Mohon tunggu...
Fatqiah arindacahyani
Fatqiah arindacahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - readmi

kalau kamu tidak bisa membuat orang bahagia setidaknya jangan membuat ornag itu sedih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Media Massa Berita Mudik Saat Pandemi 2021

30 April 2021   21:20 Diperbarui: 30 April 2021   21:36 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya yang dimiliki oleh suatu kelompok akan terlihat dari kebiasaan yang dilakukannya pada waktu tertentu. Tentuna kebudayaan ini menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi sehingga suatu kelompok akan sulit melepaskan pengaruhnya. indonesia sendiri merupakan negara yanag mayoritas beragama muslim. 

Setiap tahun selalu dilaksanakan mudik berskala besar dengan demikian orang-orang yang tinggal di kota-koaya besar seperti ibu kota akan pulang ke kampung halaman masing-masing untuk bertemu keluarga.

Covid-19 yang bermulai awal tahun 2020 sampai kini di Indnesia masih belum di katakan berakhir. penularan yang begitu cepat akan membahayakan banayk orang yang berkerumun. 

Mudik menjadi salah satu momen dimana manusia akan berkumpul bahkan sebelum mencapai tujuan akhir. pemerintah tentu menyadari hal ini, maka pemerintah membuat kebijakan agar mudik tidak di lakuan dalam masa-masa kritis seperti ini. 

Melihat potensi yang dimiliki oleh media massa, maka dapat di katakan bahwa pemerintah memiliki cara mempengaruhi masyarakat dengan berdasarkan pada teori-teori. Seperti teori media massa dari McQuail 1987 dengan analisis framing Robert N. Entman yang terdiri dari define problem, diagnose problem, make moral judgmenet, dan treatment recommendation.

Seperti saat ini yang diketahui bahwa mudik menjadi tradisi bagi perantau di Indonesia setiap tahun sat hari-hari besar. Kurang lengkap rasanya apabila menjelang hari besar seperti ramadhan saat ini tidak dilakukan mudik untuk berkumpul sanak saudara dan orang tua. 

Orang-orang yang terutama tinggal di kota-kota besar tentu memiliki keinginan yang besar untuk pulang ke kampung halaman dan bertemu keluarga. 

Di tahun 2020, mudik memang tidak diadakan mengingat penularan COVID-19 yang dahysat dan belum ditemukannya vaksin. Di tahun 2021, anggapan masyarakat terhadap COVID-19 mulai berubah sehingga pemerintah perlu melakukan pengetatan aturan dengan media massa sebagai alat peringatan.

Sepertinya media massa pun masih kelimpungan dengan aturan mudik yang di katakana oleh pemerintah. Media massa terus mantau perkembangan tersebut agar masyarakat mengetahui perkembangan yang lebih lanjut. Dan media massa saat ini terkadang melebih-lebihkan agar menarik pembaca. 

Dengan demikian, sudah jelas bahwa pemerintah menggunakan media massa sebagai cara mengubah mindset masyarakat untuk tidak mudik sementara. Karena dari judul suda bisa membuat orang membaca dengan rencana pemerintah tentang aturan mudik saat ini

Lalu, dalam Diagnose Problem, ini terdapat pada berita berjudul Mudik Dilarang, Polda Metro Jaga Jalur Tikus hingga Perbatasan. Dalam keterangan Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo Yogo, dikatakan bahwa semua jalan tikus dan akses liannya akan dibatasi sehingga tidak ada pemudik yang lolos dari pantauan aparat. 

Bisa dikatakan ini menjadi masalah yang dilihat oleh masyarakat yang ingin mudik. Lalu, ini naik pada tahap Make Moral Judgmenet dalam berita berjudul Soal Larangan Mudik, Satgas: Itu Harganya Nyawa, Harus Kita Hindari dimana pihak Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 mengatakan bahwa mudik akan mengancam keselamatan dari orang yang mudik dan keluarga yang menunggu. Masyarakat dengan demikian diperingatkan bahwa larangan mudik ini dilakukan demi kebaikan bersama.

Terakhir, dalam tahap Treatment Recommendation, berita berjudul Cegah Pemudik, Bupati Sragen Imbau Lurah-lurah Buat Video Silaturahmi, yang secara tidak langsung menyarankan alternatif agar masyarakat tidak mudik dan hanya melakukan mudik secara online. Dengan demikian, masyarakat memiliki referensi atau acuan bagaimana mengganti tradisi mudik yang dulu dengan yang lebih aman dan efektif.

Media massa merupakan sumber informasi untuk mayarakat. Dapat dikatakan bahwa media melihat segala yang terjadi lalu menyusunnya sebagai informasi yang berguna bagi masyarakat. 

Mudik sendiri menjadi tradisi keagamaan yang dilakukan umat muslim untuk bertemu dengan keluarga dan merasakan momen lebaran yang selalu dilaksanakan setiap tahun. Momen ini tentu berbeda dalam tahun ini karena pada kondisi yang ada di Indonesia masih berada pada fase bahaya COVID-19. 

Media massa menjadi alat bagi pemerintah untuk membentuk budaya sehingga masyarakat memiliki pola pikir yang berbeda di masa pandemi untuk melaksanakan mudik. 

Berdasarkan pada analisis framing Robert N. Entman, terdapat empat fase yang menandakan bahwa ada framing dari media berita detik.com untuk mempengaruhi agar masyarakat tidak mudik. 

Terdapat empat berita dimana dari Define Problem sampai dengan Treatment Recommendation menghimbau agar masyarakatnya mematuhi aturan dan tidak melaksanakan mudik. 

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa detik.com menjadi cara membentuk budaya yang baru di tengah masyarakat agar masyarakat patuh untuk tidak mudik dan memahami konsekuensi serta jalan keluar yang lebih baik.

Ditulis oleh Fatqiah arinda cahyani

Mahasiswa universitas muhammadyah Malang

Ilmu komunikasi

hubungi penulis di twitter: @FatqiahC

instagram: @aku_fatqiah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun