Bisa dikatakan ini menjadi masalah yang dilihat oleh masyarakat yang ingin mudik. Lalu, ini naik pada tahap Make Moral Judgmenet dalam berita berjudul Soal Larangan Mudik, Satgas: Itu Harganya Nyawa, Harus Kita Hindari dimana pihak Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 mengatakan bahwa mudik akan mengancam keselamatan dari orang yang mudik dan keluarga yang menunggu. Masyarakat dengan demikian diperingatkan bahwa larangan mudik ini dilakukan demi kebaikan bersama.
Terakhir, dalam tahap Treatment Recommendation, berita berjudul Cegah Pemudik, Bupati Sragen Imbau Lurah-lurah Buat Video Silaturahmi, yang secara tidak langsung menyarankan alternatif agar masyarakat tidak mudik dan hanya melakukan mudik secara online. Dengan demikian, masyarakat memiliki referensi atau acuan bagaimana mengganti tradisi mudik yang dulu dengan yang lebih aman dan efektif.
Media massa merupakan sumber informasi untuk mayarakat. Dapat dikatakan bahwa media melihat segala yang terjadi lalu menyusunnya sebagai informasi yang berguna bagi masyarakat.Â
Mudik sendiri menjadi tradisi keagamaan yang dilakukan umat muslim untuk bertemu dengan keluarga dan merasakan momen lebaran yang selalu dilaksanakan setiap tahun. Momen ini tentu berbeda dalam tahun ini karena pada kondisi yang ada di Indonesia masih berada pada fase bahaya COVID-19.Â
Media massa menjadi alat bagi pemerintah untuk membentuk budaya sehingga masyarakat memiliki pola pikir yang berbeda di masa pandemi untuk melaksanakan mudik.Â
Berdasarkan pada analisis framing Robert N. Entman, terdapat empat fase yang menandakan bahwa ada framing dari media berita detik.com untuk mempengaruhi agar masyarakat tidak mudik.Â
Terdapat empat berita dimana dari Define Problem sampai dengan Treatment Recommendation menghimbau agar masyarakatnya mematuhi aturan dan tidak melaksanakan mudik.Â
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa detik.com menjadi cara membentuk budaya yang baru di tengah masyarakat agar masyarakat patuh untuk tidak mudik dan memahami konsekuensi serta jalan keluar yang lebih baik.
Ditulis oleh Fatqiah arinda cahyani
Mahasiswa universitas muhammadyah Malang
Ilmu komunikasi