Mohon tunggu...
Fatris MF
Fatris MF Mohon Tunggu... profesional -

Lelaki bersahaja ini mengisi hari-harinya dengan membaca dan minum kopi. Bekerja sebagai pendongeng yang berpindah dari satu pulau ke pulau lain di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Puisi, Pemberontakan, dan Sang Guru

8 Desember 2012   06:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:00 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pelajaran sastra di sekolah-sekolah hari ini, lebih sering peserta didik dituntut untuk tahu definisi-definisi puisi, bagian-bagiannya, jenis-jenisnya, dan sebagai-bagainya—hal itu tentu saja tak sederhana, tak seperti nyanyi. Tapi tak pernah diajarkan bagaimana menciptakan sendiri. Sehingganya kemudian pelajaran sastra menjadi penjara, menjadi menakutkan. Di lain hal, puisi maupun cabang sastra lainnya telah terlanjur dianggap tak penting. Ia kalah pamor dengan pelajaran matematika dan ilmu sains.
Padang, 2007

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun