dan editing video

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Celebrity Syndrom Worship Pada Penggemar

7 Januari 2024   14:25 Diperbarui: 7 Januari 2024   14:40 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit: Jeff Kravitz/FilmMagic

Di zaman ini, media sosial sudah seperti menjadi bagian dari hidup kita. Setiap harinya kita pasti tidak pernah luput dari penggunaan media sosial. Media sosial memiliki dampak yang besar dan beragam baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan bahkan politik. Media sosial memungkinkan kita untuk mengakses banyak hal terutama dalam hal hiburan.

Media sosial kini memudahkan kita semua untuk mendapatkan hiburan-hiburan yang beragam. Kini bisa kita lihat bahwa hiburan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia melalui media sosial tidak hanya hiburan dari dalam negeri tetapi juga luar negeri. Kemudahan akses ini tentunya memudahkan masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi untuk menjadi seorang penggemar. 

Untuk menjadi penggemar melalui media sosial saat ini tidaklah sulit, karena melalui media sosial pun kita sudah memiliki beragam akses untuk terus update terkait selebriti serta mengakses karya-karya yang diciptakan. 

Melalui media sosial kita bisa semakin mengenal sang selebritis, update terkait informasi kegiatan yang mereka lakukan, berinteraksi melalui sosial media dengan menyukai postingan, memberikan dukungan melalui kolom komentar, dan masih banyak lagi.

Daya pikat pemujaan selebriti dapat disebabkan oleh berbagai faktor psikologis. Penggemar dapat memproyeksikan kualitas ideal pada selebriti, menggunakan mereka sebagai panutan atau sumber inspirasi. Rasa keterhubungan dan interaksi parasosial, di mana individu merasakan ikatan pribadi dengan seorang selebriti meskipun tidak ada interaksi nyata, dapat menciptakan rasa memiliki dan memiliki tujuan.

Meskipun kemudahan ini memberikan dampak positif yang sangat besar, namun ternyata kemudahan ini juga menimbulkan dampak yang buruk. Munculnya fenomena baru di kalangan penggemar dalam media sosial yaitu celebrity worship syndrome menjadi dampak yang negatif. Menurut Yue dan Cheung dalam (Liu, 2013) celebrity worship syndrom dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk pemujaan terhadap orang yang terkenal secara luas dan menarik perhatian publik juga media. 

Menjadi penggemar tentu saja merupakan hal yang wajar ketika kita merasa terpesona dan kagum akan seseorang yang terkenal. Namun ternyata dalam media sosial di kalangan penggemar, kini bisa kita temukan banyak sekali peggemar yang sangat tergila-gila dan terobsesi dengan memuja selebriti secara berlebihan.

Salah satu contoh yang paling menonjol dan paling bisa kita lihat adalah celebrity worship syndrom pada penggemar K-pop. Hallyu atau Korean wave merupakan kebudayaan yang kini telah tersebar secara global yang dimulai dari akhir tahun 1990-an (Pertiwi, 2022). Shim (2006; Putri, et al., 2019) mengatakan bahwa Korean Wave adalah sebutan dari budaya Korea Selatan yang telah tersebar secara global di penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Korean wave atau kebudayaan korea merupakan salah satu kebudayaan yang juga masuk karena adanya media sosial. Media sosial menjadi gerbang kebudayaan korea untuk masuk ke Indonesia salah satunya K-Pop. 

Media sosial menjadi ruang bagi penggemar untuk selalu berinteraksi dan update terkait berita terikini idola mereka, sehingga kini banyak sekali masyarakat Indonesia yang menjadi penggemar K-Pop. Penggemar K-pop atau K-popers bukan lagi hal asing yang kita dengar. Ada banyak sekali hal positif yang bisa kita lihat dari para K-popers karena sering melakukan kebaikan-kebaikan dengan mengatasnamakan selebriti atau komunitas fans mereka. 

Namun tak jarang juga kita melihat para penggemar K-pop yang tanpa mereka sadari, mereka terjerumus dalam celebrity worship syndrom. Hal ini bisa dilihat seperti ada beberapa k-popers yang ketika idola mereka terjerat kasus, namun mereka malah membela dan memberikan pembelaan untuk idolanya. 

Tidak hanya itu, ada beberapa penggemar dari berbagai negara yang mereka menjadi penguntit dengan mengikuti sang idola karena rasa obsesinya yang sudah berlebihan. 

Tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan, merugikan dan membahayakan. Menguntit merupakan pelanggaran privasi yang dimiliki oleh sang idola dan melakukan pembelaan terhadap tindakan salah juga merupakan hal yang tidak bisa dibenarkan. Hal seperti ini yang juga merugikan banyak pihak dan membuatn nama baik menjadi rusak karena tindakan merugikan yang dilakukan beberapa oknum saja.
Celebrity worship syndrom bukanlah sebuah konsep baru, namun kebangkitan media massa dan internet telah memperbesar dampaknya. Para psikolog mengidentifikasi, ada tiga jenis utama CWS:

* Hiburan-sosial: Penggemar menikmati karya selebriti dan melihatnya sebagai sumber hiburan.
* Intens-pribadi: Individu membentuk hubungan emosional yang mendalam dan sepihak dengan seorang selebriti, merasa seolah-olah mereka mengenalnya secara dekat.
* Batas-patologis: Bentuk ekstrem ini melibatkan fantasi dan perilaku yang tidak terkendali, sering kali mendekati obsesi.

Tiada hentinya media sosial selalu mengkoneksikan segala hal tanpa adanya batasan baik jarak maupun waktu, fenomena pemujaan selebriti menjadi semakin lazim. Celebrity Worship Syndrome (CWS) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketertarikan yang obsesif dan intens terhadap seorang selebriti, sering kali sampai pada titik investasi emosional yang signifikan. Meskipun kekaguman terhadap figur publik adalah aspek umum dari budaya populer, Celebrity worship syndrom mewakili bentuk ekstrem yang dapat memberikan dampak positif dan negatif pada individu dan masyarakat.

Menjadi penggemar bukanlah sesuatu hal yang negatif. Banyak penggemar yang menemukan inspirasi, motivasi, dan rasa kebersamaan melalui kekaguman mereka terhadap seorang figur publik. Selebriti sering kali menggunakan pengaruhnya untuk kegiatan yang baik terutama dalam hal sosial, sehingga semakin meningkatkan dampak positifnya terhadap masyarakat. Penggemar dapat terlibat dalam komunitas pendukung yang memiliki minat dan nilai yang sama.

Namun ketika menjadi penggemar sudah melakukan banyak hal yang berlebihan, makas hal inilah yang menjadi dampak negatif. Celebrity worship syndrome tidak bisa diabaikan. Pengidolaan yang berlebihan dapat menyebabkan ekspektasi yang tidak realistis, kekecewaan, dan bahkan masalah kesehatan mental. Individu mungkin memprioritaskan hubungan mereka dengan selebriti daripada hubungan di kehidupan nyata, sehingga menyebabkan isolasi sosial. 

Selain itu, pengawasan terus-menerus terhadap selebriti di media dapat berkontribusi pada standar kecantikan yang tidak realistis dan menumbuhkan budaya perbandingan dan rasa tidak aman.
Dari sudut pandang masyarakat, celebrity worship syndrom dapat berkontribusi pada komodifikasi individu dan pelestarian budaya yang berpusat pada ketenaran. Hal ini memicu industri paparazzi, melanggar privasi selebriti, dan bahkan dapat menyebabkan insiden penguntitan atau pelecehan.

Celebrity worship syndrom menjadi hal yang serius juga sehingga perlu kita perhatikan lebih lanjut. Hal ini dapat membawa dampak yang buruk dan bisa merugikan banyak pihak terutama artis itu sendiri. Maka dari itu, solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi fenomena ini adalah:
* Kesadaran akan masalah
Pentingnya untuk mengenali dan menyadari adanya sindrom ini sebagai langkah awal untuk mengatasi masalah.
* Edukasi dan pemahaman
Pendidikan mengenai risiko dan dampak sindrom pengaguman selebriti dapat membantu individu memahami pentingnya menjaga keseimbangan dalam mengagumi selebriti. Untuk mengagumi selebriti bisa dilakukan dengan sewajarnya saja tanpa harus memuja dengan cara yang berlebihan terlebih lagi jika apa yang dilakukan dapat merigikan dan berdampak buruk bagi banyak orang.
* Pengembangan identitas diri
Fokus pada pengembangan identitas diri yang sehat dan kepercayaan diri tanpa terlalu bergantung pada pengaguman selebriti. Mengembangkan dan memperbanyak kegiatan sesuai dengan minat, dapat mengalihkan rasa ketergantungan kita terhadap selebriti.
* Pembatasan konsumsi media
Mengurangi intensitas konsumsi terhadap konten media yang memicu sindrom ini, seperti membatasi dan mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengonsumsi konten media berupa kegiatan selebriti yang disukai.
* Membangun Hubungan Sosial
Membangun hubungan sosial yang kuat di kehidupan nyata dapat membantu untuk mengurangi ketergantungan pada hubungan maya dengan selebriti.

Mengenali dan mengelola Sindrom Pemujaan Selebriti sangat penting bagi individu untuk menjaga keseimbangan yang sehat. Mengembangkan perspektif kritis, menetapkan batasan konsumsi media, dan berfokus pada hubungan dalam kehidupan nyata adalah strategi yang efektif. Selain itu, mempromosikan budaya yang menghargai individu karena nilai intrinsiknya dibandingkan status selebritisnya dapat berkontribusi pada masyarakat yang lebih seimbang.

Kesimpulannya, meskipun pemujaan terhadap selebriti adalah aspek umum dalam budaya kontemporer, penting untuk menjaga keseimbangan antara apresiasi dan obsesi. Masyarakat harus memupuk budaya yang mendorong pemikiran kritis, ketahanan emosional, dan fokus pada hubungan yang bermakna untuk mengurangi potensi konsekuensi negatif dari Celebrity Worship Syndrome.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun