"Perasaanku se-mengganggu itu ya? Terus yang di UKM Beladiri itu pacarmu?"
"B-bukan! Ya masa dia pacarku sih. Sebenarnya aku menghindar karena aku ternyata mulai suka ke kamu, Ndra. Sejak kamu nyatain perasaan, aku jadi merhatiin kamu banget. Tapi aku sadar diri aku nggak pantes buat kamu."
"Kamu suka sama aku?" Aku kaget.
"I-iya tapi aku udah sadar diri kok." Dia buru-buru menjelaskan. Seperti takut aku akan salah paham padahal senyumku sudah tertarik lebar mendengarnya.
Demi apa pun, Ranis suka padaku?
"Aku cinta sama kamu, Nis. Aku juga ngerasa nggak pantes buat cewek sebaik kamu. Tapi  sekarang kita kan udah sama-sama saling suka dan saling tahu, kita bisa jadi yang terbaik untuk masing-masing. Kenapa nggak bilang dari kemarin-kemarin coba?"
"Mmm ... aku malu aja sih." Ranis tampak malu-malu dan dia menunduk membuatku gemas dengan tingkahnya.
Aku akhirnya bisa tertawa lepas setelah satu semester ini uring-uringan karena dijauhi Ranis. Aku harusnya tak pernah menyesal pernah menyatakan cinta padanya, karena sejak itulah dia mau melihatku lebih dari teman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H