Di sudut rumah yang kini sunyi,
Hanya hening yang menyelimuti,
Tak ada lagi suara tawa riang,
Yang dulu mengisi setiap ruang.
Langit-langit kamar meratap pilu,
Menatap kosong tanpa canda ceria,
Setiap sudut membawa kenangan,
Tentang hari-hari penuh kebahagiaan.
Langkah kecilmu yang berlarian,
Mengisi setiap celah rumah ini,
Kini hanya gema di ingatan,
Menghantui dalam setiap sunyi.
Dinding-dinding berbicara sendiri,
Menyimpan cerita tentang tawa,
Namun sekarang hanya bisu,
Tak lagi menggemakan keceriaanmu.
Mainan-mainan teronggok sepi,
Menunggu sentuhan tangan kecilmu,
Mereka seakan tahu,
Bahwa keceriaan telah berlalu.
Setiap pagi terasa begitu lambat,
Tanpa kehadiranmu yang menyapa,
Rumah ini menjadi saksi bisu,
Kesedihan yang tak terucapkan kata.
Heningnya rumah tanpa suara tawa,
Adalah kesedihan yang mendalam,
Merindukan setiap detik bersamamu,
Menanti kembalinya canda riangmu.
Namun meski sepi menghampiri,
Kenangan tentangmu tetap abadi,
Menjadi pelita dalam kegelapan,
Hingga suatu saat kita bersama lagi.