Di ujung petang, langit berceloteh,Â
Menyulam jingga dengan ungu yang resah,Â
Di kampung halaman, waktu berlutut pasrah,Â
Menyaksikan senja mencatat cerita indah.Â
Gemuruh angin menyisir daun kelapa,Â
Sawah terbentang, melukis damai tak terkira,Â
Langkah kaki yang pernah berlari kecil,Â
Kini terhenti, meresapi memori yang mengalir.Â
Gemercik air sungai di bawah jembatan bambu,Â
Seperti bisikan kisah-kisah dulu,Â
Di ujung dusun, pohon tua berdiri angkuh,Â
Menjadi saksi musim yang terus berlalu.Â
Senja berbicara, lirih namun tajam,Â
Menyentuh hati yang lelah mencari pulang,Â
"Kampungmu adalah jiwa," katanya perlahan,Â
"Tempat waktu menunggu dengan tenang." Â
Rumah kayu itu masih menyimpan aroma,Â
Asap dapur, gelak tawa, dan doa,Â
Di sana, senja tak pernah usai bercerita,Â
Tentang cinta yang tak lekang oleh usia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H