Novel Kambing Jantanyang isinya penuh komedi ini bertemakan tentang keseharian sang penulis yang dipenuhi kejadian lucu dan menyenangkan. Jika dilihat lebih dalam, kisah keseharian sang penulis tersampaikan dengan baik melalui gaya menulis yang begitu bebas layaknya menulis sebuah diary.Hal ini juga didukung dengan kepribadian sang penulis yang begitu lucu dan ceria serta kemampuan bersosialisasinya yang sangat baik. Karena itulah ia menjadi disenangi oleh para teman-temannya terutama yang berada di Adelaide, Australia. Selama sang penulis berkuliah di Australia, banyak sekali masalah yang dihadapinya. Masalah -- masalah itu diantaranya adalah membengkaknya pengeluaran, hingga jarangnya komunikasi antara sang penulis dengan pacarnya yang sering disapa "kebo". Selain itu sang penulis memiliki masalah dengan dosennya, yaitu Jenny Dickson. Di saat sang penulis memiliki masalah dengan hubungan cintanya, ia menghampiri temannya semasa SD yang bernama Ine. Ine lah yang membuka pikiran sang penulis untuk menjadi penulis yang terkenal. Namun, dibalik semua permasalahan, kisah sang penulis dengan sahabatnya, Hariyanto juga sangat menyenagkan.
Tema yang terdapat dalam novel ini adalah tentang kehidupan sehari-hari sang penulis, Raditya Dika. Tema ini memang terlihat sangat biasa, namun Raditya Dika mampu mengemasnya dengan baik sehingga para pembaca sangat tertarik untuk membaca novel ini. Kehidupan sosial yang baik dari sang penulis juga mempengaruhi jalan cerita di novel ini. Dalam novel ini juga tergambarkan jika Raditya Dika adalah sosok yang sangat lucu dan konyol. Hal ini juga membuat para pembaca seperti saya penasaran tentang seperti apa jalan cerita Raditya Dika dalam masing-masing bagian di novel ini.
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju. Mengapa demikian? Saya berpendapat seperti itu karena gaya penulisan Raditya Dika yang seperti membuat diary.Waktu yang dituliskan selalu bergera maju. Jalan cerita di dalam novel ini juga mendukung akan hal tersebut. Jalan cerita tidak pernah bergerak mundur. Alur cerita yang dibuat oleh Raditya Dika juga sangat baik pengemasannya walau pembaca juga terkadang bingung karena jalan cerita yang melompat-lompat.
Tokoh yang sangat berpengaruh adalah Raditya Dika yang merupakan penulis novel ini. Raditya Dika merupakan seseorang yang sangat lucu, konyol, dan sedikit tidak tahu malu. Kepribadiannya itulah yang membuat ia sering ditertawakan oleh teman-temannya. Namun Kepribadiannya itu merupakan keunikan tersendiri bagi sang penulis. Berikut adalah kutipan yang membuktikan kepribadian Raditya Dika.
"...waktu itu adek gw ga sengaja nginjek tuh anak ayam pas lagi jalan, alhasil ususnya mejret gitu dari pantatnya,,," --Halaman 4
"OH MY GOD. GW SALAH NYETEL JAM DI IPOD GUE!!!!!!!!!! Ternyata gw nyetel jam di ipod gw ketelatan 1 jam dari waktu yg sesungguhnya" -Halaman 109
Bagi saya, kedua kutipan diatas cukup membuktikan bahwa Raditya Dika adalah sosok seperti yang telah saya bayangkan.
Tokoh kedua yang sangat berpengaruh dalam novel ini adalah Haryanto, sahabat Raditya Dika selama berkuliah di Adelaide Australia. Haryanto selalu ada di setiap kegiatan Raditya Dika selama kuliah. Haryanto juga merupakan tokoh yang sangat lucu dan menyenangkan. Ia merupakan sahabat yang setia. Ia juga sangat mahir dalam Bulutangkis dan pelajaran.
Latar tempat yang banyak digunakan dalam novel ini adalah Jakarta (kota di mana tempat tinggal Raditya Dika) dan Adelaide (kota di mana Raditya Dika berkuliah). Kota Jakarta di dalam novel ini sangat sesuai dengan kehidupan Raditya Dika yang serba gaul dan malas-malasan. Kehidupan di dalam kota Jakarta juga sangat tergambar jelas di dalam novel ini. Faktor yang sangat mempengaruhi hal ini adalah karena Raditya Dika sudah lama hidup di sana sehingga kota Jakarta bisa tergambar dengan bak dalam novel ini.
Adelaide merupakan latar yang juga dominan dalam novel ini. Hal ini dikarenakan kisah Raditya Dika selama berkuliah di Adelaide juga sangat banyak. Kehidupan selama berkuliah juga sangat tergambar dengan baik. Faktor yang mendukung hal tersebut adalah kisah Raditya Dika yang kocak bersama teman-temannya yang berasal dari luar negeri. Ada salah satu bagian dalam buku ini yang menjelaskan tentang kota Adelaide.
"Perbedaan antara Jakarta dan Adelaide sebagai kota paling miskin di ostrali udah mulai kerasa". --Halaman 150
Latar waktu dalam novel ini sulit dijelaskan. Masalahnya adalah karena sang penulis menggunakan waktu yang melompat-lompat layaknya buku diary.Beberapa teman saya yang juga merupakan pembaca novel ini juga kadang kebingungan dalam menerka waktu kejadian suatu peristiwa dalam novel tersebut. Bisa dibilang ini adalah salah satu kekurangan dari gaya menulis Raditya Dika.
Latar sosial dalam novel ini tergambar dengan jelas. Mulai dari kehidupan sosial sang penulis di Jakarta hingga di Adelaide, semuanya tergambar dengan jelas. Dalam latar sosialnya di Jakarta, tergambar jelas jika Raditya Dika adalah orang yang mudah bergaul, sering jalan-jalan ke berbagai tempat, dan juga bermalas-malasan dalam kamar. Dialognya dalam novel ini juga seperti remaja di Jakarta yang pada umumnya menggunakan Bahasa Gaul.
Di Adelaide, sang penulis menggambarkan dengan jelas kehidupan masyarakat dan teman-temannya yang berada di sana. Sang penulis menunjukkannya dalam beberapa dialog dengan teman-temannya. Sangat lucu juga ketika mereka berbicara namun kesulitan dalam pengucapannya seperti teman-temannya yang sering memanggilnya "DICKa". Padahal nama panggilan sang penulis adalah "Dika". Sudah tergambar dengan jelas bahwa latar sosial bagi mahasiswa di sana adalah ceria, baik hati, saling pengertian, dan sedikit gila.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Hal ini dibuktikan dengan sang penulis yang merupakan tokoh utama dan pelaku utama di setiap ceritanya. Bukti yang kedua adalah sang penulis sering menggunakan kata "gw" atau "aku" dalam novel ini. Berikut beberapa kutipan yang membuktikan hal tersebut
"Sial, gw baru aja bangun neh....rencana gw di hari Jum'at yang berbahagiaini pupus gara-gara sifat kebo gw yang membuat gw tidur dari jam 5 ampe jam 8 malem!" (hlm.18)
"Gw udah gila yah, emang udah dari dulu gila kali yah?...." (hlm.20)
Dari 2 kutipan di atas sudah terlihat jelas jika sang penulis merupakan tokoh utama dalam setiap peristiwa dalam novelnya. Hanya saja, sang penulis mengganti kata "Aku" dengan "Gw" untuk menyesuaikan gaya penulisannya dengan pribadinya yang terlihat gaul.
Selanjutnya adalah subjektivitas individu pengarang. Raditya Dika adalah seorang novelis yang berasal dari Jakarta yang kehidupaanya serba gaul. Ia juga seorang mahasiswa yang berkuliah di luar negeri. Kedua hal tersebut juga sangat mempengaruhi gaya penulisan Raditya Dika yang sangat bebas. Kata-kata yang dituliskan olehnya, tidak terikat oleh aturan menulis yang seharusnya, namun tetap menarik. Apalagi karirnya sebagai seorang blogger terkenal juga mempengaruhi kemampuannya menorehkan kata-kata.
Dalam hal psikologis pengarang, pengarang menggunakan pemikiran alami dari apa yang telah dialaminya. Semua hal yang terjadi dalam kehidupan sang pengarang langsung dituliskan dalam novel ini. Pengarang tidak mengambil pemikiran tentang ide dalam novelnya dengan khayalannya, namun pengarang mengambil sebagian kejadian dalam hidupnya sebagai pemikiran atas suatu cerita itu sendiri.
Lingkungan penulis yang sangat mempengaruhi dalam novel ini adalah Jakarta yang merupakan kota tempat tinggal sang penulis. Lingkungan yang serba modern dan dipenuhi orang yang serba gaul membuat gaya penulisan dalam novel ini menjadi menggunakan beberapa Bahasa Gaul.
Profil Penulis: Raditya Dika
Dika Angkasaputra Moewarni atau yang akrab disapa Raditya Dika lahir di Jakarta pada tanggal 28 Desember 1984. Ia adalah seorang penulis, komedian, sutradara, dan aktor. Radith mengawali karirnya dengan membuat catatan harian di blog pribadinya yang pada akhirnya memenangi Indonesian Blog Award pada tahun 2009. Karena hal itulah, Raditya Dika ingin mencoba untuk mencetak tulisan-tulisannya di blog lalu menawarkannya kepada beberapa penerbit untuk dicetak sebagai buku. Walaupun pada awalnya mengalami beberapa penolakan, pada akhirnya Gagaspedia menerima hasil karyanya.
Karya pertamanya adalah buku yang berjudul Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh.Buku ini menceritakan pengalaman Raditya Dika saat masih berkuliah di Adelaide, Australia. Karya ini dihasilkan dari tulisan-tulisan dalam blog-nya. Hal ini juga memunculkan sebuah gaya penulisan yang baru, yang tak terlalu terikat oleh aturan bahasa. Selama hidupnya sampai saat ini, ia telah menerbitkan novel-novel popular, yaitu Cinta Brontosaurus, Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa, Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang, Marmut Merah Jambu, Manusia Setengah Salmon,dan Ubur Ubur Lembur.Seluruh karyanya merupakan novel-novel yang terjual laris di pasaran.
Â
     Â
     Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H