Senja menyapa, lembut menyusup di sela tirai,
Melukis bayang-bayang di dinding ruang yang damai.
Di balik sofa, cerita-cerita tersimpan,
Sederhana, namun tak pernah terlupakan.
Ada tawa yang bergema di sore yang jingga,
Ada tangis kecil yang berlalu bersama doa.
Sofa tua itu, penuh rahasia dan kenangan,
Tempat hati kembali, ketika lelah menghadang.
Tirai menari, digerakkan angin yang ramah,
Mengirimkan pesan dari alam yang tak pernah marah.
Di sini, waktu berjalan tanpa terburu,
Hanya hadir, menemani jiwa yang terpaku.
Secangkir teh hangat, percakapan yang bersahaja,
Menjadi pengikat, meski kata-kata tak selalu ada.
Di balik sofa, cinta menemukan ruang,
Dalam hening, atau dalam tawa yang riang.
Oh, tirai senja, saksikanlah hari berlalu,
Kau peluk ruang tamu dengan cahaya yang syahdu.
Dan sofa tua, tetaplah di sana,
Menjadi sandaran bagi cerita yang tak pernah sirna.
Senja berlalu, malam mulai menyapa,
Namun di balik sofa dan tirai yang terbuka,
Kenangan tetap tinggal, terukir di hati,
Sebuah ruang kecil, tempat cinta abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H